Kredit Melesat, Ini Rahasia Bank Mega Bisa Jaga Kualitas

Arif Gunawan & Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
24 April 2020 11:54
Kostaman Thayib, Direktur Utama Bank mega.
Foto: Kostaman Thayib, Direktur Utama Bank mega.
Jakarta, CNBC Indonesia- Pandemi COVID-19 memukul berbagai sektor baik dari kesehatan, sosial, hingga perekonomian dari global hingga nasional. Ekonomi global diperkirakan akan mengalami konstraksi yang sangat dalam tahun ini, yang diamini oleh sejumlah lembaga keuangan.

Bahkan Bank Indonesia beberapa kali merevisi target pertumbuhan kredit perbankan dari 10%-12% (akhir 2019), direvisi menjadi 9%-11% (Februari), dan menjadi 6%-8% (Maret).

Meski demikian PT Bank Mega Tbk (MEGA) mampu mencatatkan pertumbuhan kredit 23,2% dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 29%. Bank BUKU 3 ini mencetak Rp 53,67 triliun pada Maret 2020, dibandingkan Maret 2019 senilai Rp 43,57 triliun. Sementara DPK pada Maret 2020 tercatat melesat hampir 30% menjadi Rp 76,06 triliun, dibandingkan periode yang sama 2019 senilai Rp 58,96 triliun.

Pertumbuhan DPK ini menandakan Bank Mega mampu menjadi lembaga intermediasi (pengumpul dan penyalur dana masyarakat) tetap terjaga meski situasi sedang bergejolak. Jika dibandingkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Februari 2020 di mana kredit dan DPK perbankan hanya tumbuh 5,9% dan 7,8% secara tahunan. Artinya Bank Mega mampu tumbuh melampaui targer BI dan rata-rata industri perbankan.


Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan salah satu pemicu kinerja penyaluran kredit yang prima di Bank Mega tersebut adalah partisipasi perseroan dalam pendanaan sektor infrastruktur pemerintah, melengkapi sektor korporasi dan kredit konsumer yang intens digarap selama ini.

"Penyaluran kredit kepada korporasi tercatat sebagai segmen bisnis yang paling besar memberikan kontribusi pada penyaluran kredit secara keseluruhan. Peningkatan kredit korporasi terutama berasal dari kredit infrastruktur jalan tol yang dijamin pemerintah dan kredit kepada korporasi dengan track record yang baik," tutur Kostaman belum lama ini.

Dengan pertumbuhan kredit yang tinggi, Bank Mega tetap berkomitmen mengedepankan faktor prudensial. Komitmen ini terbukti kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) bruto Bank Mega pada Maret tercatat di level 1,55%, atau membaik dibandingkan posisi tahun lalu (1,75%).

Capaian peningkatan kredit dan penurunan NPL ini dibukukan ketika negeri ini terpukul krisis corona pada sebulan terakhir. Dampak corona tersebut tidak (atau lebih tepatnya, belum) terlihat pada kinerja Bank Mega.

Kostaman memastikan menjaga pertumbuhan volume dan kualitas kredit yang disalurkan perusahaan, terutama di tengah pandemi COVID-19 yang menimbulkan berbagai ketidakpastian. Untuk itu Bank Mega memiliki strategi tersendiri untuk tetap meningkatkan volume kreditnya, sekaligus menjaga kualitasnya.

"Pertumbuhan kredit kan ada dua faktor, volume dan kualitas kredit. Kalau cuma satu faktor yang dilakukan mungkin mudah, tapi strategi Bank Mega adalah bagaimana mengelola 2 hal ini. Bagaimana secara volume kredit naik, tapi juga menjagakualitasnya. Ini yang menjadi dan ini yang menjadistaretgi kami," jelasnya.
Tertarik riset lebih lengkap tentang Bank Mega silahkan baca: Menakar Daya Tahan Bank Mega Hadapi Krisis Corona

(dob/dob) Next Article Melesat 25,2%, Bank Mega Raih Laba Bersih Rp 2 Triliun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular