Parah! Harga Minyak Brent Terseret WTI, Merosot ke US$ 16,98

Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
22 April 2020 12:36
Minyak
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia- Harga minyak masih sangat tidak stabil, sempat menguat saat pembukaan. Namun, harga minyak WTI kembali jatuh lagi di sore hari menjadi US$ 11 per barel.

Harga minyak WTI untuk pengiriman Juni ini sebenarnya sempat menguat, sebelumnya untuk kontrak Mei yang berakhir di 21 April kemarin bahkan sempat di level minus sampai - US$ 40,32.

Dengan turunnya WTI ini, harga Brent pun ikut-ikutan melemah. Kini berada di level US$ 16.98 per barel, bisa jadi terendah dalam 20 tahun terakhir. Brent merupakan patokan minyak mentah yang sangat dekat dengan ICP (Indonesia Crude Price) atau harga minyak Indonesia.

Penyebab jatuhnya harga minyak adalah para trader minyak ramai ramai menjual emas hitam ke pasaran sebelum akhirnya kontrak habis Selasa kemarin. Masalahnya, mencari pembeli sedang susah dikarenakan tangki-tangki minyak di Amerika Serikat masih penuh.



Agar minyak tetap bisa dijual, para trader pun akhirnya memberikan insentif ke pembeli. Harga minus itu mencerminkan justru trader yang kasih uang ke pembeli agar bisa menyerap minyak mereka. Soalnya, pembeli minyak harus keluarkan dana untuk biaya sewa tangki dan lainnya.

Harga minus ini akhirnya dilewati begitu pagi-pagi market mendengar bahwa para eksportir minyak OPEC dan sekutunya mengadakan teleconference soal pasokan minyak. Tapi itu gak lama, realitas soal permintaan yang masih tipis kembali menghampiri para pelaku pasar dan membuat harga minyak ke titik suram.

Sejak lockdown dan pelarangan tarvel berlaku akibat pandemi corona, harga minyak sudah terjun bebas tak berujung. Para pengmat meyakini, susah bagi harga minyak bangkit lagi jika pandemi belum berakhir.

"Sentimen bearish ini masih akan menekan harga di waktu dekat sampai kita temukan cahaya di ujung lorong nestapa ini, yang tidak tahu kapan karena pertumbuhan ekonomi semua negara sedang macet saat ini," ujar Pan Jingyi, strategis market sebagaimana dikutip dari AFP, Rabu (22/4/2020).

Sudahlah minyak terpukul akibat pandemi yang membuat ekonomi tak berjalan, makin babak belur begitu Arab dan Rusia menambah drama dengan perang harga beberapa waktu lalu. Bersyukur kedua negara itu cepat damai dan sepakat soal pemangkasan produksi sebanyak 10 juta barel sehari, mulai Mei ini.

Tapi ini diyakini hanya akan bawa efek tak banyak, mengingat harga terus-terusan jatuh dan sulit bangkit lagi.

[Gambas:Video CNBC]


(gus/gus) Next Article Awal Tahun Harga Minyak Naik, tapi Ada Kabar Buruk dari OPEC

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular