Ulasan Sepekan

Harga Minyak Tak Terbendung, Level Psikologis 80 Ditembus

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
10 October 2021 12:14
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia melesat sepanjang pekan ini melanjutkan penguatan pekan sebelumnya, menyusul ekspektasi pemulihan ekonomi dunia bakal berlanjut dan permintaan terdongkrak oleh krisis energi di Eropa.

Berdasarkan data Revinitif, harga energi utama dunia tersebut pada Jumat (8/10/2021) menguat 1,8% untuk minyak jenis Brent yang menjadi acuan Eropa dan Indonesia ke US$ 82,39 per barel. Minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) tumbuh 1,3% menjadi US$ 79,35/barel.

Secara mingguan, Brent terhitung melesat 3,9%, sedangkan WTI melejit lebih tinggi yakni sebesar 4,6%. Penguatan ini melanjutkan reli sepekan sebelumnya tatkala keduanya kompak menguat, masing-masing sebesar 1,5% dan 2,6%.

Sebenarnya, harga minyak sempat terkoreksi pada Rabu menyusul aksi ambil untung pemodal karena harga minyak Brent telah melewati level psikologis US$ 80/barel. Namun penguatan kembali terjadi setelah pemerintah AS dikabarkan tak berencana memakai cadangan minyak untuk mengendalikan harga.

"Harga minyak terangkat setelah Departemen Energi AS dikabarkan tidak berencana untuk mengeluarkan cadangan minyak strategisnya 'dalam waktu dekat' untuk mendinginkan harga minyak," tutur analis Commonwealth Bank Vivek Dhar dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Sepanjang tahun berjalan, harga minyak melesat 59% untuk Brent dan 63,5% untuk WTI. Adapun sepanjang kuartal berjalan, kenaikan tercatat sebesar 9,7% dan 8% untuk keduanya di tengah lonjakan harga gas yang memicu perpindahan pembangkit listrik di Eropa menggunakan minyak, dan bahkan aktivasi pembangkit listrik tenaga batu bara.

Di sisi lain, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan sekutu Rusia, yang sering disebut sebagai OPEC+, tak mengubah rencananya menambah produksi hanya sebesar 400.000 barel per hari (bph) November nanti.

Seiring dengan masuknya musim dingin yang mulai menerpa belahan bumi Utara, konsumsi energi pun bakal terus menguat sehingga memberikan landasan tambahan bagi penguatan harga dalam waktu dekat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Tetap Hawkish, Harga Minyak Mentah turun dari US$90/Barel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular