Usai Anjlok Dalam, Harga CPO Bangkit!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
22 April 2020 10:51
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Usai Selasa kemarin (21/4) ditutup anjlok signifikan, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) mengalami kenaikan pada perdagangan hari ini, Rabu (22/4).


Harga CPO kontrak pengiriman Juli dibanderol di RM 2.093/ton. Harga CPO naik 29 ringgit atau menguat 1,41% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin. Harga CPO anjlok signifikan hingga 7% lebih pada Selasa (21/4/2020) akibat amblesnya harga minyak mentah kontrak WTI pengiriman Mei, mengacu data Refinitiv.

Kontrak minyak WTI pengiriman Mei berakhir pada 21 April 2020. Kontrak ini harganya jatuh ke level negatif. Harga yang negatif mengindikasikan bahwa produsen akan membayar pembeli minyaknya lantaran pasokan sudah berlebih dan tangki penyimpanan sudah penuh.

Produsen yang memberikan uang untuk pelanggan memang terkesan seperti aksi bunuh diri. Namun pemberian insentif ini ongkosnya jauh lebih murah ketimbang harus menutup unit produksi akibat permintaan minyak yang anjlok tajam.


Fenomena minusnya harga minyak mentah kontrak berjangka WTI menggemparkan jagat keuangan global. CPO yang menjadi bahan baku biodiesel dan merupakan produk substitusi minyak pun harganya ikut terimbas.

Namun karena sudah anjlok sangat dalam, para trader memanfaatkan momentum ini untuk membeli kontrak CPO lantaran harganya yang murah.

Namun secara fundamental, harga CPO memang masih rawan terkoreksi mengingat prospek permintaan minyak sawit masih dihantui oleh merebaknya pandemi corona (Covid-19) secara global dan di negara-negara konsumen terbesar minyak nabati seperti India.


TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]





(twg/twg) Next Article Corona Picu Penurunan Konsumsi, Harga CPO Anjlok 2,42%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular