
Pasar Lagi Lesu, Harga Batu Bara juga Diobral Murah
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
22 April 2020 10:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kontrak berjangka Newcastle makin drop. Selasa kemarin (21/4), harga komoditas unggulan Australia dan Indonesia ini anjlok signifikan di tengah badai sentimen negatif kejatuhan harga minyak dan performa impor negara Asia yang kurang apik.
Harga batu bara kontrak futures (berjangka) ambles 5,02% ke level US$ 52,05/ton dan menjadi level terendah sejak 25 Mei 2016. Sejak mencetak rekor tertinggi pada 27 Maret lalu, harga batu bara kontrak acuan Newcastle telah ambrol 27,3%, mengacu data Refinitiv.
Tertekannya harga batu bara dipicu oleh dua faktor. Pertama adalah harga minyak mentah yang anjlok. Senin kemarin, harga minyak WTI pengiriman Mei yang kontraknya kadaluwarsa per 21 April ambles 300% lebih ke zona negatif.
Anjloknya harga kontrak WTI pengiriman Mei juga memicu harga minyak acuan lain yakni Brent juga melemah. Bahkan kontrak WTI pengiriman Juni pun ikut melemah hingga terkoreksi 30% lebih.
Minyak dan batu bara merupakan bahan bakar fosil. Minyak lebih banyak digunakan untuk sektor transportasi sementara batu bara untuk pembangkit listrik. Pergerakan harga minyak turut menjadi sentimen penggerak harga batu bara, sehingga sentimen negatif dari kejatuhan harga si emas hitam juga menjadi sentimen negatif bagi harga batu bara.
Pelemahan harga batu bara juga dipicu oleh suramnya permintaan batu bara di kawasan Asia terutama dari negara-negara konsumen terbesar batu hitam seperti China, Korea Selatan dan Jepang.
Impor batu bara China dalam tiga pekan terakhir bulan April tercatat sebanyak 12,2 juta ton. Sementara pada periode yang sama tahun lalu impor batu bara China mencapai 13,7 juta ton.
Hingga pekan ketiga April, impor batu bara Jepang mencapai 8,5 juta ton. Turun dari periode sebelumnya sebesar 9,7 juta ton. Impor batu bara Jepang bulan ini diperkirakan sebesar 11,4 juta ton.
Beralih ke Negeri Ginseng, Korea Selatan dalam tiga pekan terakhir telah mengimpor batu bara termal sebanyak 4,7 juta ton. Sementara pada periode yang sama tahun lalu, impor batu bara Korea Selatan mencapai 7,5 juta ton.
Faktor yang menekan kinerja impor batu bara di Jepang dan Korea Selatan adalah berakhirnya periode musim dingin yang lebih mild serta penurunan output industri terutama baja di kedua negara tersebut. Jadi wajar saja kalau harga batu bara menjadi kian tertekan dengan dua sentimen ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Permintaan Rendah, Analis: Harga Batu Bara Bergerak Sideways
Harga batu bara kontrak futures (berjangka) ambles 5,02% ke level US$ 52,05/ton dan menjadi level terendah sejak 25 Mei 2016. Sejak mencetak rekor tertinggi pada 27 Maret lalu, harga batu bara kontrak acuan Newcastle telah ambrol 27,3%, mengacu data Refinitiv.
Tertekannya harga batu bara dipicu oleh dua faktor. Pertama adalah harga minyak mentah yang anjlok. Senin kemarin, harga minyak WTI pengiriman Mei yang kontraknya kadaluwarsa per 21 April ambles 300% lebih ke zona negatif.
Minyak dan batu bara merupakan bahan bakar fosil. Minyak lebih banyak digunakan untuk sektor transportasi sementara batu bara untuk pembangkit listrik. Pergerakan harga minyak turut menjadi sentimen penggerak harga batu bara, sehingga sentimen negatif dari kejatuhan harga si emas hitam juga menjadi sentimen negatif bagi harga batu bara.
Pelemahan harga batu bara juga dipicu oleh suramnya permintaan batu bara di kawasan Asia terutama dari negara-negara konsumen terbesar batu hitam seperti China, Korea Selatan dan Jepang.
Impor batu bara China dalam tiga pekan terakhir bulan April tercatat sebanyak 12,2 juta ton. Sementara pada periode yang sama tahun lalu impor batu bara China mencapai 13,7 juta ton.
Hingga pekan ketiga April, impor batu bara Jepang mencapai 8,5 juta ton. Turun dari periode sebelumnya sebesar 9,7 juta ton. Impor batu bara Jepang bulan ini diperkirakan sebesar 11,4 juta ton.
Beralih ke Negeri Ginseng, Korea Selatan dalam tiga pekan terakhir telah mengimpor batu bara termal sebanyak 4,7 juta ton. Sementara pada periode yang sama tahun lalu, impor batu bara Korea Selatan mencapai 7,5 juta ton.
Faktor yang menekan kinerja impor batu bara di Jepang dan Korea Selatan adalah berakhirnya periode musim dingin yang lebih mild serta penurunan output industri terutama baja di kedua negara tersebut. Jadi wajar saja kalau harga batu bara menjadi kian tertekan dengan dua sentimen ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Permintaan Rendah, Analis: Harga Batu Bara Bergerak Sideways
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular