Survei Membuktikan! Pelan tapi Pasti Rupiah Kembali Dicintai

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 April 2020 15:55
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberi keterangan pers
Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberi keterangan pers
Bank Indonesia (BI) yang kembali memberikan stimulus moneter di pekan membuat rupiah kembali perkasa. Setelah memangkas suku bunga sebanyak 2 kali secara beruntun masing-masing 25 basis poin (bps), Gubernur BI, Perry Warjiyo, melalui video conference mengumumkan suku bunga (7 Day Reverse Repo rate) tetap sebesar 4,5%, lending facility menjadi 5,25% dan deposit facility 3,75%.

Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas eksternal di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang saat ini masih relatif tinggi, meskipun BI tetap melihat adanya ruang penurunan suku bunga dengan rendahnya tekanan inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Tetapi Perry menegaskan untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional dari dampak Covid-19, Bank Indonesia akan meningkatkan pelonggaran moneter melalui instrumen kuantitas (quantitative easing).

"Untuk dukung upaya pemulihan ekonomi nasional, BI melakukan pelonggaran moneter," kata Perry, Selasa (14/4/2020).

"BI menurunkan GWM rupiah sebesar 200 bps untuk bank umum konvensional dan 50 bps untuk bank umum syariah. Berlaku 1 Mei 2020," imbuh Perry.

Perry mengatakan, dengan penurunan GWM tersebut maka akan tersedia likuiditas tambahan hingga Rp 102 triliun.



Selain itu BI juga melakukan ekspansi operasi moneter melalui penyediaan term-repo kepada bank-bank dan korporasi dengan transaksi underlying SUN/SBSN dengan tenor sampai dengan 1 (satu) tahun.

BI juga tidak memberlakukan kewajiban tambahan Giro untuk pemenuhan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) baik terhadap Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah untuk periode 1 (satu) tahun, mulai berlaku 1 Mei 2020.

Kebijakan BI tersebut membuat pelaku pasar semakin yakin perekonomian Indonesia bisa segara bangkit setelah penyebaran penyakit virus corona bisa dihentikan.

Sementara itu pemerintah Indonesia menggelontorkan stimulus senilai Rp 450,1 triliun. Sebagian besar, atau nyaris 40% dari itu, dialokasikan untuk pemulihan ekonomi nasional dengan alokasi Rp 150 triliun. Alokasi terbesar kedua adalah jaring pengaman sosial (JPS) atau social safety net dengan nilai Rp 110 triliun. Selanjutnya, alokasi untuk dana kesehatan sebesar Rp 75 triliun, dan terakhir Rp 70,1 triliun untuk insentif perpajakan.

Semenjak stimulus tersebut diumumkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) 31 Maret lalu, nilai tukar rupiah menjadi lebih stabil. Dengan stimulus tersebut pelaku pasar mulai percaya akan kemampuan pemerintah menanggulangi pandemi COVID-19.


TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular