Ulasan Pagi

Pemegang Rupiah Harap Waspada, Dolar AS Lagi di Atas Angin

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
17 January 2022 09:13
Ilustrasi Dollar Rupiah
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sepekan lalu rupiah menguat0,42% dan kalis dari efek psikologis yang muncul dari ekspektasi perubahan kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) menuju ekstra ketat, hari ini keberuntungan rupiah kian tergerus.

Pekan lalu, rupiah berakhir di level Rp 14.295/dolar AS. Meski terhitung melemah 0,03% secara harian, Mata Uang Garuda terhitung menguat 0,42% secara mingguan. Penguatan terjadi di tengah spekulasi bahwa pengetatan moneter AS tidak akan sedrastis yang dikira sebelumnya.

Apalagi, data ekonomi AS pekan lalu juga masih buruk. Penjualan ritel per Desember drop 1,9% secara bulanan, dari ekspektasi flat. Indeks Sentimen Konsumen Michigan per Januari juga melemah ke 68,8 dari proyeksi sebesar 70 dan angka sebelumnya di level 70,6.

Namun pagi ini rupiah dibuka melemah 5 poin, dan berlanjut pada pukul 09:08 WIB yang berada di angka Rp 13.325/dolar AS, atau melemah 0,21% (setara dengan 30 poin) jika dibandingkan dengan penutupan Jumat pekan lalu.

Sinyal penguatan dolar AS terbentuk sejak Jumat pekan lalu, di mana mayoritas trader terpantau mengambil posisi beli (net long) dolar AS, menurut estimasi Reuters berdasarkan data Komisi Perdagangan Kontrak Berjangka Komoditas (Commodity Futures Trading Commission) AS.

Nilai posisi net long atas dolar AS di perdagangan terakhir pekan lalu tercatat mencapai US$ 19,34 miliar, atau meningkat dibandingkan dengan pekan sebelumnya di angka US$ 18,87 miliar. Tidak heran pada hari itu, rupiah loyo terhadap dolar AS.

Indeks dolar AS, yang menunjukkan penguatan/pelemahan kurs mata uang tersebut terhadap mitra dagang utamanya, saat ini juga kembali menguat.

Pada Senin pekan lalu, indeks dolar AS di level 95,99 tetapi kemudian turun secara konsisten hingga Kamis ke 94,79. Namun pada Jumat indeks tersebut kembali naik ke 95,165 dan pagi ini berlanjut menguat ke level 95,28.

Hari ini, China akan merilis pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2021. Menurut konsensus Tradingeconomics, ekonomi Negeri Panda tumbuh 3,6% secara tahunan, melambat dari kuartal III-2021 yang naik 4,9% (secara tahunan).

Namun secara kuartalan, Produk Domestik Bruto di China diprediksi tumbuh 1,1%, atau melesat dari kuartal III-2021 yang secara kuartalan tumbuh hanya 0,2%. Rilis tersebut bakal mempengaruhi psikologi pelaku pasar untuk memegang mata uang dolar AS.

Jika ekonomi terbesar kedua tersebut masih lemah, maka memegang mata uang mitra dagangnya di Asia, seperti rupiah, menjadi opsi yang kurang menarik dalam jangka pendek. Terlebih, jika narasi di AS masih cenderung mengarah pada pengetatan moneter.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penutupan Pasar: Rupiah Tertekan Cuma 5 Poin ke Rp 14.295/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular