Commerzbank Prediksi Emas Tembus US$ 1.800/oz, tapi Kapan?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 April 2020 18:33
Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kembali menguat pada perdagangan Kamis ini (16/04/20), setelah turun dari rekor penutupan tertinggi sejak tahun 2012. Bank investasi yang berbasis di Frankfurt, Jerman, Commerzbank AG bahkan memprediksi harga emas bisa mencapai US$ 1.800/troy ons. 

Pada pukul 17:10 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.721/troy ons, menguat 0,33% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Rabu kemarin, harga emas dunia berakhir melemah 0,69% dari rekor penutupan tertinggi sejak November 2012 US$ 1.727,7/troy ons sehari sebelumnya.

Analis dari Commerzbank mengatakan investor kini tidak hanya melihat emas sebagai aset aman (safe haven) tetapi juga "jalur penyelamatan terakhir" di tengah penyebaran penyakit virus corona (Covid-19), yang membuat negara-negara menggelontorkan stimulus fiskal dan moneter dalam jumlah besar.

Pandemi Covid-19 yang membawa perekonomian global ke resesi, akibat banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown), yang menyebabkan aktivitas ekonomi menurun bahkan terhenti.



Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dalam laporan terbaru yang diberi judul The Great Lockdown, memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (-3%) pada tahun ini. Anjlok 6,3 poin persentase dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Januari.

Lembaga yang berkantor pusat di Washington tersebut juga menyatakan krisis yang terjadi kali ini jauh lebih parah dibandingkan dengan krisis finansial global tahun 2008.

"Ini adalah krisis yang tidak sama dengan krisis lainnya. Sekarang begitu banyak ketidakpastian tentang bagaimana hidup dan kehidupan manusia. Kita bergantung kepada epidemologi dari sang virus, efektivitas upaya pencegahan penularan, pengembangan vaksin, yang semuanya tidak mudah untuk diprediksi," sebut Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini diprediksi sangat dalam, membuat investor kembali melihat emas sebagai aset aman (safe haven).

Selain itu, pandemi Covid-19 juga membuat bang sentral di berbagai negara menurunkan suku bunga acuan, hingga menerapkan kebijakan moneter yang tidak biasa (unconventional), guna menjaga likuiditas di perekonomian.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menjadi yang paling agresif, dengan membabat habis suku bunganya menjadi 0-0,25%, dan menerapkan kebijakan pembelian aset (quantitative easing/QE) dengan nilai tak terbatas.



Selain itu, pemerintah di berbagai negara juga menggelontorkan stimulus fiskal, yang terbesar lagi-lagi AS sang Negeri Adikuasa dengan nilai US$ 2 triliun.

Suku bunga rendah, kebijakan moneter unconventional, serta stimulus fiskal menjadi kondisi yang mendukung harga emas untuk terus menguat.

"Dampak parah dari lockdown ke perekonomian dan pasar keuangan, pemerintah dan bank sentral yang membanjiri perekonomian serta membengkaknya utang negara membuat permintaan emas meningkat sebagai safe haven dan jalur penyelamatan terakhir" kata Carsten Fritsch, analis Commerzbank sebagaimana dikutip Kitco.

"Oleh karena itu, kami menaikkan proyeksi harga emas di akhir tahun menjadi US$ 1.800/troy ons (dari sebelumnya US$ 1.650/troy ons). Proyeksi tersebut berdasarkan ekspektasi pandemi Covid-19 berhasil diatasi pada semester II, dan situasi di pasar mulai tenang" ujar Fritsch.

[Gambas:Video CNBC]




Secara teknikal, penguatan harga emas masih tertahan akibat indikator stochastic yang berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas level 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun.

Harga emas saat ini jauh di atas indikator rerata pergerakan harian (Moving Average/MA) 50 hari, MA 100 hari, dan MA 200 hari, sehingga outlook emas menjadi bullish (tren naik).

Grafik: Emas (XAU/USD) Harian
Sumber: Refinitiv


Sehingga penurunan harga akibat indikator stochastic yang overbought bisa dikatakan sebagai koreksi harga.

Tim Riset CNBC Indonesia bahkan sudah memberikan outlook bullish sejak pertengahan tahun lalu.

Level US$ 1.700/troy ons akan menjadi support (tahanan bawah) terdekat. Meski tidak terlalu kuat, tetapi selama bertahan di atas support (batas bawah) tersebut harga emas berpeluang terus naik menuju US$ 1.746/troy ons (level tertinggi Selasa 14 April). Jika level tersebut dilewati, peluang emas menuju US$ 1.800/troy ons terbuka semakin lebar, bahkan tidak perlu menunggu hingga akhir tahun.

Level support yang kuat terlihat di kisaran US$ 1.635/troy ons.



TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular