
Manjur! Ramuan BI Bikin Harga Obligasi RI Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada Selasa ini (14/4/2020) menguat setelah Bank Indonesia (BI) menetapkan sejumlah kebijakan lanjutan, termasuk meningkatkan quantitative easing (QE).
Quantitative Easing (QE) adalah salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral guna meningkatkan jumlah uang beredar. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Selasa sore, BI menerapkan berbagai kebijakan guna menjaga stabilitas eksternal termasuk nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian keuangan global yang saat ini masih relatif tinggi
Kebijakan itu, di antaranya:
- Meningkatkan intensitas intervensi di tiga pasar yaitu spot, Domestic Non-Delivarable Forwards (DNDF), dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
- Meningkatkan pelonggaran moneter melalui instrumen kuantitas alias QE. Selama ini, BI sudah melakukan QE hampir Rp 300 triliun dan ke depan akan bertambah lagi.
- BI akan meningkatkan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 200 bps (basis poin) untuk bank konvensional dan 50 bps untuk bank syariah, berlaku mulai 1 Mei. Kenaikan PLM tersebut wajib dipenuhi melalui pembelian SBN di pasar perdana.
Penguatan harga obligasi tidak senada dengan pelemahan yang terjadi di pasar surat utang negara maju dan berkembang, kendati variatif.
Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga surat utang negara (SUN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Keempat seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat hari ini adalah FR0082 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 8,5 basis poin (bps) menjadi 8,03%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Yield Obligasi Negara Acuan 14 Apr'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 13 Apr'20 (%) | Yield 14 Apr'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 14 Apr'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 7.641 | 7.565 | -7.60 | 7.5525 |
FR0082 | 10 tahun | 8.115 | 8.03 | -8.50 | 7.9650 |
FR0080 | 15 tahun | 8.333 | 8.269 | -6.40 | 8.1883 |
FR0083 | 20 tahun | 8.330 | 8.326 | -0.40 | 8.2771 |
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga naik. Indeks tersebut menguat 0,87 poin (0,33%) menjadi 262,54 dari posisi kemarin 261,67.
Penguatan di pasar surat utang hari ini senada dengan penguatan rupiah di pasar valas. Pada Selasa (14/4/2020), rupiah menguat 0,06% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 15.610/US$ di pasar spot.
Selain itu, pada Selasa ini, pemerintah melakukan lelang tuju seri Surat Utang Negara (SUN) dengan target indikatif Rp 20 triliun dan target maksimal Rp 30 triliun. Permintaan yang masuk senilai Rp 27,65 triliun, dan pemerintah memenangkan sebesar Rp 16,88 triliun dari tujuh seri tersebut, mengacu data DJPPR Kementerian Keuangan.
Hasil Lelang Surat Utang Negara (SUN) | |||||||
14-Apr-20 | Seri |
|
|
|
| ||
| SPN03200715 | SPN12210401 | FR0081 | FR0082 | FR0080 | FR0083 | FR0076 |
Jatuh tempo | 15-Jul-20 | 01-Apr-21 | 15-Jun-25 | 15-Sep-30 | 15-Jun-35 | 15 April 2040 | 15 May 2048 |
Yield rerata tertimbang | 2.561% | 3.567% | 7.544% | 7.962% | 8.211% | 8.320% | 8.420% |
Penawaran masuk | 2,190 | 3,200 | 5,949 | 9,512 | 4,065 | 1,951 | 0,786 |
Sumber : djppr.kemenkeu.go.id
Obligasi RI Terbaik Kedua
Apresiasi harga SUN tidak senada dengan penurunan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya, meski bervariasi. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN menjadi yang terbaik kedua setelah Afrika Selatan.
Dari pasar surat utang negara maju dan berkembang terpantau bervariasi, yang mengalami variatif tingkat yield. Sementara surat utang negara yang paling menguat yaitu Afrika Selatan, yang mengalami penurunan tingkat yield 21 basis poin (bps).
Hal tersebut mencerminkan investor global mulai masuk ke pasar pendapatan tetap (fixed income) ini di tengah kebijakan stimulus yang diterapkan Bank Indonesia (BI).
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 13 Apr'20 (%) | Yield 14 Apr'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 7.64 | 7.62 | -2.00 |
China (A+) | 2.568 | 2.564 | -0.40 |
Jerman (AAA) | -0.346 | -0.346 | 0.00 |
Prancis (AA) | 0.116 | 0.129 | 1.30 |
Inggris Raya (AA) | 0.306 | 0.313 | 0.70 |
India (BBB-) | 6.5 | 6.495 | -0.50 |
Jepang (A) | 0.005 | 0.017 | 1.20 |
Malaysia (A-) | 3.383 | 3.369 | -1.40 |
Filipina (BBB) | 4.233 | 4.232 | -0.10 |
Rusia (BBB) | 6.7 | 6.68 | -2.00 |
Singapura (AAA) | 1.097 | 1.106 | 0.90 |
Thailand (BBB+) | 1.43 | 1.42 | -1.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 0.735 | 0.754 | 1.90 |
Afrika Selatan (BB+) | 10.81 | 10.6 | -21.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/tas) Next Article Corona Terjang Ekspor Impor, Harga Obligasi RI Tak Berdaya