
Gubernur BI: Rupiah Menguat, Aliran Modal Asing Mulai Masuk!
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
14 April 2020 17:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan, bahwa saat ini nilai tukar rupiah terus menguat meninggalkan level Rp 16.000/US$. Terutama pada pekan kedua April 2020 karena kepanikan di pasar global mulai mereda.
Namun, ia menekankan, risiko masih tinggi tapi kepanikan menurun sehingga rupiah bisa terapresiasi 4,35% secara point to point dibandingkan akhir Maret. Sedangkan, rupiah masih terdepresiasi 11,18% dibandingkan akhir tahun lalu.
Ia menyebutkan, pada Selasa ini (14/4/2020), bahkan rupiah diperdagangkan di level Rp 15.610/US$ di pasar spot. Lebih kuat dibandingkan penutupan di hari sebelumnya.
Penguatan nilai tukar rupiah ini tentunya memberikan kabar baik di pasar keuangan RI, di mana aliran modal masuk asing mulai mengalir ke pasar domestik, meski belum signifikan.
"Apresiasi rupiah pada April 2020 didorong kembali meningkatnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik pascaditempuhnya berbagai kebijakan di banyak negara untuk memitigasi dampak penyebaran Covid-19, termasuk Indonesia," ujar Perry, Selasa (14/4/2020), dalam konferensi pers virtual usai Rapat Dewan Gubernur BI.
Dia melanjutkan, penguatan nilai tukar rupiah juga didukung oleh berlanjutnya pasokan valas dari pelaku domestik sehingga dapat terus menopang stabilitas nilai tukar rupiah.
Selain itu, dengan kebijakan yang terus akan dilakukan ini serta koordinasi yang erat antara BI, pemerintah dan otoritas terkait, maka pada akhir tahun rupiah diprediksi akan menguat ke level Rp 15.000/US$.
"Kami memandang bahwa level nilai tukar rupiah dewasa ini memadai untuk mendukung penyesuaian perekonomian, yang secara fundamental tercatat undervalued, dan diperkirakan bergerak stabil dan cenderung menguat ke arah Rp 15.000 di akhir tahun 2020," jelasnya.
Ke depan, BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar. BI akan terus meningkatkan intensitas intervensi di pasar DNDF (Domestic Non Deliverable Forward), pasar spot, dan pembelian SBN dari pasar sekunder.
"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, BI terus mengoptimalkan operasi moneter guna memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan ketersediaan likuiditas baik di pasar uang maupun pasar valas," tegasnya.
(tas/tas) Next Article Perry Warjiyo: PDB RI Pada Q2-2020 Diproyeksi Anjlok ke 1,1%
Namun, ia menekankan, risiko masih tinggi tapi kepanikan menurun sehingga rupiah bisa terapresiasi 4,35% secara point to point dibandingkan akhir Maret. Sedangkan, rupiah masih terdepresiasi 11,18% dibandingkan akhir tahun lalu.
Ia menyebutkan, pada Selasa ini (14/4/2020), bahkan rupiah diperdagangkan di level Rp 15.610/US$ di pasar spot. Lebih kuat dibandingkan penutupan di hari sebelumnya.
Penguatan nilai tukar rupiah ini tentunya memberikan kabar baik di pasar keuangan RI, di mana aliran modal masuk asing mulai mengalir ke pasar domestik, meski belum signifikan.
"Apresiasi rupiah pada April 2020 didorong kembali meningkatnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik pascaditempuhnya berbagai kebijakan di banyak negara untuk memitigasi dampak penyebaran Covid-19, termasuk Indonesia," ujar Perry, Selasa (14/4/2020), dalam konferensi pers virtual usai Rapat Dewan Gubernur BI.
Dia melanjutkan, penguatan nilai tukar rupiah juga didukung oleh berlanjutnya pasokan valas dari pelaku domestik sehingga dapat terus menopang stabilitas nilai tukar rupiah.
Selain itu, dengan kebijakan yang terus akan dilakukan ini serta koordinasi yang erat antara BI, pemerintah dan otoritas terkait, maka pada akhir tahun rupiah diprediksi akan menguat ke level Rp 15.000/US$.
"Kami memandang bahwa level nilai tukar rupiah dewasa ini memadai untuk mendukung penyesuaian perekonomian, yang secara fundamental tercatat undervalued, dan diperkirakan bergerak stabil dan cenderung menguat ke arah Rp 15.000 di akhir tahun 2020," jelasnya.
Ke depan, BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar. BI akan terus meningkatkan intensitas intervensi di pasar DNDF (Domestic Non Deliverable Forward), pasar spot, dan pembelian SBN dari pasar sekunder.
"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, BI terus mengoptimalkan operasi moneter guna memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan ketersediaan likuiditas baik di pasar uang maupun pasar valas," tegasnya.
(tas/tas) Next Article Perry Warjiyo: PDB RI Pada Q2-2020 Diproyeksi Anjlok ke 1,1%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular