Kabar Baik Datang Bertubi-tubi, Rupiah Perkasa di Awal Pekan!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 April 2020 09:08
Kabar Baik Datang Bertubi-tubi, Rupiah Perkasa di Awal Pekan!
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Stabilitas di pasar mulai tercipta, sehingga investor berani masuk ke aset-aset berisiko di pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.

Pada Senin (13/4/2020), US$ 1 setara dengan Rp 15.750 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,32% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Jumat Agung.

Setelah tertekan pada pekan III dan IV Maret, sepertinya rupiah mulai menemukan bentuk permainan terbaik. Dalam dua pekan terakhir, mata uang Tanah Air menguat 3,22% di hadapan dolar AS.




Hari ini, rupiah berpeluang melanjutkan perjalanan di jalur hijau. Pasalnya, sejumlah sentimen eksternal mendukung keperkasaan rupiah.

Pertama adalah perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Desease-2019/Covid-19). Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 11 April adalah 1.610.909 orang. Naik 5,89% dibandingkan sehari sebelumnya.

Akan tetapi, kenaikan 5,89% adalah yang terendah sejak 8 April. Juga lebih rendah dibandingkan rata-rata kenaikan harian selama 20 Januari-11 April yang sebesar 12,11%.



"Sentimen ini masih terus bergerak. Namun investor melihat bahwa jumlah kasus sudah mulai lebih terkendali. Ini memberi harapan bahwa kebijakan pembatasan aktivitas publik bisa dilonggarkan dalam waktu dekat, sehingga ekonomi bisa bergulir kembali," kata Mark Haefele, Chief Investment Officer di UBS Global Wealth Management, seperti dikutip dari Reuters.



Kedua, pelaku pasar masih terbawa euforia stimulus kelas paus dari bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang bernilai US$ 2,3 triliun. The Fed memberikan pinjaman lunak kepada perbankan untuk disalurkan kembali kepada perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 10.000 karyawan. Ini dilakukan untuk menekan angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi sekecil-kecilnya.

Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega juga akan memberikan pinjaman kepada negara bagian dan kota-kota yang padat penduduk agar pemerintah setempat punya dana untuk menanggulangi dampak virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Untuk pemerintah daerah, anggarannya adalah US$ 500 miliar, termasuk di paket US$ 2,3 triliun.


"Situasi saat ini mengharuskan bank sentral memperluas perannya di luar fokus yang biasanya yaitu menjaga pasar tetap likuid dan berfungsi dengan baik. Orang-orang harus berkorban untuk kebaikan bersama, kami harus membantu mereka. Bukan mereka yang menyebabkan ini semua," kata Powell, seperti dikutip dari Reuters.

Program ini memang hanya berlaku sampai September dan Powell menegaskan bahwa komitmen The Fed hanya sebatas hingga pandemi bisa dikendalikan dan aktivitas ekonomi mulai ditata kembali. "Kami akan menggunakan kekuatan sebesar mungkin secara proaktif dan agresif sampai kami meyakini bahwa kita sudah menuju jalan menuju pemulihan," lanjutnya.

Pelaku pasar menyambut baik komitmen The Fed untuk menopang ekonomi yang porak-poranda akibat pandemi virus corona. Joe Brussel, Ekonom RSM, menyatakan bahwa The Fed telah membuat sejarah. "Ini adalah langkah besar untuk menyediakan fasilitas pinjaman yang akan menyelamatkan dunia usaha," katanya, seperti dikutip dari Reuters.


Ketiga adalah tercapainya kesepakatan di OPEC+ yang secara resmi mengakhiri perang harga minyak antara Arab Saudi-Rusia. OPEC+ setuju untuk mengurangi produksi minyak sebanyak 9,7 juta barel/hari, sedikit di bawah perkiraan semula yaitu 10 juta barel/hari.

"Kesepakatan minyak di OPEC+ sudah selesai. Ini akan menyelamatkan ratusan ribu pekerjaan di sektor energi di AS. Saya ingin berterima kasih kepada Presiden (Vladimir) Putin dari Rusia dan Raja Salman dari Arab Saudi. Saya baru berbicara dengan beliau-beliau dari Oval Office. Kesepakatan yang luar biasa untuk semua!" cuit Presiden AS Donald Trump di Twitter.


Namun ke depan, pemotongan produksi diperkirakan bisa lebih dalam lagi karena ada kontribusi dari negara-negara non-OPEC seperti AS, Norwegia, Brasil, dan Kanada. Total pemangkasan produksi si emas hitam bisa mencapai 20 juta barel/hari atau 20% dari pasokan dunia.


Menanggapi kesepakatan OPEC+, harga minyak dunia bergerak ke utara. Pada pukul 07:38 WIB, harga minyak jenis brent naik 3,18% sementara light sweet melonjak 4,7%.




Berakhirnya perang harga minyak akan membuat pasar komoditas lebih stabil. Pasar keuangan secara keseluruhan juga akan merasakan dampaknya.

Tiga faktor tersebut membuat volatilitas di pasar mereda, dan risk appetite kembali bersemi. Arus modal kembali berkenan masuk ke instrumen berisiko di pasar keuangan Asia sehingga mata uang Benua Kuning berhasil menguat, termasuk rupiah.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular