
'Dimakan' Virus Corona, Cadangan Devisa RI Ambles US$ 9,4 M
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 April 2020 11:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) melaporkan data cadangan devisa per akhir Maret 2020 sebesar US$ 121 miliar. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar Rp 130,4 miliar.
Itu berarti sepanjang bulan Maret, cadangan devisa tergerus US$ 9,4 miliar, setelah bulan sebelumnya juga turun US$ 1,3 miliar.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai bahwa cadangan devisa saat ini lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah," sebut keterangan tertulis BI, Selasa (7/4/2020).
Penurunan cadangan devisa antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan keperluan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah kondisi yang di luar normal (extraordinary) karena kepanikan di pasar keuangan global dipicu pandemi COVID-19 secara cepat dan meluas ke seluruh dunia. Kepanikan pasar keuangan global dimaksud telah mendorong aliran modal keluar Indonesia dan meningkatkan tekanan rupiah khususnya pada minggu kedua dan ketiga Maret 2020.
Upaya BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah menjadi penyebab utama terkurasnya cadangan devisa. Sepanjang bulan Maret kurs rupiah jeblok 13,67%, bahkan rupiah bergerak dengan volatilitas yang sangat tinggi.
Seperti disebutkan dalam rilis tersebut, nilai tukar rupiah mengalami gejolak di pekan kedua dan ketiga Maret. Kala itu Dalam sehari, rupiah melemah lebih dari 4% hingga menyentuh level Rp 16.620/US$, mendekati level terlemah sepanjang masa Rp 16.800/US$ yang dicapai saat krisis moneter 1998.
Virus corona menjadi penyebab ambruknya nilai tukar rupiah pasar keuangan dalam negeri, bahkan pasar keuangan global. Dengan status Indonesia sebagai negara emerging market, pandemi covid-19 membuat capital ouflow yang sangat besar.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan Maret terjadi capital outflow sebesar Rp 121,26 triliun di pasar obligasi. Sementara sepanjang kuartal I-2020, sebesar Rp 134,95 triliun.
Itu artinya aksi jual investor asing di pasar obligasi memang terjadi di bulan Maret, yang membuat kurs rupiah merosot.
Itu berarti sepanjang bulan Maret, cadangan devisa tergerus US$ 9,4 miliar, setelah bulan sebelumnya juga turun US$ 1,3 miliar.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai bahwa cadangan devisa saat ini lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah," sebut keterangan tertulis BI, Selasa (7/4/2020).
Penurunan cadangan devisa antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan keperluan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah kondisi yang di luar normal (extraordinary) karena kepanikan di pasar keuangan global dipicu pandemi COVID-19 secara cepat dan meluas ke seluruh dunia. Kepanikan pasar keuangan global dimaksud telah mendorong aliran modal keluar Indonesia dan meningkatkan tekanan rupiah khususnya pada minggu kedua dan ketiga Maret 2020.
Upaya BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah menjadi penyebab utama terkurasnya cadangan devisa. Sepanjang bulan Maret kurs rupiah jeblok 13,67%, bahkan rupiah bergerak dengan volatilitas yang sangat tinggi.
Seperti disebutkan dalam rilis tersebut, nilai tukar rupiah mengalami gejolak di pekan kedua dan ketiga Maret. Kala itu Dalam sehari, rupiah melemah lebih dari 4% hingga menyentuh level Rp 16.620/US$, mendekati level terlemah sepanjang masa Rp 16.800/US$ yang dicapai saat krisis moneter 1998.
Virus corona menjadi penyebab ambruknya nilai tukar rupiah pasar keuangan dalam negeri, bahkan pasar keuangan global. Dengan status Indonesia sebagai negara emerging market, pandemi covid-19 membuat capital ouflow yang sangat besar.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan Maret terjadi capital outflow sebesar Rp 121,26 triliun di pasar obligasi. Sementara sepanjang kuartal I-2020, sebesar Rp 134,95 triliun.
Itu artinya aksi jual investor asing di pasar obligasi memang terjadi di bulan Maret, yang membuat kurs rupiah merosot.
Next Page
Triple Intervention BI Stabilkan Rupiah
Pages
Most Popular