'Dimakan' Virus Corona, Cadangan Devisa RI Ambles US$ 9,4 M

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 April 2020 11:50
Triple Intervention BI Stabilkan Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Pada pekan terakhir Maret, pergerakan rupiah mulai stabil, berkat Bank Indonesia (BI) yang selalu ada di pasar. BI selalu menegaskan melakukan triple intervention atau intervensi di tiga pasar yaitu spot valas, Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF), dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder, guna menstabilkan nilai tukar rupiah. 

Intervensi BI yang paling terlihat di pasar obligasi, dimana kepemilikan SBN BI naik signifikan. Itu artinya BI membeli SBN yang dilepas oleh investor asing. Berdasarkan data DJPPR, kempemilikan BI atas SBN di akhir Maret sebesar Rp 255,1 triliun, dibandingkan posisi akhir Februari Rp 115,13 triliun. 

Artinya terjadi kenaikan signifikan, sebesar 139,97 triliun sepanjang bulan Maret. Intervensi BI sukses membuat rupiah bergerak stabil, meski harus menguras cadangan devisa cukup dalam. 

"Dengan langkah stabilisasi dan penguatan bauran kebijakan Bank Indonesia, berkoordinasi erat dengan Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kondisi pasar berangsur-angsur pulih dan mekanisme pasar kembali berjalan sejak minggu terakhir Maret 2020, " papar keterangan BI.


Dalam keterangan tersebut, BI juga memandang bahwa tingkat nilai tukar rupiah saat ini relatif memadai dan secara fundamental undervalued (terlalu murah). Ke depannya rupiah diperkirakan akan bergerak stabil dan cenderung menguat ke arah Rp 15.000 per dolar AS di akhir 2020.

Selain untuk menstabilkan rupiah, cadangan devisa juga terkuras untuk pembayaran utang pemerintah. Data dari DJPPR menunjukkan utang pemerintah yang jatuh tempo pada 2020 adalah Rp 238 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari jatuh tempo obligasi negara Rp 158 triliun dan pinjaman Rp 80 triliun.

Ketika cadangan devisa banyak digunakan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, pemasukan devisa dari ekspor justru sedang seret akibat perlambatan ekonomi global yang dipicu virus corona. Harga komoditas ekspor andalan Indonesia, seperti minyak sawit mentah (CPO) harga rata-rata di bulan Maret sebesar RM 2.344/ton, di bawah rata-rata bulan Februari RM 2.620/ton di bursa Malaysia. Belum lagi melihat permintaan yang lesu akibat lockdown di beberapa negara konsumen terbesar seperti China dan India. 

Dengan pemasukan devisa yang menurun, dan pengeluaran yang besar guna menstabilkan rupiah, cadangan devisa pun akhirnya tergerus.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular