
Cadev Turun US$ 4,2 M, Dipakai Bayar Utang & Stabilisasi Rupiah

Jakarta, CNBC Indonesia - Cadangan devisa turun sebesar US$ 4,2 miliar menjadi US$ 136,2 miliar pada akhir April 2024. Posisi ini menurun dibandingkan posisi pada akhir Maret 2024 sebesar US$ 140,4 miliar.
Direktur Departemen Komunikasi Fajar Majardi mengatakan posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,
"Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global," kata Fajar, dalam rilis, Rabu (8/5/2024).
Adapun, rupiah sempat menyentuh level Rp16.259 per dolar Amerika Serikat (AS) di penghujung April. Dengan demikian, rupiah tercatat melemah 2,53% sepanjang April.
Selain digunakan sebagai pembayaran perdagangan internasional, fungsi cadangan devisa adalah untuk membiayai utang luar negeri. Kemudian, cadangan devisa juga berperan sebagai alat kebijakan moneter khususnya untuk meredam gejolak nilai tukar, misalnya, dengan melakukan intervensi apabila diperlukan.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan nilai tukar rupiah akan menguat ke level Rp 15.800 per dolar AS pada akhir tahun 2024. Tak hanya itu, dia yakin rupiah akan stabil selama kuartal II-2024.
"Kami yakin rupiah tetap stabil di sekitar Rp16.200/US$ pada kuartal II ini dan menguat ke arah rerata Rp16.000/US$ di 2023 dan menguat Rp15.800 pada kuartal IV-2024," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur, dikutip Rabu (8/5/2024)
Menurut Perry, BI menempuh sederet kebijakan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar. Salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 bps menjadi 6,25%.
"Itu untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari kemungkinan meningkatnya risiko global ke potensial risk agar stabil ke depan dan preemptive forward looking untuk memastikan sasaran inflasi," jelasnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Pastikan RI Punya Cadangan Devisa Kuat, Dolar Turun ke Rp15.630