Analisis

Corona & Drama India-Malaysia Picu Harga CPO Drop di Q1 2020

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
05 April 2020 11:23
Corona Jadi Pandemi & Lockdown di Berbagai Negara, Harga CPO Makin Tertekan
Foto: Kondisi Terkini Lockdown di Spanyol. AP/Manu Fernandez
Gayung bersambut, hal ini direspons positif oleh India. Tindakan ini diambil oleh Perdana Menteri yang baru lantaran industri kelapa sawit Malaysia yang tertekan akibat merosotnya ekspor minyak sawit ke India. Sehingga ketika keduanya kembali akur ada harapan India akan kembali membeli minyak sawit dari India.

Namun ternyata tak semudah itu, para trader di India sudah mulai beralih ke minyak nabati lain lantaran harga minyak sawit sudah mulai mahal. Spread atau selisih antara harga minyak kedelai dan minyak sawit rata-rata di bulan Januari-Februari berada di US$ 53,42, jauh lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu di US$ 178,79.

Spread harga yang sudah berada di bawah US$ 100 mengindikasikan bahwa harga minyak sawit sudah terlampau mahal. Jika minyak sawit Malaysia ingin dibeli oleh India, para trader meminta harganya agar lebih rendah.


Walau menghadapi tantangan tersebut, harga CPO kembali merangkak naik pada awal Maret lalu. Pasar melihat ketegangan antara India dan Malaysia yang sudah agak mereda menjadi sinyal positif untuk ke depannya.

Namun lagi-lagi sentimen ini tak berlangsung lama, harga CPO ambles lagi seiring dengan lonjakan kasus signifikan yang terjadi di luar China saat kasus di Tiongkok mulai mencapai puncaknya. Pada 11 Maret lalu WHO resmi mendeklarasikan wabah COVID-19 sebagai pandemi global.

WHO menyematkan status pandemi lantaran jumlah kasus bertambah dengan signifikan dan episentrum bergeser ke negara lain yakni Eropa dengan Italia melaporkan jumlah kasus paling banyak.

Italia dan beberapa negara lain mulai meniru langkah China dengan memberlakukan lockdown. Bahkan Italia memberlakukan karantina satu negara. Orang-orang diminta untuk tetap tinggal di rumah. Akibatnya permintaan minyak sawit menjadi terancam makin anjlok signifikan mengingat Eropa juga menyumbang pangsa pasar minyak sawit yang besar bagi Malaysia maupun Indonesia.

Namun, wabah COVID-19 ternyata juga semakin merebak di Malaysia. Hal ini membuat Pemerintah Malaysia memutuskan lockdown pada 17 Maret lalu. Lockdown sempat memicu aksi keberatan dari para pelaku industri di sektor kelapa sawit. Jika aktivitas operasional perkebunan ditutup selama lockdown maka stok kelapa sawit bisa anjlok 1 juta ton lebih.

Sentimen ini sempat membuat harga CPO kembali naik. Namun harga CPO mulai bergerak makin galau setelah India juga memutuskan lockdown selama tiga pekan pada 26 Maret 2020.

Tak bisa dipungkiri, kuartal pertama tahun ini banyak sekali kejadian yang telah dilalui. Mulai dari wabah corona, ketegangan hubungan bilateral antar negara dan juga gejolak politik internal. Akibatnya harga CPO telah anjlok 21,3% pada kuartal pertama tahun ini.


TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular