Merana karena Corona, Harga CPO Jatuh 5,59% Pekan Ini

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 April 2020 08:50
Merana karena Corona, Harga CPO Jatuh 5,59% Pekan Ini
Foto: Antara Foto/Akbar Tado/via REUTERS
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) bergerak turun sepanjang pekan ini. Penyebabnya apa lagi kalau bukan pandemi virus corona alias Coronavirus Desease-2019 (Covid-19).

Sepanjang minggu ini, harga CPO di bursa komoditas Malaysia anjlok 5,59%. Ini adalah koreksi mingguan terdalam sejak Maret 2013. Pada perdagangan akhir pekan, harga CPO berada di titik terendah sejak Oktober tahun lalu.



"Pandemi Covid-19 yang memburuk menyebabkan aktivitas ekonomi menurun, masalah di logistik, dan restriksi bagi warga negara asing. Ini akan menurunkan permintaan CPO di sejumlah pasar utama seperti China dan Uni Eropa," sebut riset MIDF Amanah Investment Bank, seperti dikutip dari Reuters.


Ya, penyebaran virus yang bermula dai Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu memang kian mengkhawatirkan. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada Sabtu (4/4/2020) pukul 23:43 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 1.159.515. Dari jumlah tersebut, korban jiwa tercatat 62.376 orang (tingkat kematian/mortality rate 5,38%).

Untuk meredam penyebaran virus, berbagai negara menerapkan pembatasan aktivitas publik. Mulai dari penutupan perbatasan, anjuran untuk beraktivitas di rumah, sampai yang lebih ekstrem seperti karantina wilayah atau lockdown yang benar-benar melarang warga meninggalkan rumah kecuali untuk kepentingan darurat dan menonaktifkan transportasi umum.

Kebijakan tersebut mau tidak mau, suka tidak suka akan membuat roda perekonomian berjalan lambat. Ini terjadi di hampir seluruh negara di dunia, termasuk konsumen CPO terbesar seperti Indonesia, India, China, dan Uni Eropa.

 



Dalam laporan terbarunya, Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 2,5% pada 2020. Jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 5,02% dan kalau terjadi akan menjadi catatan terburuk sejak 1999.

Sementara pertumbuhan ekonomi China tahun ini diramal hanya 1,3%. Sedangkan pertumbuhan ekonomi India untuk 2020 diproyeksi sebesar 4%.




"Covid-19 telah mengubur tanda-tanda pemulihan ekonomi yang terlihat pada awal 2020, ditandai dengan meredanya ketidakpastian akibat perang dagang Amerika Serikat (AS)-China, Brexit, dan siklus pelonggaran moneter oleh The Federal Reserve (bank sentral AS). Data terakhir menunjukkan bahwa Covid-19 telah menghentikan laju pemulihan ekonomi. PMI (Purchasing Managers's Index) jatuh, sebuah indikasi awal gangguan rantai pasok serta pukulan di sektor perdagangan," sebut laporan ADB.

Foto: ADB
 
Sebelum serangan virus ini mereda, perekonomian global tidak akan tenang. Oleh karena itu, wajar harga CPO ambles karena permintaan juga demikian seiring perlambatan ekonomi yang signifikan.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular