Laba Emiten Batu Bara Milik Luhut Ambles 30%, Tertolong CPO

tahir saleh, CNBC Indonesia
31 March 2020 10:46
Laba bersih emiten batu bara PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) merosot di 2019.
Foto: Sekretariat Kabinet

Jakarta, CNBC Indonesia - Laba bersih PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA), emiten baru bara yang sahamnya juga dipegang oleh Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, mencapai US$ 26,55 juta atau setara dengan Rp 425 miliar (asumsi kurs Rp 16.000/US$) sepanjang tahun lalu, turun 30% dari 2018 yakni US$ 37,79 juta atau Rp 605 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan TOBA yang dipublikasikan Selasa ini (31/3/2020), dengan laba bersih itu, maka laba bersih per saham (earnings per share) turun menjadi US$ 0,0033 dari tahun 2018 yakni US$ 0,0047.

Penurunan laba bersih itu terjadi di tengah pendapatan perusahaan yang justru naik. Pendapatan TOBA tahun lalu naik 20% menjadi US$ 525,52 juta atau setara dengan Rp 8,41 triliun dari sebelumnya US$ 438,44 juta atau Rp 7,02 triliun.


Hanya saja, beban perusahaan masih tinggi. Beban pendapatan TOBA naik menjadi US$ 433,83 juta dari sebelumnya US$ 314.35 juta. Kemudian ada beban rugi kurs yakni mencapai US$ 780.623 dari sebelumnya bisa mencetak untung kurs US$ 1,15 juta.

Mengacu lapkeu TOBA, penjualan terbesar dari penjualan batu bara untuk pasar luar negeri yakni US$ 303,97 juta turun dari sebelumnya US$ 391,44 juta.

Untuk pasar lokal, penjualan juga turun menjadi US$ 4,50 juta dari sebelumnya US$ 5,74 juta. Masih ada pendapatan dari penjualan tandan buat segar, inti sawit dan minyak sabit mental (CPO) sebesar US$ 6,60 juta, naik dari sebelumnya hanya US$ 1,72 juta, sisanya pendapatan dari bisnis konstruksi melesat menjadi US$ 210,45 juta dari sebelumnya US$ 39,54 juta.

Klien terbesar yakni PT PLN (Persero) dengan porsi mencapai 40% dari pendapatan atau US$ 210,45 juta, melonjak tajam dari sebelumnya hanya 9% atau US$ 39,54 juta. Klien lainnya yakni Taiwan Power Company, TNB Fuel Services dan Vitol Asia Pte Ltd.

Aset perusahaan tercatat naik menjadi US$ 634,64 juta dari tahun sebelumnya US$ 501,88 juta. 

Data lapkeu tersebut mencatat, TOBA dikendalikan oleh Highland Strategic Holdings Pte. Ltd (HSH). Perusahaan ini adalah perusahaan investasi yang berdomisili di Singapore beralamat di 3 Jalan Pisang, Singapore 199070. HSH memiliki fokus investasi khususnya pada sektor energi di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Kegiatan utama TOBA yakni investasi di bidang pertambangan batu bara, perkebunan kelapa sawit dan pembangkit listrik mandiri melalui entitas anak.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut sebelumnya membeberkan kepemilikan sahamnya di TOBA yang dimiliki lewat PT Toba Sejahtra.

"Saya mempunyai saham di Toba Bara Sejahtra, tapi sekarang saya tinggal 10 persen di situ [Toba Bara Sejahtra], itu saja," kata Luhut di kantornya, Rabu (27/2), dikutip CNN Indonesia.

Per Desember 2019, secara detail, pemegang saham TOBA yakni HSH sebesar 
61,91%, Bintang Bara BV 10%, PT Toba Sejahtra 10%, PT Bara Makmur Abadi 6,25%, PT Sinergi Sukses Utama 5,10%, dan publik 6,74%.

Mengacu data BEI, saham TOBA masih stagnan di level Rp 370/saham. Sepekan terakhir saham TOBA naik 8,8% dan year to date naik 3,35% dengan kapitalisasi pasar Rp 2,98 triliun.

[Gambas:Video CNBC]


(tas/hps) Next Article Laba Emiten Tambang Milik Luhut Melesat 218%, Apa Pemicunya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular