Lumayan, Rupiah Peringkat 2 Asia... dari Bawah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 March 2020 10:07
Lumayan, Rupiah Peringkat 2 Asia... dari Bawah
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga semakin lemah di perdagangan pasar spot.

Pada Senin (30/3/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 16.336. Rupiah melemah 0,65% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.

Sementara di pasar spot, rupiah juga merah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 16.250 di mana rupiah melemah 0,93%.

Kala pembukaan pasar, rupiah sudah melemah tetapi 'hanya' 0,31%. Namun seiring perjalanan pasar, rupiah semakin lemah dan dolar AS menembus level Rp 16.200.


Tidak hanya rupiah, hampir seluruh mata uang utama Asia juga melemah di hadapan dolar AS. Hanya yuan China, yen Jepang, dan peso Filipina yang mampu menguat.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:06 WIB:

 


Pelaku pasar sepertinya sedang ogah mendengar 'janji surga' berupa stimulus fiskal maupun moneter. Sebab stimulus-stimulus tersebut ternyata tidak mampu menahan kekhawatiran terhadap penyebaran virus corona yang semakin masif.

Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump sudah meneken Undang-undang (UU) paket stimulus fiskal senilai US$ 2,2 triliun. Ini terjadi setelah dua kamar di parlemen, Senat dan House of Representatives, memberikan restu.


"Bangsa kita menghadapi risiko ekonomi dan kesehatan akibat terpaan virus corona, pandemi terburuk dalam lebih dari 100 tahun terakhir. Apa pun yang kami lakukan selanjutnya, sekarang kami loloskan legislasi ini," tegas Nancy Pelosi, Ketua House dari kubu oposisi Partai Demokrat, sebagaimana diberitakan Reuters.

Trump berjanji akan menggunakan stimulus ini semaksimal mungkin. Dengan bekal anggaran raksasa, sang presiden ke-45 yakin Negeri Adidaya mampu bangkit dari nestapa virus corona.

"Kami akan menggunakan paket stimulus ini untuk membantu para keluarga, pekerja, dan dunia usaha yang sedang membutuhkan. Saya memperkirakan dalam waktu dekat kita akan lebih kuat," kata Trump, dikutip dari Reuters.


Di sisi moneter, pagi ini bank sentral China (PBoC) memberikan stimulus berupa penurunan suku bunga reverse repo sebesar 20 basis poin (bps) dari 2,4% menjadi 2,2%. Tidak hanya itu, PBoC juga kembali menyuntikkan likuiditas sebesar CNY 50 miliar di pasar reverse repo tenor tujuh hari.


Namun ternyata 'obat kuat' tersebut tidak membuat pasar bergairah. Wajar, sebab penyebaran virus corona memang semakin mengkhawatirkan.

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 08:32 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia mencapai 721.817 orang. Dari jumlah tersebut, 33.968 orang meninggal dunia.

Sejak pertengahan Maret, penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei (China) itu semakin menggila. Kini sudah lebih dari 190 negara terinfeksi virus corona.

ArcGis
 
Untuk membatasi ruang gerak penyebaran virus, pemerintahan di berbagai negara membatasi aktivitas masyarakat. Di Australia, pemerintahan Perdana Menteri Scott Morrison mengancam para pelanggar ketentuan larangan berkumpul dengan sanksi denda sampai kurungan penjara.

"Hanya pada situasi yang sangat penting Anda boleh meninggalkan rumah. Kita akan bisa melalui ini," ujar Gubernur New South Wales Gladys Berejiklian, sebagaimana dikutip dari Reuters.


Pekan lalu, India menyusul sejumlah negara lain yang melakukan karantina wilayah (lockdown) total. Benar-benar total, warga yang keluar rumah berisiko kena pentung polisi.

Namun lockdown di India bukan tanpa problema. Para pekerja yang mendapatkan penghasilan dari upah harian praktis tidak bisa membuat dapur tetap mengebul, karena tidak bisa bekerja.

"Saya minta maaf kepada seluruh rakyat. Warga yang tidak mampu pasti berpikir, Perdana Menteri macam apa yang membuat kesengsaraan begitu besar. Namun kita memang tidak punya pilihan, langkah yang diambil sekarang akan membuat India berjaya melawan corona," tegas Perdana Menteri India Narendra Modi, seperti diwartakan Reuters.

Itulah masalahnya. Pembatasan aktivitas publik memang bertujuan mulia yaitu menyelamatkan nyawa dari cengkeraman virus corona. Akan tetapi harus dibayar mahal dengan perlambatan aktivitas ekonomi, bahkan kontraksi.

Oleh karena itu, resesi ekonomi global sepertinya sudah di depan mata. Bahkan Dana Moneter Internasional (IMF) menilai saat ini dunia sudah masuk ke jurang resesi.

"Kami telah mengkaji ulang prospek pertumbuhan ekonomi 2020 dan 2021. Sekarang sudah jelas bahwa kita sudah memasuki resesi, sama atau bahkan lebih parah dibandingkan 2009. Kami memperkirakan ada pemulihan pada 2021, bahkan mungkin dalam kisaran yang lumayan tinggi. Syaratnya, kita harus sukses meredam penyebaran virus ini di mana pun dan kita mampu mencegah masalah likuiditas agar tidak melebar menjadi isu penyelamatan (solvancy)," ungkap Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, dalam keterangan pers usai pertemuan International Monetary and Financial Committee (IMFC).


Sementara Economist Intelligence Unit (IEU) memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara-negara G20 pada 2020 adalah -2,2%. Jauh memburuk ketimbang proyeksi sebelumnya yakni 2,3%.

"Gambaran ekonomi dunia begitu lemah dengan resesi yang kemungkinan terjadi di hampir seluruh negara maju. Kami memperkirakan akan ada perbaikan pada paruh kedua tahun ini, tetapi risiko ke bawah (downside risk) masih sangat besar karena mungkin bakal terjadi gelombang serangan kedua atau ketiga yang membuat pertumbuhan ekonomi turun lebih dalam.

"Saat ini, masih sulit untuk memperkirakan lockdown bisa dicabut sehingga ketidakpastian masih sangat tinggi. Dengan penurunan penerimaan negara dan belanja yang meningkat, banyak negara juga bisa terjebak dalam krisis utang," papar Agathe Demarais, Global Forecasting Director di IEU, dalam laporannya.


Jadi, sangat wajar jika investor masih melakukan 'social distancing' dengan aset-aset berisiko. Minimnya arus modal ke pasar keuangan Asia membuat mata uang ramai-ramai melemah, termasuk rupiah.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular