
'Obat Kuat' Hanya Sementara, IHSG Anjlok Lagi di Awal Pekan
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
30 March 2020 09:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepekan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan signifikan. Namun awal pekan ini, IHSG kembali dibuka di zona merah seiring dengan memburuknya perkembangan kasus infeksi virus corona (COVID-19).
Dalam sepekan terakhir, IHSG reli tak terbendung, terutama di 2 hari terakhir perdagangan jelang akhir pekan. IHSG menguat 8,4% secara week on week (wow). Namun apresiasi tersebut kemungkinan besar lebih bersifat temporer.
Pagi ini Senin (30/3/2020), IHSG dibuka anjlok 1,57%. Selang beberapa saat, IHSG makin tertekan dengan koreksi mencapai 3,78%ke level 4.373,51 pada 09.03 WIB. IHSG kembali tertekan sejalan dengan mayoritas bursa saham kawasan Asia yang juga bergerak di zona merah pada awal pekan ini.
Pada pukul 08.45 WIB, saham-saham di Asia berguguran. Indeks Shanghai Composite (-1,17%), Hang Seng (-1,97%), KOSPI (-2,16%), Topix (-3,97%), Straits Times (-2,55%), KLCI (-1,28%). Kembali memerahnya bursa Asia masih dipicu oleh sentimen utama berupa perkembangan kasus COVID-19 yang kian memburuk.
Mengacu pada data kompilasi John Hopkins University CSSE, sampai hari ini sudah ada 721.584 kasus kumulatif orang yang terinfeksi virus corona. Nyaris 34.000 orang dinyatakan meninggal dunia.
Pasar yang berbunga-bunga pekan lalu karena berbagai stimulus yang digelontorkan, kini harus kembali nelangsa. Seperti diketahui bersama, minggu lalu Presiden AS ke-45 Donald Trump menandatangani Undang-Undang paket stimulus ekonomi AS yang bernilai jumbo (US$ 2 triliun) untuk masyarakat AS, UKM dan sektor bisnis yang terdampak.
Tak hanya itu, Senin pekan lalu (23/3/2020), secara mengejutkan bank sentral AS mengumumkan program pembelian aset keuangan atau quantitative easing (QE) dengan nilai tak terbatas, untuk memompa uang ke perekonomian guna meredam dampak wabah COVID-19 ke perekonomian.
Ini merupakan langkah terobosan baru. Tak hanya membeli surat utang pemerintah dan efek beragun aset properti (Residential Mortgage Backed Security), The Fed juga akan membeli obligasi korporasi dengan rating 'investment grade' berserta Exchange Traded Fund (ETF)-nya.
Kedua langkah yang diambil oleh Paman Sam sebagi negara adidaya merupakan langkah historis yang membuat pasar diterpa angin segar dan memicu terjadinya euforia. Namun selagi musuh tak kasat mata benar-benar belum musnah, pasar masih akan diwarnai dengan volatilitas yang tinggi.
"Pertanyaan besar bagi pasar adalah apakah stimulus jumbo yang diperkenalkan sejauh ini di seluruh dunia akan cukup untuk membantu ekonomi global menahan guncangan dari langkah-langkah untuk menahan penyebaran COVID-19," tulis Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang di National Australia Bank, menulis dalam sebuah catatan.
"Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mengetahui besarnya tindakan tersebut dan untuk berapa lama tindakan tersebut dilaksanakan," kata Catril. Sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti dan pasar "cenderung tetap volatil" sampai ketidakpastian ini selesai, melansir CNBC International.
Jumlah kasus infeksi COVID-19 di dalam negeri juga terus bertambah. Per Minggu (29/3/2020), jumlah orang yang terinfeksi virus di tanah air mencapai 1.285 kasus. Sebanyak 1.107 orang masih dalam perawatan intensif, 64 orang dinyatakan sembuh dan 114 orangg meninggal dunia.
Berbagai upaya terus dilakukan untuk melawan COVID-19. Mulai dari persiapan berupa pemberian stimulus fiskal dan moneter hingga intervensi di sektor kesehatan. Bahkan dikabarkan, pemerintah berencana menutup akses keluar masuk Jabodetabek yang rencananya akan diberlakukan hari ini.
Tak ketinggalan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga terus mendukung kebijakan pemerintah untuk melakukan social distancing dan work from home. Mulai hari ini perdagangan di bursa dipangkas 1,5 jam. Istirahat sesi I bergeser menjadi pukul 11.30 WIB dan jam penutupan perdagangan maju satu jam menjadi pukul 15.00 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Ini 5 Saham yang Bikin IHSG Drop 5% & Perdagangan Disetop
Dalam sepekan terakhir, IHSG reli tak terbendung, terutama di 2 hari terakhir perdagangan jelang akhir pekan. IHSG menguat 8,4% secara week on week (wow). Namun apresiasi tersebut kemungkinan besar lebih bersifat temporer.
Pagi ini Senin (30/3/2020), IHSG dibuka anjlok 1,57%. Selang beberapa saat, IHSG makin tertekan dengan koreksi mencapai 3,78%ke level 4.373,51 pada 09.03 WIB. IHSG kembali tertekan sejalan dengan mayoritas bursa saham kawasan Asia yang juga bergerak di zona merah pada awal pekan ini.
Mengacu pada data kompilasi John Hopkins University CSSE, sampai hari ini sudah ada 721.584 kasus kumulatif orang yang terinfeksi virus corona. Nyaris 34.000 orang dinyatakan meninggal dunia.
Pasar yang berbunga-bunga pekan lalu karena berbagai stimulus yang digelontorkan, kini harus kembali nelangsa. Seperti diketahui bersama, minggu lalu Presiden AS ke-45 Donald Trump menandatangani Undang-Undang paket stimulus ekonomi AS yang bernilai jumbo (US$ 2 triliun) untuk masyarakat AS, UKM dan sektor bisnis yang terdampak.
Tak hanya itu, Senin pekan lalu (23/3/2020), secara mengejutkan bank sentral AS mengumumkan program pembelian aset keuangan atau quantitative easing (QE) dengan nilai tak terbatas, untuk memompa uang ke perekonomian guna meredam dampak wabah COVID-19 ke perekonomian.
Ini merupakan langkah terobosan baru. Tak hanya membeli surat utang pemerintah dan efek beragun aset properti (Residential Mortgage Backed Security), The Fed juga akan membeli obligasi korporasi dengan rating 'investment grade' berserta Exchange Traded Fund (ETF)-nya.
Kedua langkah yang diambil oleh Paman Sam sebagi negara adidaya merupakan langkah historis yang membuat pasar diterpa angin segar dan memicu terjadinya euforia. Namun selagi musuh tak kasat mata benar-benar belum musnah, pasar masih akan diwarnai dengan volatilitas yang tinggi.
"Pertanyaan besar bagi pasar adalah apakah stimulus jumbo yang diperkenalkan sejauh ini di seluruh dunia akan cukup untuk membantu ekonomi global menahan guncangan dari langkah-langkah untuk menahan penyebaran COVID-19," tulis Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang di National Australia Bank, menulis dalam sebuah catatan.
"Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mengetahui besarnya tindakan tersebut dan untuk berapa lama tindakan tersebut dilaksanakan," kata Catril. Sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti dan pasar "cenderung tetap volatil" sampai ketidakpastian ini selesai, melansir CNBC International.
Jumlah kasus infeksi COVID-19 di dalam negeri juga terus bertambah. Per Minggu (29/3/2020), jumlah orang yang terinfeksi virus di tanah air mencapai 1.285 kasus. Sebanyak 1.107 orang masih dalam perawatan intensif, 64 orang dinyatakan sembuh dan 114 orangg meninggal dunia.
Berbagai upaya terus dilakukan untuk melawan COVID-19. Mulai dari persiapan berupa pemberian stimulus fiskal dan moneter hingga intervensi di sektor kesehatan. Bahkan dikabarkan, pemerintah berencana menutup akses keluar masuk Jabodetabek yang rencananya akan diberlakukan hari ini.
Tak ketinggalan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga terus mendukung kebijakan pemerintah untuk melakukan social distancing dan work from home. Mulai hari ini perdagangan di bursa dipangkas 1,5 jam. Istirahat sesi I bergeser menjadi pukul 11.30 WIB dan jam penutupan perdagangan maju satu jam menjadi pukul 15.00 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Ini 5 Saham yang Bikin IHSG Drop 5% & Perdagangan Disetop
Most Popular