
Efek Corona, Moody's: Ekonomi G-20 Bisa Minus 0,5% Tahun Ini
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
26 March 2020 11:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat internasional, Moody's Investor Services memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia atau G-20, akan terkontraksi tajam, alias minus 0,5% sepanjang tahun ini.
Wabah pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) menjadi penyebab perekonomian global terguncang.
"Ekonomi negara G-20 akan mengalami guncangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada paruh pertama tahun ini dan akan berkontraksi pada tahun 2020 secara keseluruhan," tulis Moody's, dalam riset bertajuk Global Macro Outlook 2020-21, dikutip Kamis (26/3/2020).
Hingga Kamis, 26 Maret 2020, virus yang berasal dari Wuhan, China ini telah menginfeksi lebih dari 471.000 orang di 174 negara. Jumlah korban tewas akibat COVID-19 mencapai 21.287 orang.
Untuk menekan korban jiwa kian bertambah, sejumlah negara memberlakukan kebijakan karantina wilayah (lockdown) seperti yang terjadi di Italia, India, Inggris hingga Malaysia. Alhasil, aktivitas perekonomian di negara tersebut menjadi lumpuh.
Moody's memperkirakan, PBD riil sepanjang tahun 2020 dari negara-negara G-20 secara rata-rata akan minus 0,5%, jauh di bawah perkiraan pada proyeksi awal November lalu dengan estimasi pertumbuhan sebesar 2,6%.
"Namun pada tahun setelahnya akan diikuti oleh peningkatan ke pertumbuhan [ekonomi G-20] sebesar 3,2% pada tahun 2021," terang Moody's.
Sedangkan, ekonomi Indonesia dari tadinya diperkirakan tumbuh 5%, hanya akan tumbuh 3,7% saja pada tahun ini. Tapi tahun depan, Indonesia diprediksi tumbuh 5%.
Tahun 2019, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh 5,02%, lebih rendah dibanding capaian tahun 2018 sebesar 5,17%.
Moody's mengimbau, otoritas fiskal dan moneter semakin meningkatkan stimulus melalui kebijakan yang mendukung pemulihan perekonomian setiap negara agar selamat dari krisis ini.
Menurut proyeksi Moody's, aktivitas bisnis kemungkinan akan turun tajam di ekonomi negara maju di paruh pertama tahun 2020.
Sedangkan, pertumbuhan PDB riil di China, sebagai episentrum penyebaran virus menjadi paling terpukul perekonomiannya. PBD Negeri Tirai Bambu diprediksi tumbuh sebesar 3,3% pada tahun 2020, diikuti oleh pertumbuhan 6,0% pada tahun 2021.
G-20 adalah gabungan 19 negara dan bank sentral, dengan Uni Eropa. Termasuk negara G-20 adalah Argentina, Australia, Brazil, Kanada, China, Prancis, Jerman, India.
Lalu Italia, Indonesia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, AS, Inggris, dan Uni Eropa.
(tas/tas) Next Article Moody's Pangkas Peringkat Sawit Sumbermas, Waduh!
Wabah pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) menjadi penyebab perekonomian global terguncang.
"Ekonomi negara G-20 akan mengalami guncangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada paruh pertama tahun ini dan akan berkontraksi pada tahun 2020 secara keseluruhan," tulis Moody's, dalam riset bertajuk Global Macro Outlook 2020-21, dikutip Kamis (26/3/2020).
Untuk menekan korban jiwa kian bertambah, sejumlah negara memberlakukan kebijakan karantina wilayah (lockdown) seperti yang terjadi di Italia, India, Inggris hingga Malaysia. Alhasil, aktivitas perekonomian di negara tersebut menjadi lumpuh.
Moody's memperkirakan, PBD riil sepanjang tahun 2020 dari negara-negara G-20 secara rata-rata akan minus 0,5%, jauh di bawah perkiraan pada proyeksi awal November lalu dengan estimasi pertumbuhan sebesar 2,6%.
"Namun pada tahun setelahnya akan diikuti oleh peningkatan ke pertumbuhan [ekonomi G-20] sebesar 3,2% pada tahun 2021," terang Moody's.
![]() |
Sedangkan, ekonomi Indonesia dari tadinya diperkirakan tumbuh 5%, hanya akan tumbuh 3,7% saja pada tahun ini. Tapi tahun depan, Indonesia diprediksi tumbuh 5%.
Tahun 2019, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh 5,02%, lebih rendah dibanding capaian tahun 2018 sebesar 5,17%.
Moody's mengimbau, otoritas fiskal dan moneter semakin meningkatkan stimulus melalui kebijakan yang mendukung pemulihan perekonomian setiap negara agar selamat dari krisis ini.
Menurut proyeksi Moody's, aktivitas bisnis kemungkinan akan turun tajam di ekonomi negara maju di paruh pertama tahun 2020.
Sedangkan, pertumbuhan PDB riil di China, sebagai episentrum penyebaran virus menjadi paling terpukul perekonomiannya. PBD Negeri Tirai Bambu diprediksi tumbuh sebesar 3,3% pada tahun 2020, diikuti oleh pertumbuhan 6,0% pada tahun 2021.
G-20 adalah gabungan 19 negara dan bank sentral, dengan Uni Eropa. Termasuk negara G-20 adalah Argentina, Australia, Brazil, Kanada, China, Prancis, Jerman, India.
Lalu Italia, Indonesia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, AS, Inggris, dan Uni Eropa.
(tas/tas) Next Article Moody's Pangkas Peringkat Sawit Sumbermas, Waduh!
Most Popular