Moody's Pangkas Peringkat Sawit Sumbermas, Waduh!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
17 December 2019 12:46
Moody's Pangkas Peringkat Sawit Sumbermas, Waduh!
Foto: Kelapa sawit (REUTERS/Lai Seng Sin)
Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat utang global Moody's menurunkan rating kredit PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) dari B2 menjadi B3. Penurunan rating ini disebabkan oleh pelemahan profil kredit perusahaan.

Di waktu yang sama Moody's juga menurunkan peringkat utang anak perusahaan SSMS bernama SSMS Plantation Holding Pte. Ltd dari B2 menjadi B3 untuk surat utang yang tak memiliki kolateral (senior unsecured notes) senilai US$ 300 juta.

Company Name

From

To

PT Sawit Sumbermas Sarana Sarana Tbk

B2

B3

SMSS Plantation Holding Pte.Ltd.

B2

B3

Sumber : Moody's Investor Services

"Penurunan rating merefleksikan ekspektasi kami bahwa profil kredit SSMS secara material melemah dari sebelumnya karena laba yang negatif dari aktivitas hilir serta terbatasnya transparansi dalam aktivitas operasional grup di tengah adanya transaksi antar pihak terafiliasi yang signifikan." Kata Maisam Hasnain Assistant Vice President & Analyst.

Rating kredit perusahaan SMSS mencerminkan kualitas kredit perusahaan induknya yaitu Citra Borneo Indah (CBI) yang juga melemah. Metrik kredit CBI melemah dalam beberapa tahun terakhir.

Pelemahan ini terjadi karena kerugian operasional dan kenaikan belanja modal untuk pengembangan aktivitas hilir, termasuk kilang minyak sawit serta kompleks perindustrian.

Sepanjang semester I yang berakhir pada Juni 2019, CBI membukukan kerugian operasional sekitar Rp 45 miliar. Keuntungan dari aktivitas hulu harus tergerus karena kerugian yang terjadi di lini bisnis lain termasuk sektor pemrosesan minyak sawit.

Berdasarkan informasi keuangan perusahaan pada kuartal III-2019, aktivitas hilir terutama di bagian pemrosesan minyak sawit terus mencatatkan kerugian operasional. Moody's menduga SSMS akan tetap menyokong keuangan CBI termasuk untuk aktivitas hilir.

Hingga September 2019, SSMS telah menyalurkan utang ke CBI hingga Rp 2,4 triliun ke CBI, naik dari posisi Desember tahun lalu yang hanya sebesar Rp 1,6 triliun. Sepanjang sembilan bulan di tahun ini, sebanyak 86% pendapatan SSMS berasal dari penjualan ke unit pemrosesan.

Dukungan yang terus diberikan SSMS untuk unit pemrosesan minyak sawit (refinery) bertentangan dengan rencana sebelumnya yang akan menjadikan unit ini beroperasi secara independen.

[Gambas:Video CNBC]

Di luar transaksi dengan pihak lain, CBI juga memiliki beberapa transaksi dalam bentuk utang-piutang dengan pihak terafiliasi dan pemegang saham. Laporan keuangan CBI menunjukkan transaksi tersebut melibatkan biaya operasional dengan pihak-pihak yang berkaitan. Namun kejelasan tentang hal ini masih minim.

Lagi pula transaksi antara pihak-pihak terafiliasi menunjukkan lemahnya kontrol keuangan dan terbatasnya transparansi. Walau perusahaan telah menetapkan akan merampingkan struktur perusahaan untuk meningkatkan transparansi. Namun terkait waktu dan detail masih belum ada kejelasan.

Profil kredit CBI sebenarnya didukung oleh likuiditas perusahaan yang tinggi dengan arus kas yang besar mencapai Rp 2,1 triliun hingga 30 September 2019. Jumlah tersebut cukup untuk mitigasi risiko volatilitas harga CPO dan kerugian dari aktivitas hilir dalam jangka pendek. Namun berkurangnya arus kas dari posisi sekarang akan menyebabkan terjadinya penurunan rating.

Rating juga mempertimbangkan faktor eksposur perusahaan terhadap risiko lingkungan, sosial maupun pengelolaan (ESG).

Pertama rating mempertimbangkan faktor lingkungan dan sosial. Mengingat adanya citra buruk industri sawit perusahaan telah memperkuat aktivitas operasional yang berkelanjutan, termasuk menargetkan seluruh perkebunan dan pabrik mendapat sertifikasi RSPO 2020.

Perlu diketahui RSPO merupakan asosiasi industri kelapa sawit yang menekankan pada praktik industri sawit yang berkelanjutan.

Kedua Moody’s juga mempertimbangkan risiko pengelolaan perusahaan terutama akibat kepemilikan perusahaan yang terkonsentrasi. Walau SMSS merupakan perusahaan publik, tetapi 70% dikuasai oleh keluarga Abdul Rasyid dan 100% kepemilikan CBI sebagai induk SSMS juga dikuasai oleh pihak yang sama.

Terakhir, Moody’s memberikan outlook negatif untuk rating perusahaan. Outlook negatif mengindikasikan secara konsolidasian metrik kredit CBI tetap lemah dengan rating saat ini untuk 6-12 bulan ke depan. Di tambah terbatasnya transparansi dalam internal grup memberatkan profil kredit CBI.

Namun Moody’s dapat mengubah outlook dari negatif menjadi stabil jika CBI mencatatkan peningkatan laba dan penurunan jumlah utang serta menetapkan kebijakan keuangan yang dapat meningkatkan transparansi perusahaan. Terutama untuk aktivitas hilir dan transaksi antar pihak terafiliasi.



TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular