
Sentimen Penggerak Pasar Pekan Ini: Corona Maning, Son...

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan lalu, pasar keuangan Indonesia ambles seambles-amblesnya. Pekan ini, tantangan sepertinya masih bakal besar.
Sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh 14,52% secara point-to-point. Pada Kamis (19/3/2020), IHSG ditutup di titik terendah sejak 2013.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah sampai 7,87%. Mata uang Tanah Air menutup perdagangan pasar spot di Rp 15.900/US$, terlemah sepanjang sejarah. Namun berdasarkan posisi intraday, posisi terlemah rupiah masih di Rp 16.800/US$ yang terjadi pada pertengahan 1998.
Pekan ini, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi pasar keuangan Indonesia. Pertama, dan yang paling utama, adalah penyebaran virus corona yang semakin menggila.
Pada Minggu (22/3/2020) pukul 13:43 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia sudah lebih dari 300.000 orang. Sementara korban jiwa sudah melampaui 13.000 orang.
Setelah penyebaran virus di China mulai reda, lonjakan terjadi di AS dan Eropa. Kini jumlah kasus corona di Negeri Paman Sam mencapai 26.747. tertinggi ketiga di dunia setelah China (81.348) dan Italia (53.578).
Pemerintah Kota New York telah menginstruksikan warga untuk tinggal di rumah. Berikut adalah perintah Wali Kota New York Andrew Cuomo kepada warganya yang berlaku mulai Minggu malam waktu setempat:
- Warga New York diperintahkan bekerja dari rumah.
- Pekerja di sektor vital dan pegawai pemerintahan bisa terus bekerja.
- Olahraga yang dilakukan sendiri tetap diperbolehkan, tetapi tidak untuk yang dilakukan dalam tim.
- Warga tetap boleh keluar untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.
- Restoran dan bar tetap melayani pengiriman ke rumah. Makan di tempat tidak diperbolehkan.
- Bisnis non-esensial harus ditutup.
- Toko minuman keras tetap diizinkan buka, sebagaimana apotek, toko kebutuhan sehari-hari.
- Transportasi umum dan jalan raya tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
- Warga yang melanggar dikenakan hukuman denda.
"Saat saya bicara tentang langkah paling drastis yang bisa kami lakukan, ini dia," ujar Cuomo, seperti diberitakan Reuters.
Aktivitas publik menjadi terbatas demi menekan penyebaran virus corona. Nyawa memang prioritas utama dan harus menjadi yang pertama.
Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa pembatasan aktivitas seperti ini akan membuat roda perekonomian berjalan lambat. Oleh karena itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi bukan lagi soal akan terjadi atau tidak tetapi seberapa parah.
Goldman Sachs memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I-2020 berada dalam kisaran 0-0,7%. Bahkan pada kuartal kedua kemungkinan ekonomi AS bisa terkontraksi (tumbuh negatif) -5%.
Masalahnya, AS adalah perekonomian terbesar di dunia. Kala sang lokomotif berjalan lambat, atau bahkan berhenti, maka gerbong-gerbong di belakangnya akan mengikuti.
Dihadapkan oleh risiko perlambatan ekonomi global (bahkan mungkin saja resesi), sepertinya investor belum akan berani bermain agresif. Apabila pekan depan belum ada kabar baik, maka siap-siap saja IHSG dan rupiah akan melemah lagi.
Sentimen kedua, investor perlu mencermati rilis Purchasing Managers Index (PMI) di berbagai negara seperti Australia, Jepang, Prancis, Jerman, Inggris, AS, China, dan lain-lain. Data yang akan diumumkan adalah pembacaan awal (flash reading) untuk periode Maret.
Data ini menjadi penting karena PMI adalah salah satu indikator mula (leading indicator) yang menggambarkan arah perekonomian ke depan. PMI mengukur apakah dunia usaha masif ekspansif atau kontraktif. Nantinya akan diketahui sejauh mana dampak penyebaran virus corona telah menggerogoti kinerja industri manufaktur dan jasa.
Sebagai informasi, PMI manufaktur global pada Februari 2020 berada di angka 47,2. Di bawah 50 berarti dunia kontraktif, tidak ada ekspansi.
Apabila rilis PMI di berbagai negara tersebut menunjukkan hasil yang jelek, maka pelaku pasar harus bersiap bahwa tekanan di perekonomian masih akan terasa dalam beberapa bulan ke depan. Tentu lagi-lagi bukan kabar gembira buat IHSG dan rupiah.
Sentimen ketiga adalah pengumuman suku bunga acuan di sejumlah negara seperti Meksiko dan Inggris. Sebelumnya, bank sentral Inggris (BoE) sudah dua kali memangkas suku bunga acuan dalam rapat mendadak yang tidak terjadwal. Kini suku bunga acuan di Negeri Big Ben adalah 0,25%, terendah sepanjang sejarah.
Sebelumnya, bank sentral di berbagai negara telah memotong suku bunga acuan atas nama menggairahkan kembali permintaan yang terkena dampak penyebaran virus corona. Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) sampai Bank Indonesia (BI) sudah melakukannya.
Namun sejauh ini pemangkasan suku bunga acuan belum berhasil membuat pasar kembali bersemangat. Pasalnya, virus corona menyerang sisi lain di perekonomian yaitu pasokan (supply), sementara suku bunga acuan adalah 'obat' dari sisi permintaan (demand). Jaka Sembung...
Oleh karena itu, sebenarnya penurunan suku bunga acuan belum tentu bisa membuat pasar kembali semarak. Namun worth the try lah...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article IHSG Ambles, Menkeu: Kita Mitigasi Dampaknya
