Corona oh Corona: Rupiah, Saham, Obligasi & Emas Antam Keok

CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
20 March 2020 06:54
Corona oh Corona: Rupiah, Saham, Obligasi & Emas Antam Keok
Foto: Ilustrasi Bursa, Pergerakan Layar IHSG di Gedung BEI Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dan pasar saham Tanah Air tengah mendapat tekanan cukup berat. Bahkan kondisi ini diamini Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yang mengatakan investor global tengah menghadapi ketidakpastian yang begitu tinggi akibat dampak virus corona (COVID-19) yang berimbas juga ke Tanah Air.

"Investor global ini memang sedang menghadapi tekanan ketidakpastian yang sangat tinggi, bagaimana kami pantau premi risiko meningkat sangat-sangat tinggi dan kami juga menghadapi, semua negara hadapi bahwa investor melepas asetnya baik saham maupun SBN [surat berharga negara]," kata Pery dalam paparan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Maret 2020, Kamis (19/3/2020).

"...dan sekarang cash is the king," kata Perry lagi.

"Mereka [investor] pindah ke yang aman bukan masalah fundamental ekonomi, tapi memang kecenderungan kepanikan dan ini disebabkan premi risiko yang tinggi, dan sebabkan tekanan yang ada, kita dan negara lain menghadapi pembalikan modal besar dalam waktu yang sama," tegas Perry.


Di pasar valuta asing (valas), rupiah mengakhiri perdagangan di level Rp 14.900/US$ pada perdagangan Kamis (19/3) sore, ambrol 4,61% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 18 Juni 1998, kala itu rupiah menyentuh level terlemah intraday Rp 16.200/US$. Adapun rekor terlemah rupiah secara intraday Rp 16.800/US$ yang dicapai pada 17 Juni 1998. Rupiah juga sudah ambles 14,5% YTD melawan dolar AS.

Dengan pelemahan 14,19% tersebut, kinerja rupiah menjadi yang terburuk dibandingkan mata uang utama Asia lainnya.

Berikut kinerja dolar AS melawan mata uang utama Asia secara YTD hingga pukul 16:00 WIB Kamis kemarin.



Di pasar saham, kondisi parah ini masih berlanjut. Bahkan di perdagangan sesi I pagi Kamis kemarin, perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat dihentikan sementara (trading halt) selama 30 menit setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles di atas 5%.

Pada sesi II, IHSG Sempat melemah ke 4.093,714, tetapi setelahnya berhasil menangkas pelemahan dan mengakhiri perdagangan di level 4.105,422, ambles 5,2%. Dengan demikian sepanjang pekan ini atau dalam empat hari perdagangan IHSG sudah ambrol 17,44%.




Berdasarkan data BEI, nilai transaksi sepanjang hari sebesar Rp 5,18 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 605 miliar di pasar reguler.

Mengiringi amblesnya IHSG, sebanyak 7 saham sudah tertekan auto rejection bawah (ARB), termasuk PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar ini sudah ambles 7%.

Enam saham lainnya, yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Intraco Pentra Tbk (INTA), PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF), PT Merck Tbk (MERK), PT Metrodata Electronic Tbk (MTDL), PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA).

Pandemi virus corona yang terus menyebar membuat aksi jual terjadi di bursa saham global. Lebih dari 150 negara terpapar COVID-19, menjangkiti level dari 217.000 orang, dengan 8.800 orang meninggal dunia.

Banyak negara kini menerapkan kebijakan lockdown, aktivitas ekonomi menjadi menurun drastis, dan pertumbuhan ekonomi berisiko melambat, bahkan terancam mengalami resesi global. Akibatnya aksi jual di bursa saham global tak terhindarkan.

Di Indonesia hingga saat ini sudah ada 309 kasus positif COVID-19, dengan 25 orang dilaporkan meninggal, dan 15 orang dinyatakan sembuh.


[Gambas:Video CNBC]



Di pasar surat utang, harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada perdagangan Kamis kemarin juga terkoreksi karena investor dihadapkan pada masalah cash flow atau arus kas. Hal ini telah memicu terjadi repricing besar-besaran atas saham dan obligasi yang memukul perdagangan obligasi yang mengandalkan volatilitas rendah ini.

"Investor menjual apa yang bisa mereka jual, seperti obligasi berkualitas tinggi, karena aset lain kurang likuid jika mereka perlu mengumpulkan uang tunai, kata Jim Caron, Senior Manajer Portofolio Fixed Income Global di Manajemen Investasi, Morgan Stanley, dalam laporannya, dikutip Kamis.

Pelemahan harga obligasi tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang negara maju, meskipun cukup bervariatif, sementara negara berkembang mayoritas juga terkoreksi.

Data Refinitiv menunjukkan penurunan harga surat utang negara (SUN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Keempat seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.


Yield
atau imbal hasil menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Seri acuan yang paling naik hari ini adalah FR0080 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 5,8 basis poin (bps) menjadi 7,829%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Dengan kenaikan yield, maka harga obligasi pemerintah menjadi turun karena gerak yield dan harga obligasi berbanding terbalik. Ketika harga obligasi naik yang mencerminkan risiko rendah, maka yield turun, begitu juga sebaliknya.

Emas Antam
Adapun di investasi, khususnya emas Antam, penurunan juga terjadi. Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Kamis kemarin (19/3/2020) turun 1,54% sebesar Rp 12.000 menjadi Rp 765.000/gram, dari sebelumnya Rp 777.000/gram.

Penurunan emas Antam seiring harga emas spot dunia Kamis pagi pukul 09:50 WIB yang juga turun 0,4% menjadi $ 1,480.57/troy ons , setelah naik 1% di awal sesi.

Sebelumnya, logam emas turun sekitar 3% pada hari Rabu bersama dengan logam mulia lainnya, karena investor menjual berbagai aset untuk menimbun uang tunai karena kekhawatiran terhadap gangguan ekonomi global dan potensi krisis keuangan akibat wabah virus corona.

Turunnya harga emas dunia tersebut ikut mempengaruhi harga emas Antam. Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam, Kamis, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram melemah menjadi Rp 76,5 juta dari harga hari sebelumnya Rp 77 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam ditetapkan pada Rp 732.000/gram, melemah1,72% sebesar Rp 13.000 dari posisi kemarin Rp 745.000/gram.


Intervensi
Lebih lanjut, terkait dengan depresiasi rupiah, Perry menegaskan bahwa apa yang dilakukan BI ialah memastikan mekanisme pasar terjaga dengan baik, likuiditas pasar uang, pasar valutas asing juga terjaga.

"Itu yang kami lakukan triple intervension yang akan kami lakukan baik DNDF [Domestic Non Deliverable Forward], pasar spot dan pembelian SBN dari pasar sekunder dan kami pastikan adalah bagaimana penentuan nilai tukar di pasar baik dari broker maupun interbank," katanya.

Perry menegaskan bank sentral akan selalu ada di pasar dan tetap menjaga kepercayaan diri pasar sehingga di tengah situasi sulit bisa membalikkan kepercayaan diri pasar investor.

"Kami ingin sampaikan kepada investor bahwa BI ada di pasar, dan selalu selalu ada langkah-langkah yang diperlukan dan kami akan lakukan seperti itu dan seperti tadi cadev [cadangan devisa] pada akhir Februari US$ 130,4 miliar. Dan kami akan terus update seperti yang kami sampaikan Selasa dan Kamis pukul 2. Kami akan melakukan komunikasi seperti langkah-langkah BI apa dan sharing dan apa yang dilakukan pemerintah dan OJK.

Perry pun menegaskan depresiasi nilai tukar tidak hanya dialami oleh rupiah. Pasar keuangan global secara keseluruhan memang sedang tertekan dahsyat akibat penyebaran virus corona yang semakin luas.

"Investor global memang sedang menghadapi tekanan ketidakpastian sangat tinggi. Dow Jones anjlok, premi risiko meningkat sangat-sangat tinggi," kata Perry.

"Selama 2020 kami sudah membeli hampir Rp 192 triliun SBN yang sudah dilepas oleh asing dan itu upaya menjaga stabilitas rupiah termasuk spot dan DNDF," ujarnya.

[Gambas:Video CNBC]


TIM RISET CNBC INDONESIA

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular