
Corona oh Corona: Rupiah, Saham, Obligasi & Emas Antam Keok

Di pasar surat utang, harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada perdagangan Kamis kemarin juga terkoreksi karena investor dihadapkan pada masalah cash flow atau arus kas. Hal ini telah memicu terjadi repricing besar-besaran atas saham dan obligasi yang memukul perdagangan obligasi yang mengandalkan volatilitas rendah ini.
"Investor menjual apa yang bisa mereka jual, seperti obligasi berkualitas tinggi, karena aset lain kurang likuid jika mereka perlu mengumpulkan uang tunai, kata Jim Caron, Senior Manajer Portofolio Fixed Income Global di Manajemen Investasi, Morgan Stanley, dalam laporannya, dikutip Kamis.
Pelemahan harga obligasi tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang negara maju, meskipun cukup bervariatif, sementara negara berkembang mayoritas juga terkoreksi.
Data Refinitiv menunjukkan penurunan harga surat utang negara (SUN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Keempat seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Yield atau imbal hasil menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Seri acuan yang paling naik hari ini adalah FR0080 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 5,8 basis poin (bps) menjadi 7,829%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Dengan kenaikan yield, maka harga obligasi pemerintah menjadi turun karena gerak yield dan harga obligasi berbanding terbalik. Ketika harga obligasi naik yang mencerminkan risiko rendah, maka yield turun, begitu juga sebaliknya.
Emas Antam
Adapun di investasi, khususnya emas Antam, penurunan juga terjadi. Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Kamis kemarin (19/3/2020) turun 1,54% sebesar Rp 12.000 menjadi Rp 765.000/gram, dari sebelumnya Rp 777.000/gram.
Penurunan emas Antam seiring harga emas spot dunia Kamis pagi pukul 09:50 WIB yang juga turun 0,4% menjadi $ 1,480.57/troy ons , setelah naik 1% di awal sesi.
Sebelumnya, logam emas turun sekitar 3% pada hari Rabu bersama dengan logam mulia lainnya, karena investor menjual berbagai aset untuk menimbun uang tunai karena kekhawatiran terhadap gangguan ekonomi global dan potensi krisis keuangan akibat wabah virus corona.
Turunnya harga emas dunia tersebut ikut mempengaruhi harga emas Antam. Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam, Kamis, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram melemah menjadi Rp 76,5 juta dari harga hari sebelumnya Rp 77 juta per batang.
Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.
Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam ditetapkan pada Rp 732.000/gram, melemah1,72% sebesar Rp 13.000 dari posisi kemarin Rp 745.000/gram.
Intervensi
Lebih lanjut, terkait dengan depresiasi rupiah, Perry menegaskan bahwa apa yang dilakukan BI ialah memastikan mekanisme pasar terjaga dengan baik, likuiditas pasar uang, pasar valutas asing juga terjaga.
"Itu yang kami lakukan triple intervension yang akan kami lakukan baik DNDF [Domestic Non Deliverable Forward], pasar spot dan pembelian SBN dari pasar sekunder dan kami pastikan adalah bagaimana penentuan nilai tukar di pasar baik dari broker maupun interbank," katanya.
Perry menegaskan bank sentral akan selalu ada di pasar dan tetap menjaga kepercayaan diri pasar sehingga di tengah situasi sulit bisa membalikkan kepercayaan diri pasar investor.
"Kami ingin sampaikan kepada investor bahwa BI ada di pasar, dan selalu selalu ada langkah-langkah yang diperlukan dan kami akan lakukan seperti itu dan seperti tadi cadev [cadangan devisa] pada akhir Februari US$ 130,4 miliar. Dan kami akan terus update seperti yang kami sampaikan Selasa dan Kamis pukul 2. Kami akan melakukan komunikasi seperti langkah-langkah BI apa dan sharing dan apa yang dilakukan pemerintah dan OJK.
Perry pun menegaskan depresiasi nilai tukar tidak hanya dialami oleh rupiah. Pasar keuangan global secara keseluruhan memang sedang tertekan dahsyat akibat penyebaran virus corona yang semakin luas.
"Investor global memang sedang menghadapi tekanan ketidakpastian sangat tinggi. Dow Jones anjlok, premi risiko meningkat sangat-sangat tinggi," kata Perry.
"Selama 2020 kami sudah membeli hampir Rp 192 triliun SBN yang sudah dilepas oleh asing dan itu upaya menjaga stabilitas rupiah termasuk spot dan DNDF," ujarnya.
[Gambas:Video CNBC]
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas)