Wabah Corona, Ini Pesan IEA-OPEC soal Dampak Sektor Migas

tahir saleh, CNBC Indonesia
19 March 2020 16:56
Prediksi International Energy Agency (IEA) dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) soal minyak.
Foto: Arie Pratama
Jakarta, CNBC Indonesia - International Energy Agency (IEA) dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memprediksi pendapatan minyak dan gas (migas) dari negara-negara berkembang berpotensi ambles ke level terendah dalam lebih dari dua dekade jika kondisi pasar energi saat ini terus berlanjut di tengah wabah virus corona (COVID-19).

Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol dan Sekretaris Jenderal OPEC Mohammed Barkindo menyatakan adanya "keprihatinan mendalam" tentang pandemi coronavirus. Keduanya memperingatkan bahwa virus corona dapat "berpotensi membawa konsekuensi ekonomi dan sosial."

Birol dan Barkindo, seperti dikutip CNBC International, mengatakan bahwa negara-negara berkembang berpotensi mencatatkan penurunan pendapatan migas mereka dari 50% menjadi 85% pada tahun 2020.


Keduanya menilai pengeluaran sektor publik di bidang-bidang vital seperti perawatan kesehatan dan pendidikan sebagai yang paling rentan terdampak.

Pada perdagangan Selasa (17/3/2020), harga minyak mentah Brent untuk patokan pasar Asia dan Eropa diperdagangkan di level US$ 29,91 Selasa pagi, turun sekitar 0,7%, sementara West Texas Intermediate (WTI) AS di level US$ 28,98, naik 1%.

HOLD minyakFoto: REUTERS/Leonhard Foeger

Harga minyak mentah sudah turun hingga 10% di sesi sebelumnya, karena coronavirus terus menyebar di seluruh dunia dan di tengah perang harga yang sedang berlangsung antara Arab Saudi, yang paling dominan di OPEC, dan pemimpin non-OPEC Rusia.

Harga minyak mentah berjangka telah ambles lebih dari setengahnya sejak naik ke puncak harga di Januari lalu. Mengacu data NYMEX, pada perdagangan Kamis (19/3/2020) harga minyak mentah kontrak berjangka bergerak naik dengan Brent menguat 0,72% ke level US$ 25,06/barel dan minyak WTI menguat 7,2% ke level US$ 21,83/barel.

Pada Senin lalu, raksasa minyak milik negara Arab Saudi, Saudi Aramco mengatakan kemungkinan akan melanjutkan kenaikan produksi minyak yang direncanakan dari April hingga Mei. Pihak Arab juga dilaporkan masih "sangat nyaman" dengan harga minyak di level US$ 30 per barel.


Sementara Rusia, yang menolak untuk menandatangani usulan pengurangan produksi yang lebih dalam dari OPEC awal bulan ini, telah mengklaim dapat menahan harga minyak yang lebih rendah selama satu dekade.

Baik Barkindo dan Birol tidak membahas Rusia secara khusus dalam pernyataan bersama mereka tersebut, tetapi keduanya "menggarisbawahi pentingnya stabilitas pasar, karena dampak volatilitas ekstrem dirasakan oleh produsen minyak akibat corona ini.


[Gambas:Video CNBC]




(tas/hps) Next Article Perang Minyak! Arab Saudi Genjot Ekspor Jadi 10,6 Juta Barel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular