
Gegara Permintaan Lesu & COVID-19, Saham Semen Ambrol
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
13 March 2020 09:59

SMGR dan INTP merupakan dua emiten sektor semen yang merupakan market leader di pasar. Lebih dari 70% pangsa pasar semen domestik dikuasai oleh dua perusahaan ini. Kedua emiten ini juga termasuk emiten yang berkapitalisasi pasar besar atau big cap di tanah air.
Namun saham-saham emiten semen ini dilego oleh para investor sehingga harganya anjlok sangat dalam sejak awal tahun. Untuk SMGR sudah terkoreksi hingga 37% secara year to date hingga periode trading halt pukul 09.15 WIB pagi ini, Jumat (13/3/2020). Sementara untuk periode yang sama INTP terkoreksi lebih dalam yakni hingga 41%.
Saat ini SMGR ditransaksikan di EV/EBITDA 7,44x atau nyaris 1,5 standard deviasi di bawah rata-rata EV/EBITDA lima tahun terakhir. Sementara untuk emiten INTP saat ini ditransaksikan di EV/EBITDA 11,2x atau nyaris 0,75 standard deviasi di bawah rata-rata EV/EBITDA dalam periode lima tahun terakhir.
Di tengah pandemi COVID-19 yang menggerus indeks bursa saham tanah air, sebenarnya harga saham SMRG dan INTP termasuk di obral murah, hal ini membuat konsensus analis yang dihimpun Refinitiv memberikan rating 'buy' dengan median target harga Rp 15.300/unit atau dengan potensi upside +105,71%. Senada dengan SMGR, konsensus analis juga menyematkan rating ‘buy’ dengan median target harga Rp 21.650/unit atau dengan potensial upside + 83,96%.
Namun kondisi pasar domestik dan global memang sedang tak kondusif dan dilanda kepanikan akibat pandemi COVID-19. Hal inilah yang membuat saham-saham yang sebenarnya berfundamental bagus pun diobral murah di pasar.
Volatilitas pasar saham masih akan tinggi. Bursa saham global terus terkena terpaan sell off secara masif, tetapi dasar dari pasar masih belum terlihat dengan jelas. Selagi musuh utama (baca : COVID-19) masih belum bisa dimusnahkan atau setidaknya dijinakkan, maka reaksi pasar masih akan sama. Panik...Panik...dan Panik...
Memang valuasi perusahaan yang menarik ini menjadi momentum untuk beli. Namun mengingat kondisi masih jauh dari kata kondusif, wait and see merupakan langkah yang bijak untuk diambil. Namun jika tak ingin kehilangan momentum untuk buy, bisa dengan strategi average down.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Namun saham-saham emiten semen ini dilego oleh para investor sehingga harganya anjlok sangat dalam sejak awal tahun. Untuk SMGR sudah terkoreksi hingga 37% secara year to date hingga periode trading halt pukul 09.15 WIB pagi ini, Jumat (13/3/2020). Sementara untuk periode yang sama INTP terkoreksi lebih dalam yakni hingga 41%.
Di tengah pandemi COVID-19 yang menggerus indeks bursa saham tanah air, sebenarnya harga saham SMRG dan INTP termasuk di obral murah, hal ini membuat konsensus analis yang dihimpun Refinitiv memberikan rating 'buy' dengan median target harga Rp 15.300/unit atau dengan potensi upside +105,71%. Senada dengan SMGR, konsensus analis juga menyematkan rating ‘buy’ dengan median target harga Rp 21.650/unit atau dengan potensial upside + 83,96%.
Namun kondisi pasar domestik dan global memang sedang tak kondusif dan dilanda kepanikan akibat pandemi COVID-19. Hal inilah yang membuat saham-saham yang sebenarnya berfundamental bagus pun diobral murah di pasar.
Volatilitas pasar saham masih akan tinggi. Bursa saham global terus terkena terpaan sell off secara masif, tetapi dasar dari pasar masih belum terlihat dengan jelas. Selagi musuh utama (baca : COVID-19) masih belum bisa dimusnahkan atau setidaknya dijinakkan, maka reaksi pasar masih akan sama. Panik...Panik...dan Panik...
Memang valuasi perusahaan yang menarik ini menjadi momentum untuk beli. Namun mengingat kondisi masih jauh dari kata kondusif, wait and see merupakan langkah yang bijak untuk diambil. Namun jika tak ingin kehilangan momentum untuk buy, bisa dengan strategi average down.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular