
Geger Jiwasraya, tapi Premi Asuransi Jiwa RI Naik 6%

Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyatakan kinerja industri asuransi sepanjang tahun 2019 masih tetap tumbuh di tengah sentimen kasus gagal bayar salah satu anggotanya yakni PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang tengah diselesaikan Kementerian BUMN.
AAJI mencatat, pada 2019, secara keseluruhan, pertumbuhan pendapatan (income) industri asuransi jiwa secara keseluruhan meningkat sebesar 18,7% atau dari Rp 204,89 triliun di 2018 menjadi Rp 243,20 triliun di tahun 2019.
Sementara itu, total pendapatan premi pada 2019 naik 5,8% dari Rp 185,88 triliun menjadi Rp 196,69 triliun. Perinciannya, total premi bisnis baru tercatat sebesar Rp 124,17 triliun dan total premi lanjutan sebesar Rp 72,52 triliun.
![]() |
Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon, tidak menampik, belakangan ini, salah satu anggotanya, Asuransi Jiwasraya sempat menjadi sorotan publik setelah terungkapnya kasus dugaan korupsi yang melibatnya pengurus Jiwasraya. Tapi, kata dia, industri masih tetap dapat tumbuh.
"Kami memandang positif saja, masyarakat kita semakin dewasa, menyadari perlunya asuransi, layanan dari setiap asuransi jiwa membaik, kegiatan-kegiatan financial literacy, education, inclusion berjalan. Ini yang membantu pertumbuhan di 2019," terang Budi Tampubolon, dalam konferensi pers kinerja AAJI, Rabu (11/3/2020).
Dalam kesempatan yang sama, menurut Fauzi Arfan, Ketua Bidang Aktuaria dan Manajemen Risiko, sepanjang tahun lalu, total investasi industri asuransi jiwa naik sebesar 8,6% jika dibandingkan pada tahun sebelumnya menjadi Rp 501,63 triliun.
"Dari semua indikator menunjukkan adanya tren pendapatan yang positif. Secara garis besar yang masih mendominasi 33,4 persen ditempatkan di reksa dana, 31 persen di pasar saham, kemudian SBN 15,4 persen. Deposito ada sedikit penurunan, hanya 4 persen," kata Fauzi.
Total hasil investasi industri asuransi jiwa secara keseluruhan selama tahun 2019 mencapai Rp 34,1 triliun atau naik 336,8 persen jika dibandingkan tahun 2018 yang mencapai Rp 7,8 triliun. Sedangkan, aset tercatat naik 9,4 persen menjadi Rp 566,6 triliun selama tahun 2019.
Edy Tuhurman, Ketua Bidang Keuangan, Pajak dan Investasi AAJI, mengatakan secara jangka pendek, isu-isu di pasar keuangan saat ini memang sangat berpengaruh. Hanya saja, secara jangka panjang, dari sisi proteksi dan kebutuhan akan perlindungan kesehatan tidak akan terganggu.
"Kalau forecast kita bulanan gejolak pasar luar biasa, di asuransi yang jangka pendek akan sangat pengaruh, tapi jangka panjang, proteksi dan kesehatan tidak akan terganggu. Karena butuh financial planning. Claim medic mengalami peningkatan, demand tinggi."
(tas/tas) Next Article Efek Jiwasraya dkk, AAJI Dorong Lembaga Penjamin Polis
