Virus Corona Mengganas di AS, Rupiah Malah Loyo

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 March 2020 17:36
Virus Corona Mengganas di AS, Rupiah Malah Loyo
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berakhir stagnan di perdagangan Rabu (11/3/2020) setelah mengalami perdagangan yang fluktuatif.

Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung menguat 0,35% ke Rp 14.290/US$. Penguatan terus bertambah hingga 0,42% sebelum perlahan terpangkas hingga akhirnya berbalik melemah 0,28% ke Rp 14.380/US$.

Di akhir perdagangan, rupiah berhasil memangkas pelemahan dan berakhir stagnan alias sama dengan posisi di akhir perdagangan kemarin Rp 14.340/US$.


Mata uang utama Asia bergerak bervariasi melawan dolar AS pada hari ini. Yen Jepang menjadi mata uang terbaik dengan penguatan 0,64% hingga pukul 16:55 WIB. Di waktu yang sama, won Korea Selatan menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,44%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.



Sentimen pelaku pasar sempat membaik di awal perdagangan hari ini setelah bursa saham Amerika Serikat (AS) melesat nyaris 5% di perdagangan Selasa. Dampaknya rupiah langsung menguat di awal perdagangan.

Penguatan Wall Street tersebut terjadi setelah Presiden AS, Donald Trump, melakukan rapat dengan anggota Kongres dari Partai Republik dan berencana tidak mengenakan Pajak Penghasilan (PPh) alias 0% baik kepada pengusaha maupun karyawan hingga akhir tahun nanti.

PPh 0% tersebut dimaksudkan untuk mengangkat daya beli masyarakat sehingga roda perekonomian bisa berputar lebih kencang di tengah wabah virus corona.

Namun, sentimen pelaku pasar tiba-tiba kembali memburuk setelah AS melaporkan lonjakan kasus virus corona melewati 1.000 orang. Jumlah kasus corona di AS kini mencapai 1.037 orang, dengan 28 orang diantaranya meninggal dunia.



Jika penyebaran terus melonjak, aktivitas ekonomi Negeri Paman Sam dikhawatirkan akan terganggu hingga terjadi pelambatan pertumbuhan ekonomi.
Jika ekonomi AS melambat, begitu juga dengan China yang merupakan asal virus corona, tentunya pertumbuhan ekonomi global akan tertekan semakin dalam, sebab 2 negara tersebut merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia.

Laporan lonjakan kasus corona di AS tersebut sontak membuat sentimen pelaku pasar memburuk, dan membuat rupiah berbalik melemah.

Secara global, wabah virus corona kini telah menjangkiti lebih dari 100 negara, dengan jumlah kasus nyaris 120.000 orang, dengan 4.284 orang meninggal, berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE.

Lonjakan kasus yang besar terjadi di Italia, pemerintahnya bahkan sudah mengisolasi seluruh negara guna meredam penyebaran virus yang lebih luas. Total kasus virus corona kini lebih dari 10.000, dan menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China.

Selain Italia, lonjakan kasus juga terjadi di Iran, Korea Selatan, Prancis, Spanyol, dan Jerman memberikan sentimen negatif ke pasar finansial, dan rupiah kembali tertekan.

Indonesia juga tidak lepas dari wabah virus corona, hingga saat ini sudah ada 27 kasus, bahkan 1 pasien dilaporkan meninggal dunia siang ini.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengonfirmasi salah seorang pasien positif terjangkit virus corona (Covid-19) meninggal dunia.

"Tadi malam sekitar pukul 02.00 lewat sedikit pasien identitas nomor 25 meninggal dunia," ujar Yuri dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (11/3/2020).

Menurut Yuri, pasien itu berusia 53 tahun dan berstatus warga negara asing (WNA). Sebelum menderita Covid-19, pasien itu masuk RS dalam keadaan sakit berat. Ini lantaran ada penyakit terdahulu seperti diabetes, hipertensi, gilertidori, dan paru menahun.

[Gambas:Video CNBC]



Rupiah mampu memangkas pelemahan hingga berakhir stagnan setelah bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) memangkas suku bunga. Pemangkasan suku bunga BoE tersebut semakin menguatkan spekulasi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali memangkas suku bunga pekan depan, yang membuat dolar AS tertekan, dan rupiah mampu bangkit. 

BoE siang tadi mengumumkan pemangkasan suku bunga darurat sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 0,25%. 

"Pada rapat khusus yang berakhir 10 Maret 2020, Komite Kebijakan Moneter (MPC) secara bulat memutuskan memangkas suku bunga sebesar 50 bps menjadi 0,25%" kata BoE dalam pernyataannya, Rabu (11/3/2020) sebagaimana dilansir CNBC International.

Kebijakan tersebut diambil untuk meminimalisis dampak virus corona ke ekonomi Inggris. Selain memangkas suku bunga, BoE juga mengumumkan skema pembiayaan baru untuk perusahaan kecil dan menengah, serta untuk industri perbankan. 



Kebijakan dari BoE tersebut serupa dengan The Fed yang juga melakukan pemangkasan suku bunga darurat. 

Pada Selasa (3/3/2020) malam (Selasa pagi waktu AS), The Fed mengejutkan pasar dengan tiba-tiba mengumumkan memangkas suku bunga acuannya atau Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1%-1,25%. Pemangkasan mendadak sebesar itu menjadi yang pertama sejak Desember 2008 atau saat krisis finansial. Kala itu The Fed memangkas suku bunga sebesar 75 bps.

Bank sentral paling powerful di dunia ini seharusnya mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Maret waktu AS, tetapi penyebaran wabah corona virus menjadi alasan The Fed memangkas suku bunga lebih awal dari jadwal RDG.

Pemangkasan tersebut sudah diprediksi oleh pelaku pasar, hanya saja terjadi lebih cepat dari jadwal RDG pekan depan.

Pelaku pasar memprediksi The Fed masih akan memangkas suku bunga lagi bahkan lebih agresif saat mengumumkan suku bunga 18 Maret (19 Maret waktu Indonesia) nanti. Kamis kemarin, pelaku pasar memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga 25 bps 18 Maret nanti, tapi kini prediksi tersebut bertambah menjadi 50 bps.

Berdasarkan data dari piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat adanya probabilitas sebesar 66,4% The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 75 bps menjadi 0,5-0,75%. Selain itu pelaku pasar melihat 33,6% suku bunga akan dipangkas 100 bps menjadi 0-0,25%, dan tidak ada probabilitas suku bunga dipangkas 50 adan 25 bps atau dipertahankan.


TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular