
Pasar Saham Bak Roller Coaster, Emas Siap Menguat Lagi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 March 2020 16:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kembali menguat pada perdagangan Rabu (11/3/2020) setelah merosot cukup tajam pada kemarin. Pergerakan bursa saham yang naik turun tajam ibarat roller coaster mengindikasikan sentimen pelaku pasar masih belum bagus, sehingga memberikan keuntungan bagi emas yang menyandang status aset aman (safe haven).
Pada pukul 16:03 WIB, emas menguat 0,54% ke US$ 1.657,91/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara Selasa kemarin logam mulia ini merosot 1,82%.
Merosotnya harga emas dunia kemarin akibat melesatnya bursa saham Amerika Serikat (AS) nyaris 5% setelah merosot lebih dari 7% di awal pekan.
Kenaikan tajam Selasa kemarin terjadi setelah setelah Presiden AS, Donald Trump, melakukan rapat dengan anggota Kongres dari Partai Republik dan berencana tidak mengenakan Pajak Penghasilan (PPh) alias 0% baik kepada pengusaha maupun karyawan hingga akhir tahun nanti.
PPh 0% tersebut dimaksudkan untuk mengangkat daya beli masyarakat sehingga roda perekonomian bisa berputar lebih kencang di tengah wabah virus corona.
Tetapi sentimen pelaku pasar tiba-tiba kembali memburuk lagi setelah pagi tadi AS melaporkan lonjakan kasus virus corona melewati 1.000 orang. Total jumlah kasus virus corona di AS kini menjadi 1.037, dengan 28 korban meninggal dunia.
Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE, wabah virus corona kini telah menjangkiti lebih dari 100 negara, dengan jumlah kasus nyaris 120.000 orang, dengan 4.284 orang meninggal.
Lonjakan kasus yang besar terjadi di Italia, pemerintahnya bahkan sudah mengisolasi seluruh negara guna meredam penyebaran virus yang lebih luas. Total kasus virus corona kini lebih dari 10.000, dan menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China.
Selain Italia, lonjakan kasus juga terjadi di Iran, Korea Selatan, Prancis, Spanyol, dan Jerman memberikan sentimen negatif ke pasar finansial.
Selain penyebaran wabah itu sendiri, yang paling ditakutkan oleh pelaku pasar adalah pelambatan ekonomi global akibat penurunan aktivitas ekonomi. Para pemangku kebijakan sudah mulai bertindak, pemerintah negara-negara yang terdampak menggelontorkan stimulus fiskal, sementara bank sentralnya melonggarkan kebijakan moneter guna meminimalisir dampak virus corona ke ekonomi.
Terbaru, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) mengumumkan pemangkasan suku bunga darurat sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 0,25%.
"Pada rapat khusus yang berakhir 10 Maret 2020, Komite Kebijakan Moneter (MPC) secara bulat memutuskan memangkas suku bunga sebesar 50 bps menjadi 0,25%" kata BoE dalam pernyataannya, Rabu (11/3/2020) sebagaimana dilansir CNBC International.
Kebijakan tersebut diambil untuk meminimalisir dampak virus corona ke ekonomi Inggris. Selain memangkas suku bunga, BoE juga mengumumkan skema pembiayaan baru untuk perusahaan kecil dan menengah, serta untuk industri perbankan.
Kebijakan dari BoE tersebut serupa dengan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang juga melakukan pemangkasan suku bunga darurat.
Pada Selasa (3/3/2020) malam (Selasa pagi waktu AS), The Fed mengejutkan pasar dengan tiba-tiba mengumumkan memangkas suku bunga acuannya atau Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1%-1,25%. Pemangkasan mendadak sebesar itu menjadi yang pertama sejak Desember 2008 atau saat krisis finansial. Kala itu The Fed memangkas suku bunga sebesar 75 bps.
Bank sentral paling powerful di dunia ini seharusnya mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Maret waktu AS, tetapi penyebaran wabah corona virus menjadi alasan The Fed memangkas suku bunga lebih awal dari jadwal RDG.
Pemangkasan tersebut sudah diprediksi oleh pelaku pasar, hanya saja terjadi lebih cepat dari jadwal RDG pekan depan.
Pelaku pasar memprediksi The Fed masih akan memangkas suku bunga lagi bahkan lebih agresif saat mengumumkan suku bunga 18 Maret (19 Maret waktu Indonesia) nanti. Kamis kemarin, pelaku pasar memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga 25 bps 18 Maret nanti, tapi kini prediksi tersebut bertambah menjadi 50 bps.
Berdasarkan data dari piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat adanya probabilitas sebesar 66,4% The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 75 bps menjadi 0,5-0,75%. Selain itu pelaku pasar melihat 33,6% suku bunga akan dipangkas 100 bps menjadi 0-0,25%, dan tidak ada probabilitas suku bunga dipangkas 50 adan 25 bps atau dipertahankan.
The Fed yang diprediksi agresif dalam memangkas suku bunga membuat emas berpeluang kembali melesat naik.
Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, suku bunga rendah di AS membuat opportunity cost atau atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS, sehingga ketika suku bunga di AS turun, harga emas cenderung menguat.
Pada pukul 16:03 WIB, emas menguat 0,54% ke US$ 1.657,91/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara Selasa kemarin logam mulia ini merosot 1,82%.
Merosotnya harga emas dunia kemarin akibat melesatnya bursa saham Amerika Serikat (AS) nyaris 5% setelah merosot lebih dari 7% di awal pekan.
PPh 0% tersebut dimaksudkan untuk mengangkat daya beli masyarakat sehingga roda perekonomian bisa berputar lebih kencang di tengah wabah virus corona.
Tetapi sentimen pelaku pasar tiba-tiba kembali memburuk lagi setelah pagi tadi AS melaporkan lonjakan kasus virus corona melewati 1.000 orang. Total jumlah kasus virus corona di AS kini menjadi 1.037, dengan 28 korban meninggal dunia.
Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE, wabah virus corona kini telah menjangkiti lebih dari 100 negara, dengan jumlah kasus nyaris 120.000 orang, dengan 4.284 orang meninggal.
Lonjakan kasus yang besar terjadi di Italia, pemerintahnya bahkan sudah mengisolasi seluruh negara guna meredam penyebaran virus yang lebih luas. Total kasus virus corona kini lebih dari 10.000, dan menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China.
Selain Italia, lonjakan kasus juga terjadi di Iran, Korea Selatan, Prancis, Spanyol, dan Jerman memberikan sentimen negatif ke pasar finansial.
Selain penyebaran wabah itu sendiri, yang paling ditakutkan oleh pelaku pasar adalah pelambatan ekonomi global akibat penurunan aktivitas ekonomi. Para pemangku kebijakan sudah mulai bertindak, pemerintah negara-negara yang terdampak menggelontorkan stimulus fiskal, sementara bank sentralnya melonggarkan kebijakan moneter guna meminimalisir dampak virus corona ke ekonomi.
Terbaru, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) mengumumkan pemangkasan suku bunga darurat sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 0,25%.
"Pada rapat khusus yang berakhir 10 Maret 2020, Komite Kebijakan Moneter (MPC) secara bulat memutuskan memangkas suku bunga sebesar 50 bps menjadi 0,25%" kata BoE dalam pernyataannya, Rabu (11/3/2020) sebagaimana dilansir CNBC International.
Kebijakan tersebut diambil untuk meminimalisir dampak virus corona ke ekonomi Inggris. Selain memangkas suku bunga, BoE juga mengumumkan skema pembiayaan baru untuk perusahaan kecil dan menengah, serta untuk industri perbankan.
Kebijakan dari BoE tersebut serupa dengan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang juga melakukan pemangkasan suku bunga darurat.
Pada Selasa (3/3/2020) malam (Selasa pagi waktu AS), The Fed mengejutkan pasar dengan tiba-tiba mengumumkan memangkas suku bunga acuannya atau Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1%-1,25%. Pemangkasan mendadak sebesar itu menjadi yang pertama sejak Desember 2008 atau saat krisis finansial. Kala itu The Fed memangkas suku bunga sebesar 75 bps.
Bank sentral paling powerful di dunia ini seharusnya mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Maret waktu AS, tetapi penyebaran wabah corona virus menjadi alasan The Fed memangkas suku bunga lebih awal dari jadwal RDG.
Pemangkasan tersebut sudah diprediksi oleh pelaku pasar, hanya saja terjadi lebih cepat dari jadwal RDG pekan depan.
Pelaku pasar memprediksi The Fed masih akan memangkas suku bunga lagi bahkan lebih agresif saat mengumumkan suku bunga 18 Maret (19 Maret waktu Indonesia) nanti. Kamis kemarin, pelaku pasar memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga 25 bps 18 Maret nanti, tapi kini prediksi tersebut bertambah menjadi 50 bps.
Berdasarkan data dari piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat adanya probabilitas sebesar 66,4% The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 75 bps menjadi 0,5-0,75%. Selain itu pelaku pasar melihat 33,6% suku bunga akan dipangkas 100 bps menjadi 0-0,25%, dan tidak ada probabilitas suku bunga dipangkas 50 adan 25 bps atau dipertahankan.
The Fed yang diprediksi agresif dalam memangkas suku bunga membuat emas berpeluang kembali melesat naik.
Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, suku bunga rendah di AS membuat opportunity cost atau atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS, sehingga ketika suku bunga di AS turun, harga emas cenderung menguat.
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular