Bank Sentral Bahas Penghapusan LIBOR di G20, Siapkah BI?

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
24 February 2020 12:48
Financial Stability Board (FSB) atau Dewan Stabilitas Keuangan menyusun peta jalan (road map) penguatan sistem pembayaran lintas negara.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Financial Stability Board (FSB) atau Dewan Stabilitas Keuangan menyusun peta jalan (road map) penguatan sistem pembayaran lintas negara. Salah satunya ialah mempersiapkan transisi suku bunga acuan dari London Interbank Offered Rate (LIBOR) yang akan dihentikan pada 2021 mendatang.

Penggunaan LIBOR sebagai suku bunga acuan global dalam menentukan harga berbagai jenis instrumen keuangan akan berakhir pada 2021. LIBOR adalah rata-rata indikasi suku bunga pinjaman tanpa agunan antarbank yang dilaporkan oleh bank-bank besar dunia.

Transisi suku bunga acuan LIBOR yang menjadi bagian dari road map tersebut dipersiapkan oleh komite di bawah FSB yakni Committee on Payments and Market Infrastructure, dan Standard Setting Bodies (SSBs). 
Hal ini pun menjadi topik utama pembahasan negara anggota G-20 di Riyadh, Arab Saudi, pekan lalu.


Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bank sentral pun telah bekerjasama dengan otoritas terkait untuk mempersiapkan transisi LIBOR oleh perbankan di Indonesia, dan menekankan pentingnya kerja sama internasional dalam proses transisi tersebut.

Selain itu, G-20 di bawah Presidensi G20 Arab Saudi, juga akan menyusun pedoman untuk meningkatkan inklusi keuangan secara digital kepada kelompok muda, perempuan, dan UMKM.

Tak hanya itu, pembahasan isu-isu penting lainnya di sektor keuangan masih berlanjut seperti pengaturan atau pengawasan terkait global stablecoin (GSC), mengatasi fragmentasi pasar keuangan, meningkatkan ketahanan siber (cyber resilience), evaluasi dampak dari implementasi agenda reformasi di sektor keuangan, termasuk terhadap kondisi Too Big To Fail (TBTF).


Perry menjelaskan, BI juga mendukung agenda Presidensi G20 Arab Saudi terkait dengan pengembangan pasar modal domestik dan menggarisbawahi pentingnya resiliensi perekonomian global sebagai fondasi pengembangan pasar modal domestik.

"Selain itu, BI pun menekankan pentingnya peningkatan basis investor domestik, memitigasi volatilitas aliran modal, dan menjaga integritas pasar modal untuk mencegah fraud dan menjaga kredibilitas," tulis Perry, seperti dikutip keterangan resmi, Senin (24/2/2020).

Sebagai informasi, FSB yang didirikan pada tahun 2009 adalah badan internasional yang memonitor dan membuat rekomendasi mengenai sistem keuangan global.

Rekomendasi ini dilakukan dengan mengoordinasikan otoritas-otoritas keuangan nasional dan badan-badan pengatur standar internasional pada saat mereka bekerja untuk mengembangkan peraturan, pengawasan yang kuat serta kebijakan sektor keuangan lainnya.

Lebih lanjut, BI juga telah meluncurkan visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yang menjadikan cross border payments sebagai salah satu elemen penting, termasuk mendukung partisipasi fintech dan digital payment services dalam mendorong cross border payments yang lebih efisien, aman dan murah.


Berbagai upaya ini dilakukan bank sentral di tengah munculnya berbagai tekanan global, termasuk terjadinya Covid-19 atau virus corona yang akhirnya mendorong negara-negara G20 untuk meningkatkan kerja sama lebih komprehensif.

Indonesia, kata Perry, juga mengajak negara-negara G20 untuk terus mempererat kerja sama internasional dan mengimplementasikan bauran kebijakan guna memperkuat pemulihan dan mendorong pertumbuhan ekonomi global.

BI juga menegaskan bahwa begara-negara G20 juga sepakat memperkuat pemantauan terhadap risiko global, khususnya yang berasal dari Covid-19, serta didorong untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai potensi risiko tersebut serta sepakat untuk mengimplementasikan respon bauran kebijakan yang efektif, baik dari sisi moneter, fiskal, maupun struktural.


[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article Luhut: Orang Saja yang Berpikir Kita Mau Mengkooptasi BI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular