Karyawan Cuma 7 Orang, BUMN PANN Ini Minta Suntikan Rp 3,7 T

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
21 February 2020 11:32
Menteri BUMN Erick Thohir kembali menegaskan agar perusahaan BUMN kembali ke bisnis intinya.
Foto: DPR Soroti Pann Multifinance yang Rugi Sejak 1995 (CNBC Indonesia TV)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri BUMN, Erick Thohir, kembali menegaskan agar perusahaan BUMN kembali ke bisnis intinya. Ia mengatakan masih banyak BUMN yang bergerak tidak fokus termasuk di bisnis perhotelan.

Erick mencontohkan PT Pengembangan Armada Niaga Nasional atau PT PANN (Persero), BUMN ini hanya punya 7 karyawan. Di sisi lain bisnisnya tak fokus, karena selain di bisnis pembiayaan tapi juga masuk ke bisnis perhotelan.

"Mohon maaf tadi di Komisi VI memanggil salah satu BUMN, yaitu PT PANN total pegawainya hanya 7 direksi dan komisaris. Bisnisnya untuk financing kapal," kata Erick di DPR, Kamis (20/2).



Erick mengatakan PT PANN, justru hidup di luar bisnis intinya sebagai perusahaan pembiayaan.

"Mereka hidup karena punya 2 hotel yang dikelola. Hal-hal seperti ini bukan salah direksi sekarang tapi ini perlu kita jaga masing-masing BUMN kembali pada core bisnisnya. Jangan sampai BUMN kembali pada tempat yang tidak sehat. Jangan sampai membunuh UMKM dan usaha lokal," katanya.

PANN sempat ramai di DPR pada 10 Desember 2019 setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani juga heran ada BUMN bernama PANN.

Mengacu situs resminya, perusahaan ini didirikan pada 6 Mei 1974 dan bergerak di bidang pengembangan armada niaga nasional.

Berdirinya PANN juga menjadi amanat dari Rencana Pembangunan Lima Tahun atau Repelita II. Dokumen Repelita II tersebut menyatakan agar pemerintah membentuk suatu badan yang bertugas di bidang pembiayaan dan pengembangan armada niaga nasional.

PANN kemudian memantapkan strateginya dengan membentuk cross-sektoral holding dan spin-off sektor usaha strategis yakni usaha pembiayaan kapal, shipping, shipyard, manajemen perkapalan, pialang asuransi kapal sehingga PANN (berdiri menjadi perusahaan holding.

Pada 8 Agustus 2012, PANN mendirikan anak usaha PT PANN Pembiayaan Maritim yang kemudian dilakukan pemisahan bisnis atau spin off pada 19 Februari 2013. Dengan demikian, kegiatan bisnis inti perseroan dialihkan kepada anak usaha (PANN Multifinance), sedangkan PANN ditetapkan sebagai induk perusahaan (holding company).

Namun sayangnya kinerja PANN ini masih belum terlihat. Bahkan perusahaan ini justru menjalankan usaha di luar core business-nya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Gedung DPR pada 10 Desember 2019 mengatakan pihaknya bakal menggelontorkan Rp 18,7 triliun dalam penyertaan modal negara (PMN) kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Dari besaran PMN yang sebesar Rp 18,7 triliun akan disertakan dalam bentuk tunai dan non tunai. Sri Mulyani menjabarkan PMN itu terbagi untuk 7 BUMN dan 1 khusus untuk penguatan neraca transaksi berjalan.

BUMN itu di antaranya:

PT Sarana Multigriya Finansial (Persero): Rp 2,5 triliun
PT Hutama Karya (HK): Rp 3,5 triliun
PT PMN (Persero): Rp 1 triliun
PT Geo Dipa Energi: 
Rp 0,7 triliun
PT PLN : Rp 5 triliun
PT PANN (non tunai): Rp 3,76 triliun
PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) : Rp 0,27 triliun.

KhususPANN bentuknya non tunai dalam bentuk konversi utang subsidiary loan agreement (SLA) menjadi ekuitas.

"Saya baru denger juga sih BUMN ini [PT PANN]. BUMN-nya lama, tapi enggak populer. Jadi dia di bidang jasa pelayaran untuk jasa maritim. Membuat fasel monitoring kapal dan informasi cuaca dan pure informasi sistem dan dari sisi propertydan hotel, 2 hotel dan 1 unit kantor. Punya anak perusahaan modal kerja dan multi guna yang dapat persetujuan dari OJK," kata Sri Mulyani kala itu.

[Gambas:Video CNBC]


(tas/tas) Next Article Ada Lho BUMN Pembiayaan Kapal, tapi Bisnis Utama Malah Hotel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular