
Internasional
Ekonomi Dihajar Corona, China Pangkas Suku Bunga
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
20 February 2020 14:49

Jakarta, CNBC Indonesia - China memangkas suku bunga pinjaman pada hari Kamis (20/2/2020), sesuai proyeksi pasar secara luas. Pemangkasan tersebut diumumkan karena pihak berwenang berupaya menekan beban biaya untuk bisnis dan berupaya mendukung ekonomi yang terganggu oleh wabah virus corona yang mematikan.
Wabah COVID-19 yang muncul di Wuhan pada Desember lalu telah menewaskan sebanyak 2.128 orang di seluruh dunia hingga pukul 10:00 Kamis pagi, menurut arcGis. Sementara jumlah kasus naik menjadi 75.725 dengan korban sembuh sebanyak 16.415.
Wabah ini telah mengganggu produksi China karena negara itu terpaksa harus mengkarantina beberapa kotanya demi menekan penyebaran virus sejak Januari lalu. Hal ini juga memunculkan tekanan di bisnis dan aktivitas pabrik di China. Bahkan, karantina besar-besaran ini menimbulkan gangguan pada rantai pasokan global, yang mengancam pertumbuhan ekonomi dunia pada akhirnya.
Berbagai alasan tersebut telah membuat pihak berwenang China melahirkan serangkaian kebijakan selama beberapa minggu terakhir.
Pada hari ini, pemerintah China menurunkan suku bunga pinjaman (loan prime rate/LPR) tenor satu tahun sebesar 10 basis poin menjadi 4,05% dari 4,15%. Sementara LPR tenor 5 tahun diturunkan sebesar 5 basis poin menjadi 4,75% dari 4,80%.
Sebanyak 38 dari 51 responden (75% dari peserta) yang disurvei Reuters sebelumnya memproyeksikan pemerintah menurunkan LPR sebesar 10 basis poin untuk kedua tenor.
"Pihak berwenang China mengirim pesan bahwa pelonggaran akan terjadi, tetapi itu akan terjadi dengan kecepatan yang terukur. Mereka tidak ingin memicu harapan bahwa mereka akan menurunkannya dengan agresif," kata Mayank Mishra, ahli strategi makro di Standard Chartered Bank di Singapura.
Namun, Mishra mengatakan pemangkasan LPR tidak akan cukup untuk mengatasi dampak ekonomi yang dibawa virus corona (COVID-19). Para investor memproyeksikan pemerintah akan melakukan lebih banyak pelonggaran moneter dan stimulus fiskal dalam waktu dekat untuk membantu bisnis kecil yang terdampak wabah.
"Kami mengharapkan lebih banyak pelonggaran moneter, yaitu pemotongan 100 basis poin dalam rasio cadangan wajib (required reserve ratio) dan 10 basis poin dalam fasilitas pinjaman jangka menengah (medium-term lending facility) di samping apa yang telah kami lihat."
Sebelumnya pada Senin, Bank Sentral China People's Bank of China (PBoC) telah memangkas suku bunga pinjaman jangka menengahnya (medium-term lending rate), yang juga ditujukan untuk mengurangi dampak virus corona terhadap bisnis dan ekonomi.
PBoC telah menurunkan suku bunga Medium Term Lending Facility (MLF) dari 3,25% menjadi 3,15%, sebagaimana dilaporkan CNBC International, Senin.
(sef/sef) Next Article Jaga Likuiditas, Bank Sentral China Suntik Rp 400 T ke Pasar
Wabah COVID-19 yang muncul di Wuhan pada Desember lalu telah menewaskan sebanyak 2.128 orang di seluruh dunia hingga pukul 10:00 Kamis pagi, menurut arcGis. Sementara jumlah kasus naik menjadi 75.725 dengan korban sembuh sebanyak 16.415.
Wabah ini telah mengganggu produksi China karena negara itu terpaksa harus mengkarantina beberapa kotanya demi menekan penyebaran virus sejak Januari lalu. Hal ini juga memunculkan tekanan di bisnis dan aktivitas pabrik di China. Bahkan, karantina besar-besaran ini menimbulkan gangguan pada rantai pasokan global, yang mengancam pertumbuhan ekonomi dunia pada akhirnya.
Berbagai alasan tersebut telah membuat pihak berwenang China melahirkan serangkaian kebijakan selama beberapa minggu terakhir.
Pada hari ini, pemerintah China menurunkan suku bunga pinjaman (loan prime rate/LPR) tenor satu tahun sebesar 10 basis poin menjadi 4,05% dari 4,15%. Sementara LPR tenor 5 tahun diturunkan sebesar 5 basis poin menjadi 4,75% dari 4,80%.
Sebanyak 38 dari 51 responden (75% dari peserta) yang disurvei Reuters sebelumnya memproyeksikan pemerintah menurunkan LPR sebesar 10 basis poin untuk kedua tenor.
"Pihak berwenang China mengirim pesan bahwa pelonggaran akan terjadi, tetapi itu akan terjadi dengan kecepatan yang terukur. Mereka tidak ingin memicu harapan bahwa mereka akan menurunkannya dengan agresif," kata Mayank Mishra, ahli strategi makro di Standard Chartered Bank di Singapura.
Namun, Mishra mengatakan pemangkasan LPR tidak akan cukup untuk mengatasi dampak ekonomi yang dibawa virus corona (COVID-19). Para investor memproyeksikan pemerintah akan melakukan lebih banyak pelonggaran moneter dan stimulus fiskal dalam waktu dekat untuk membantu bisnis kecil yang terdampak wabah.
"Kami mengharapkan lebih banyak pelonggaran moneter, yaitu pemotongan 100 basis poin dalam rasio cadangan wajib (required reserve ratio) dan 10 basis poin dalam fasilitas pinjaman jangka menengah (medium-term lending facility) di samping apa yang telah kami lihat."
Sebelumnya pada Senin, Bank Sentral China People's Bank of China (PBoC) telah memangkas suku bunga pinjaman jangka menengahnya (medium-term lending rate), yang juga ditujukan untuk mengurangi dampak virus corona terhadap bisnis dan ekonomi.
PBoC telah menurunkan suku bunga Medium Term Lending Facility (MLF) dari 3,25% menjadi 3,15%, sebagaimana dilaporkan CNBC International, Senin.
(sef/sef) Next Article Jaga Likuiditas, Bank Sentral China Suntik Rp 400 T ke Pasar
Most Popular