Roundup

Bank Mandiri Tebar Dividen Rp 16 T, AISA Berpotensi Delisting

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
20 February 2020 09:04
IHSG ditutup menguat 0,71% ke level 5.928,791 pada perdagangan Rabu kemarin (20/2/2020).
Foto: Konferensi pers RUPS Tahunan PT Bank Mandiri (Persero). (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,71% ke level 5.928,791 pada perdagangan Rabu kemarin (20/2/2020).

Menguatnya iHSG senada dengan bursa saham di Asia yang ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei menguat 0,89%, indeks Hang Seng menguat 0,46%. Straits Times naik 0,53%. hanya Shanghai Composite yang melemah 0,32%.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Kamis ini (20/2/2020):


1.Bank Mandiri Tebar 60% Laba Bersih 2019 untuk Dividen
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menyetujui membagikan 60% dari laba bersih 2019 atau sekitar Rp 16,49 triliun (sekitar Rp353,34/saham) sebagai dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Nilai tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp11,2 triliun (sekitar Rp241 per lembar saham).

"Penetapan besaran dividen tersebut telah memperhatikan kebutuhan likuiditas perseroan dalam mengembangkan bisnis dan memenuhi ketentuan terbaru regulator, serta sebagai bentuk apresiasi perseroan kepada pemegang saham atas kepercayaan dan dukungannya, sementara sisa 40% dari laba bersih 2019 akan digunakan sebagai laba ditahan." kata Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar, di Jakarta (19/2).

Dari kucuran tersebut, perseroan berhasil mencatat pendapatan bunga bersih sebesar Rp59,4 triliun, naik 8,8% YoY dibanding tahun sebelumnya. Alhasil, aset perseroan pun terkerek naik 9,65% menjadi Rp1.318,2 triliun pada akhir tahun lalu.

Selain membagikan dividen, Rapat juga menetapkan perubahan direksi dan komisaris. Antara lain: menetapkan Chatib Basri sebagai Komisaris Utama, menggantikan Kartika Wirjoatmodjo.

Selain itu, pemegang saham juga setuju mengangkat Andrinof Chaniago, Nawal Nely, Faried Utomo, Arif Budimanta, Boedi Armanto dan Loeke Larasati Agoestina dalam jajaran Dewan Komisaris Perseroan.

Hery Gunardi juga ditetapkan sebagai Wakil Direktur Utama, menggantikan menggantikan Sulaiman Arif Arianto yang telah habis masa jabatannya. Adapun Aquarius Rudianto diangkat menjadi Direktur Bisnis dan Jaringan.


2.Nyangkut Rp 1,77 T, Ini Portofolio 6 Reksa Dana Minna Padi
Portofolio enam produk reksa dana PT Minna Padi Aset Manajemen yang tersisa dan kesulitan dijual perseroan mencapai Rp 1,77 triliun, di mana Rp 486,43 miliar di antaranya terdiri dari saham dan waran yang disuspensi.

Berdasarkan informasi yang disampaikan manajemen Minna Padi Aset Manajemen kepada nasabahnya, didapatkan juga bahwa ada 27 saham harganya sudah berada pada titik terendah di pasar reguler yaitu Rp 50 yang juga ditambah enam waran.

Pada akhir Oktober 2019, dana kelolaan Minna Padi Aset Manajemen di 6 reksa dana mencapai Rp 5,75 triliun. Dari keenam waran tersebut, empat di antaranya memiliki harga Rp 4 sampai Rp 29 dan sisanya sudah tidak ditransaksikan lagi di bursa.

Menghitung seluruh efek yang ada di dalam reksa dana tersebut, dapat terlihat juga bahwa ada 16 efek yang disuspen di bursa atau sudah tidak lagi tercatat di bursa yang nilainya mencapai Rp 486,43 miliar. Ke-16 efek tersebut adalah saham PT Armidian Karyatama Tbk (ARMY), PT Ayana Land International Tbk (NASA), PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), dan PT Sitara Propertindo Tbk (TARA).



3.BRI Agro Targetkan Laba Naik Double di 2020
PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) mencatat laba bersih Rp 51,06 miliar sepanjang tahun lalu, turun 75,49% dibanding tahun 2018 yang sebesar Rp 204 miliar.

Direktur Utama BRI Agro, Ebeneser Girsang mengatakan secara umum kinerja keuangan pada tahun 2019 untuk simpanan dan pinjaman tumbuh di atas rata-rata industri. Namun dia tak menampik ada tantangan tersendiri khususnya dari kualitas kredit yang berimbas pada laba rugi perusahaan.

Saat ini ada dua nasabah yang porsinya hampir 50% dari Non Performing Loan atau NPL. Selanjutnya ada 12 debitur yang bobotnya 60% terhadap NPL. Dua hal ini yang diakuinya menggerus laba rugi perusahaan.


4.Kredit Loyo, Laba Maybank Indonesia Ambles Hampir 15%
PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) membukukan kinerja yang kurang ciamik sepanjang 2019, yang terlihat dari penurunan aset, dana pihak ketiga (DPK), hingga laba bersih perusahaan.

Laba bersih Bank asal Malaysia ini ambles hampir 15% menjadi Rp 1,92 triliun pada 2019, sementara pada 2018 masih di angka Rp 2,26 triliun.

Penurunan laba didorong oleh turunnya pendapatan komisi dan administrasi sepanjang 2019 sebesar 4,37% menjadi Rp 1,17 triliun dibandingkan 2018 senilai Rp 1,22 triliun. Sementara pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) masih naik meski tipis 0,83% menjadi Rp 8,17 triliun dari Rp 8,09 triliun pada 2018.


5.Pengelola Rumah Sakit, Cari Dana Rp 1 T Lewat IPO
Perusahaan pengelola rumah sakit, PT Metro Healthcare Indonesia, siap melangsungkan penawaran umum perdana saham atau initial public offering. Perseroan melepas sebanyak 10 miliar saham baru setara 30% saham ke publik dengan harga penawaran umum Rp 102 - Rp 110 per saham.

Dengan demikian, dari gelaran IPO ini, perseroan bakal diperkirakan akan meraih dana sebesar Rp 1,02 triliun - Rp 1,10 triliun.

Direktur Utama Metro Healthcare Indonesia, Henry Kembaren menyatakan, dana hasil dari penawaran umum perdana saham sepenuhnya akan digunakan untuk meningkatkan modal PT Metro Global Medika (MGM). Dengan perincian, sebesar 30%, akan dipinjamkan kepada PT Semesta Akasa Jayaraya (SAJ), entitas anak tidak langsung yang selanjutnya akan digunakan untuk pembiayaan sebagian pembangunan rumah sakit dan pembelian peralatan rumah sakit.


6.Ada IPO Jumbo Nih, Adhi Commuter Target Himpun Rp 2,5 T
Emiten konstruksi PT Adhi Commuter Properti menyatakan siap melaksanakan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) pada kuartal II-2020. Emisi yang dihimpun mencapai Rp 2,5 triliun dengan melepas 30% saham ke publik.

Menurut Direktur Keuangan, Manajemen Risiko, dan SDM Adhi Commuter Mochamad Yusuf, pada tahun ini, perseroan membutuhkan alokasi belanja modal sebesar Rp 3,5 triliun, di mana sekitar Rp 2 triliun akan bersumber dari dana hasil IPO.

"Rencana IPO kami di kuartal II tahun ini dalam proses finalisasi dan kemungkinan kita konsorsium dengan underwriter," kata Mochamad Yusuf di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, penggunaan dana IPO, sebesar 80% akan dialokasikan untuk belanja modal dan 20% untuk membiayai kembali utang (refinancing).


7.Lapkeu Disclaimer, AISA Masih Berpotensi Didepak dari Bursa
Bursa Efek Indonesia menyatakan emiten produsen makanan ringan, PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA) masih berpotensi dihapuskan pencatatan sahamnya (delisting) kendati sudah menyampaikan laporan keuangan tahun 2017 (restated), 2018 (audited) dan laporan keuangan tengah tahun 2019 (review).

Pasalnya, laporan keuangan tersebut mendapatkan Opini Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer) selama dua tahun berturut-turut.

Mengacu pada pengumuman bursa pada Senin (17/2/2020) yang mengacu pada Surat Edaran Nomor SE-008/BEJ/08-2014 tanggal 27 Agustus 2004, perihal Penghentian Sementara Perdagangan Efek (suspensi) Perusahaan Tercatat, maka Bursa dapat mensuspensi perdagangan efek emiten jika laporan keuangan audit perusahaan memperoleh opini disclaimer sebanyak 2 kali berurut-turut atau sebanyak 1 kali Opini Tidak Wajar (Adverse).


8.Kreditnya Loyo, Laba Permata 2019 Rp 1,5 T Didorong Fee Based
PT Bank Permata Tbk (BNLI) membukukan pertumbuhan laba bersih menjadi Rp 1,5 triliun, atau naik 66,5% dari 2018 senilai Rp 901,2 miliar. Bank milik Grup Astra ini juga mencatat kenaikan pertumbuhan laba operasional sebelum penyisihan penurunan nilai aset sebesar 18,8% menjadi Rp 3,04 triliun.

Nilai ini dikontribusikan oleh peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 5,6% dan pendapatan operasional selain bunga (Fee Based Income) sebesar 24,3%.

Meski BNLI mencatat pertumbuhan laba dan pendapatan, jika dilihat lebih dalam lagi pertumbuhan kredit, return of asset (ROA) dan Return of equity (ROE) perusahaan masih rendah. Sepanjang 2019 ROA Bank Permata tercatat di posisi 1,3% dan ROE di posisi 7,20%. ROA dan ROE digunakan untuk mengukur kemampuan imbal hasil atau laba secara relatif terhadap total aset (ROA) dan total ekuitas/modal (ROE).

[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article BTN Punya Dirut Baru, BNI Batal Gandeng Alipay-WeChat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular