Roundup

Ini Harga Baru Unilever di 2020, Laba Chandra Asri Ambles 81%

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
26 December 2019 08:50
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Senin lalu.
Foto: unilever.co.id

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Senin lalu (23/12/2019) sebesar 0,34% ke level 6.305,91.

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga bergerak di zona hijau: indeks Nikkei menguat 0,02%, indeks Hang Seng naik 0,13%, dan indeks Straits Times terapresiasi 0,05%.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Kamis (26/12/2019):

1.Unilever Stock Split Awal Januari 2020, Simak Jadwalnya!
Emiten konsumer, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), akan melaksanakan pemecahan nilai nominal saham atau stock split dengan rasio 1:5 pada awal Januari 2020.

Keputusan itu sudah disetujui pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di kantor pusat Unilever, BSD Green Office Park, Banten, 20 November 2019.

Dalam pengumuman yang disampaikan manajemen Unilever di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, perdagangan saham dengan nilai nominal lama di pasar reguler dan tunai dijadwalkan pada Senin (30/12/2019).

Adapun, awal perdagangan saham dengan nilai nominal baru di pasar reguler dan negosiasi atau dijadwalkan Kamis (2/1/2020). Sedangkan, di pasar tunai baru dijadwalkan pada 6 Januari 2020. Harga UNVR pada Senin lalu (23/12/2019 di level Rp 41.650/asham, jika dipecah 1:5 maka bisa di level Rp 8.330/saham.



2.Tebak! Jika Saham BCA Rp 40.000, Berapa Kekayaan Duo Hartono?
Harga saham emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), masih berada di level tinggi pada penutupan perdagangan Senin (23/12/2019). Saham BBCA ditutup stagnan di level Rp 33.300/saham.

Data perdagangan mencatat, pada 18 Desember lalu, saham BBCA sempat menembus rekor tertinggi Rp 33.775/saham, lalu kemudian turun lagi kendati masih di level Rp 33.000. Asing kemarin keluar Rp 59,23 miliar di semua pasar, sementara nilai transaksi mencapai Rp 329,81 miliar dengan volume perdagangan 9,89 juta saham dan kapitalisasi pasar Rp 821 triliun.

Dalam sepekan terakhir perdagangan, saham BBCA naik 4,72%, sebulan tumbuh 6,14% dan year to date melesat 28%. Asing sudah masuk Rp 3,93 triliun sejak awal tahun hingga penutupan Senin kemarin.

Lantas berapa target harga BBCA selanjutnya? Bisakah di atas Rp 33.775/saham?

Dalam riset 17 September 2019, tiga analis RHB Sekuritas, Henry Wibowo, Andre Benas, dan Ghibran Al Imran merekomendasikan beli (buy) untuk saham BBCA dengan target harga (target price/TP) Rp 40.000/saham. Ketika riset itu dibuat, target harga saham BBCA sebelumnya dipatok Rp 32.500/saham di mana level ini sudah terlewati.

"Rekomendasi di-upgrade menjadi Beli, dari Netral, dengan TP Rp 40.000 dari TP sebelumnya Rp 32.500, atau naik 33%, di tengah ketatnya likuiditas perbankan yang menempatkan BBCA di posisi yang unik," tulis analisis ketiganya.


3.Holding BUMN Asuransi Bisa Jadi Juru Selamat Jiwasraya?
Pembentukan holding BUMN asuransi merupakan salah satu jalan keluar yang kerap dilontarkan Kementerian BUMN sebagai upaya penyelesaian masalah PT Asuransi Jiwasraya (Persero).

Lantas, apakah langkah itu akan membuahkan hasil? Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan pembentukan holding BUMN asuransi dibutuhkan sebagai salah satu langkah penyelamatan perusahaan pelat merah itu.

"Gini ketika digabung ada yang kuat kan, kan di bawah. [Induk holding] Bisa menyuntikkan [modal] atau ambil dari anak yang lain," kata Arya kepada wartawan di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (23/12/2019).



4.PTBA Targetkan Produksi 30 Juta Ton Batu Bara di 2020
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk, (PTBA) Arviyan Arifin menargetkan produksi batu bara PTBA tahun 2020 sebesar 30 juta ton.

Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun ini sebesar 28,5 juta ton. Menurutnya tantangan dari produksi batu bara tahun ini adalah harganya yang cenderung rendah, rata-rata harga batu bara lebih rendah 26% dibandingkan tahun sebelumnya.

"Memang ada tekanan harga tapi dengan efisiensi laba kita nggak trun drastis sebagai mana turunnya harga batubara," ungkapnya di Jakarta, Senin, (23/12/2019).

Berbeda dengan produksi yang naik, belanja modal (capex) tahun depan justru diproyeksikan turun dari Rp 5 triliun tahun 2019 menjadi Rp 4,5 triliun di tahun 2020. "Sebagian besar capex untuk hilirisasi," imbuhnya.


5.Erick Angkat Agus Tjahajana Jadi Komisaris Utama Inalum
Rapat Umum Pemegang Saham PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) memutuskan untuk mengangkat Agus Tjahajana Wirakusumah sebagai komisaris utama. Keputusan itu disampaikan Agus kepada wartawan di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (23/12/2019).

"Iya (jadi komut Inalum)," ujarnya. Sebelumnya, Agus merupakan komisaris independen di perusahaan pelat merah tersebut.

Menurut dia, Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin meminta agar industri pertambangan bisa segera berkembang. Kementerian BUMN juga meminta agar semua yang sudah direncanakan baik di hulu maupun di hilir dieksekusi.


6.8 Perusahaan Antre Rilis Obligasi, Emisi Rp 4,47 T
Minat korporasi menerbitkan instrumen surat utang alias obligasi masih tinggi. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, setidaknya masih ada 8 perusahaan yang berada dalam pipeline untuk mencatatkan obligasi.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyatakan, kedelapan surat utang tersebut bakal dicatatkan segera hingga akhir tahun 2019.

"Penerbitannya secepatnya," kata Nyoman di Jakarta, Senin (23/12/2019).

Mengacu data BEI dalam pipeline obligasi dan sukuk per 20 Desember 2019, kedelapan perusahaan tersebut antara lain, PT Jasa Bersama Indo Tbk (DUCK) yang berencana menerbitkan Obligasi I Jaya Bersama Indo Tahun 2019 dengan nilai emisi Rp 375 miliar. Perusahaan ini mengelola brand restoran The Duck King.

Selain itu ada PT Usaha Pembiayaan Reliance Indonesia (Reliance Finance) yang akan menerbitkan Obligasi I Usaha Pembiayaan Reliance Indonesia Dengan Tingkat Bunga Tetap dengan target emisi Rp 600 miliar.

Selanjutnya, Obligasi Berkelanjutan I Merdeka Copper Gold Tahap I Tahun 2019 senilai Rp 400 miliar yang akan dirilis PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).


7.Global Lesu, Laba Chandra Asri di Q3-2019 Terjun Bebas 81%
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) baru saja mengumumkan kinerja keuangan untuk periode yang berakhir pada September 2019 atau 9 bulan pertama tahun ini.

Pada periode tersebut, perusahaan milik taipan Prajogo Pangestu ini mengantongi laba bersih yang jauh lebih rendah secara year on year (YoY), penurunannya mencapai 81,11%.

Nilai laba bersih ini mencapai US$ 31,45 juta (Rp 440,37 miliar, asumsi kurs Rp 14.000/US$), turun tajam dari periode September 2018 yang sebesar US$ 169,84 juta (Rp 2,38 triliun).

Penurunan laba bersih ini disebabkan karena turunnya pendapatan perusahaan sebesar 29,28% secara YoY. Pada akhir kuartal ketiga tahun ini nilai pendapatan mencapai US$ 1,38 miliar (Rp 19,42 triliun), turun dari US$ 1,96 miliar di akhir periode yang sama tahun sebelumnya.


[Gambas:Video CNBC]


(tas/tas) Next Article Bank Mandiri Cari Bank di ASEAN, Indika Beli Tambang Emas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular