
Ekonomi Inggris Mandek, Rupiah Malah Loyo Lawan Poundsterling
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 February 2020 13:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling terus menguat dan mencatat apresiasi selama 4 hari beruntun melawan rupiah hingga Rabu kemarin dan masih berlanjut pada hari ini, Kamis (13/2/2020).
Pada pukul 11:44 WIB, GBP 1 setara dengan Rp 17.726,18, poundsterling menguat 0,17% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara dalam empat hari terkahir poundsterling menguat tipis-tipis dengan total poundsterling 0,54%.
Meski terus menguat, tetapi poundsterling masih belum jauh dari level terlemah 4 bulan Rp 17.589.22/GBP yang dicapai pada pekan lalu. tidak hanya melawan rupiah, poundsterling juga mampu menguat tiga hari beruntun hingga kemarin melawan dolar Amerika Serikat (AS), tetapi hingga siang ini melemah tipis 0,06% ke US$ 1,2952.
Office for National Statistic (ONS) Selasa (11/2/2020) lalu melaporkan produk domestik bruto (PDB) Inggris sebesar 0% alias tidak tumbuh di kuartal IV-2019, dibandingkan kuartal sebelumnya.
Sementara, jika dilihat secara tahunan atau year-on-year (YoY) tumbuh 1,1% sama dengan kuartal sebelumnya. Pertumbuhan tersebut lebih baik dari survei Reuters sebesar 0,8%.
"Secara keseluruhan data yang kurang bagus tidak akan mengubah posisi pasar, dan penguatan poundsterling dalam jangka panjang akan tergantung ekspektasi (pemangkasan suku bunga) bank sentral Inggris, dan perundingan dagang (Inggris dengan Uni Eropa)," kata Sam Cooper, salah satu vice president di Silicon Valley Bank, sebagaimana dilansir Reuters.
Bank sentral Inggris (Bank of Engalnd/BoE) saat pengumuman kebijakan moneter pada akhir Januari lalu mengindikasikan belum akan ada pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
Saat itu BoE mempertahankan suku bunga sebesar 0,75%, tetapi voting Monetary Policy Committee (MPC) terkait suku bunga menunjukkan hanya 2 dari 9 anggota MPC yang memilih suku bunga dipangkas. Jumlahnya sama dengan saat pengumuman kebijakan moneter akhir tahun lalu. Artinya, belum banyak perubahan mengenai outlook suku bunga BoE, dan belum ada suara tambahan yang ingin suku bunga dipangkas.
Hal tersebut menjadi sentimen positif bagi poundsterling, meski masih terbebani perundingan dagang antara Inggris dengan Uni Eropa yang diprediksi akan alot. Kedua belah pihak sama-sama menunjukkan sikap yang keras.
"Inggris dan Uni Eropa belum memulai negosiasi perdagangan secara formal, tetapi kedua belah pihak terlihat saling keras satu sama lain," kata Marc Chandler, kepala ahli strategi pasar Bannockburn Global Forex LLC, sebagaimana dilansir Reuters.
Sementara itu, rupiah pada hari ini tertekan akibat memburuknya sentimen pelaku pasar setelah jumlah korban virus corona atau yang disebut Covid-19 melonjak.
Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis, total korban meninggal akibat virus corona atau yang dinamai Covid-19 sebanyak 1.367 orang. Dari total tersebut, sebanyak dua orang yang meninggal di luar China. Covid-19 kini telah menjangkiti lebih dari 60.000 orang di seluruh dunia.
Angka tersebut naik signifikan dibandingkan laporan kemarin dimana sebanyak 1.115 orang, dan menjangkiti sekitar 45.000 orang di seluruh dunia.
Akibatnya, pelaku pasar kembali cemas wabah Covid-19 belum mencapai puncaknya, sentimen pun memburuk dan rupiah menjadi tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat
Pada pukul 11:44 WIB, GBP 1 setara dengan Rp 17.726,18, poundsterling menguat 0,17% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara dalam empat hari terkahir poundsterling menguat tipis-tipis dengan total poundsterling 0,54%.
Meski terus menguat, tetapi poundsterling masih belum jauh dari level terlemah 4 bulan Rp 17.589.22/GBP yang dicapai pada pekan lalu. tidak hanya melawan rupiah, poundsterling juga mampu menguat tiga hari beruntun hingga kemarin melawan dolar Amerika Serikat (AS), tetapi hingga siang ini melemah tipis 0,06% ke US$ 1,2952.
Sementara, jika dilihat secara tahunan atau year-on-year (YoY) tumbuh 1,1% sama dengan kuartal sebelumnya. Pertumbuhan tersebut lebih baik dari survei Reuters sebesar 0,8%.
"Secara keseluruhan data yang kurang bagus tidak akan mengubah posisi pasar, dan penguatan poundsterling dalam jangka panjang akan tergantung ekspektasi (pemangkasan suku bunga) bank sentral Inggris, dan perundingan dagang (Inggris dengan Uni Eropa)," kata Sam Cooper, salah satu vice president di Silicon Valley Bank, sebagaimana dilansir Reuters.
Bank sentral Inggris (Bank of Engalnd/BoE) saat pengumuman kebijakan moneter pada akhir Januari lalu mengindikasikan belum akan ada pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
Saat itu BoE mempertahankan suku bunga sebesar 0,75%, tetapi voting Monetary Policy Committee (MPC) terkait suku bunga menunjukkan hanya 2 dari 9 anggota MPC yang memilih suku bunga dipangkas. Jumlahnya sama dengan saat pengumuman kebijakan moneter akhir tahun lalu. Artinya, belum banyak perubahan mengenai outlook suku bunga BoE, dan belum ada suara tambahan yang ingin suku bunga dipangkas.
Hal tersebut menjadi sentimen positif bagi poundsterling, meski masih terbebani perundingan dagang antara Inggris dengan Uni Eropa yang diprediksi akan alot. Kedua belah pihak sama-sama menunjukkan sikap yang keras.
"Inggris dan Uni Eropa belum memulai negosiasi perdagangan secara formal, tetapi kedua belah pihak terlihat saling keras satu sama lain," kata Marc Chandler, kepala ahli strategi pasar Bannockburn Global Forex LLC, sebagaimana dilansir Reuters.
Sementara itu, rupiah pada hari ini tertekan akibat memburuknya sentimen pelaku pasar setelah jumlah korban virus corona atau yang disebut Covid-19 melonjak.
Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis, total korban meninggal akibat virus corona atau yang dinamai Covid-19 sebanyak 1.367 orang. Dari total tersebut, sebanyak dua orang yang meninggal di luar China. Covid-19 kini telah menjangkiti lebih dari 60.000 orang di seluruh dunia.
Angka tersebut naik signifikan dibandingkan laporan kemarin dimana sebanyak 1.115 orang, dan menjangkiti sekitar 45.000 orang di seluruh dunia.
Akibatnya, pelaku pasar kembali cemas wabah Covid-19 belum mencapai puncaknya, sentimen pun memburuk dan rupiah menjadi tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular