
Investor Antisipasi Isi Pidato Powell, Dolar AS Masih Perkasa
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 February 2020 21:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks dolar Amerika Serikat (AS) masih cukup perkasa menjelang testimoni pimpinan bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) malam ini.
Pada pukul 20:11 WIB, indeks dolar AS berada di level 98,85, naik 0,02% dan berada di level tertinggi dalam 4 bulan terakhir. Sebelum menguat tipis hari ini, indeks dolar sudah menguat dalam 6 hari beruntun dengan total penguatan 1,47%.
Indeks dolar dibentuk dari enam mata uang yakni euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss. Indeks ini juga dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya. Terpantau, dolar AS hanya melemah melawan poundsterling dan dolar Kanada masing-masing 0,17% dan 0,14%, dan menguat melawan empat mata uang lainnya meski tipis-tipis.
Pimpinan The Fed, Jerome Powell, hari ini akan akan memberikan testimoni di hadapan House of Representative (DPR) dan besok di hadapan Senat. Pelaku pasar tentunya akan melihat bagaimana pandangan The Fed terkait kondisi ekonomi AS, suku bunga, serta dampak wabah virus corona terhadap perekonomian.
Wabah virus corona masih menjadi salah penggerak utama pasar. Berdasarkan data dari ArcGis, total korban meninggal akibat virus corona kini menjadi 1.018 orang, dan telah menjangkiti lebih dari 43.000 orang di berbagi negara.
Hasil riset S&P menunjukkan pertumbuhan ekonomi China bisa terpangkas 1,2% akibat virus corona. Kala ekonomi China melambat, negara-negara lain tentunya juga akan terseret, termasuk AS. Kedua negara ini merupakan dua raksasa ekonomi dunia, dan keduanya memiliki hubungan dagang dengan nilai yang besar.
Analis dari Fullerton Market, Franky Nangoy, mengatakan jika Powell mengindikasikan wabah virus corona memberikan dampak negatif ke perekonomian, maka aset-aset aman (safe haven) kemarin menjadi target investasi. Dolar menjadi salah satu aset safe haven, tetapi posisinya sebagai safe haven masih kalah dengan yen.
"Jika Powell mulai menekankan risiko coronavirus, pasar dapat berspekulasi bahwa Fed akan menurunkan suku bunganya lagi" kata Franky dalam keterangan tertulis.
Dalam kondisi tersebut, dolar AS diprediksi akan melemah melawan yen. "Saya melihat jika memang dorongan terhadap instrumen safe haven terealisasi maka peluang USD/JPY menuju level 110.90 akan terbuka lebar" tambahnya.
Status safe haven yang melekat lebih kuat ke yen dibandingkan dolar AS karena Jepang memiliki suplus current account besar sehingga memberikan jaminan stabilitas bagi mata uangnya.
Selain itu Negeri Matahari Terbit merupakan negara kreditur terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip CNBC International, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.
Jumlah kepemilikan aset asing oleh Jepang bahkan 1,3 kali lebih banyak dari Jerman yang menduduki peringkat kedua negara kreditur terbesar di dunia. Saat terjadi gejolak di pasar finansial, investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen
Pada pukul 20:11 WIB, indeks dolar AS berada di level 98,85, naik 0,02% dan berada di level tertinggi dalam 4 bulan terakhir. Sebelum menguat tipis hari ini, indeks dolar sudah menguat dalam 6 hari beruntun dengan total penguatan 1,47%.
Indeks dolar dibentuk dari enam mata uang yakni euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss. Indeks ini juga dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya. Terpantau, dolar AS hanya melemah melawan poundsterling dan dolar Kanada masing-masing 0,17% dan 0,14%, dan menguat melawan empat mata uang lainnya meski tipis-tipis.
Pimpinan The Fed, Jerome Powell, hari ini akan akan memberikan testimoni di hadapan House of Representative (DPR) dan besok di hadapan Senat. Pelaku pasar tentunya akan melihat bagaimana pandangan The Fed terkait kondisi ekonomi AS, suku bunga, serta dampak wabah virus corona terhadap perekonomian.
Wabah virus corona masih menjadi salah penggerak utama pasar. Berdasarkan data dari ArcGis, total korban meninggal akibat virus corona kini menjadi 1.018 orang, dan telah menjangkiti lebih dari 43.000 orang di berbagi negara.
Hasil riset S&P menunjukkan pertumbuhan ekonomi China bisa terpangkas 1,2% akibat virus corona. Kala ekonomi China melambat, negara-negara lain tentunya juga akan terseret, termasuk AS. Kedua negara ini merupakan dua raksasa ekonomi dunia, dan keduanya memiliki hubungan dagang dengan nilai yang besar.
Analis dari Fullerton Market, Franky Nangoy, mengatakan jika Powell mengindikasikan wabah virus corona memberikan dampak negatif ke perekonomian, maka aset-aset aman (safe haven) kemarin menjadi target investasi. Dolar menjadi salah satu aset safe haven, tetapi posisinya sebagai safe haven masih kalah dengan yen.
"Jika Powell mulai menekankan risiko coronavirus, pasar dapat berspekulasi bahwa Fed akan menurunkan suku bunganya lagi" kata Franky dalam keterangan tertulis.
Dalam kondisi tersebut, dolar AS diprediksi akan melemah melawan yen. "Saya melihat jika memang dorongan terhadap instrumen safe haven terealisasi maka peluang USD/JPY menuju level 110.90 akan terbuka lebar" tambahnya.
Status safe haven yang melekat lebih kuat ke yen dibandingkan dolar AS karena Jepang memiliki suplus current account besar sehingga memberikan jaminan stabilitas bagi mata uangnya.
Selain itu Negeri Matahari Terbit merupakan negara kreditur terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip CNBC International, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.
Jumlah kepemilikan aset asing oleh Jepang bahkan 1,3 kali lebih banyak dari Jerman yang menduduki peringkat kedua negara kreditur terbesar di dunia. Saat terjadi gejolak di pasar finansial, investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular