
Harga Emas Diprediksi Naik 12%, Siap-siap Menuju US$ 2.080/oz
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 February 2020 15:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melemah pada perdagangan Selasa (11/2/2020) setelah membukukan penguatan dalam 4 hari beruntun.
Pada pukul 15:08 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.565,8/troy ons, melemah 0,39% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara dalam 4 hari sebelumnya, emas total menguat 1,26%.
Mayoritas bursa saham Asia yang menguat pada hari ini membuat harga emas diterpa aksi ambil untung (profit taking) setelah membukukan kenaikan empat hari beruntun. Ketika bursa saham menguat, artinya sentimen pelaku pasar sedang membaik meski masih berhati-hati menilai dampak virus corona terhadap perekonomian global, khususnya China yang menjadi asal virus corona.
Berdasarkan data dari ArcGis, total korban meninggal akibat virus corona kini menjadi 1.016 orang, dan telah menjangkiti lebih dari 43.000 orang di berbagi negara.
Hasil riset S&P menunjukkan pertumbuhan ekonomi China bisa terpangkas 1,2% akibat virus corona. Kala ekonomi China melambat, negara-negara lain tentunya juga akan terseret, sebabnya Negeri Tiongkok merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia setelah AS.
Meski sedang melemah, harga emas dunia diprediksi akan naik dua dijit persentase di tahun ini oleh London Bullion Market Association (LBMA).
Dalam survei tahunan LBMA yang dirilis 3 Februari lalu, hasil survei terhadap 30 analis menunjukkan rata-rata harga emas di tahun ini diprediksi di level US$ 1.558,8/troy ons, naik 11,9% dibandingkan rata-rata actual tahun 2019 sebesar US$ 1.392,6/troy ons.
James Stell analis dari HSBC, yang disuervei LBMA memprediksi rata-rata harga emas berada di US$ 1.613/troy ons, dengan level terendah di US$ 1.475 dan tertinggi di US$ 1.705/troy ons. Harry Tchilinguirian dari BNP Paribas memprediksi rata-rata emas di level US$ 1.520/troy ons, dengan level terendah US$ 1.425 dan tertinggi US$ 1.680/troy ons.
Sementara itu Ross Norman mantan CEO Sharps Pixely, salah satu broker emas terbesar di London, menjadi yang paling bullish dalam survei tersebut. Norman memprediksi harga emas dunia bisa mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.080/troy ons di tahun ini, dengan level terendah di US$ 1.520/troy ons. Rata-rata harga emas di tahun ini diramal di level US$ 1.755/troy ons.
Untuk diketahui, Ross Norman pada tahun lalu menjadi pemenangan survei harga palladium. Rata-rata prediksi harga palladium yang ia berikan di tahun 2019 menjadi yang paling mendekati rata-rata aktual, dibandingkan dengan analis lainnya.
Sementara pemenang survei harga emas tahun lalu, Rene Hochreiter dari Noah Capital Markets/Sieberana Research memprediksi rata-rata harga emas di tahun ini di level US$ 1.670/troy ons, dengan level terendah US$ 1.550 dan tertinggi di US$ 1.720/troy ons.
Dalam survei tersebut LBMA melihat ada tiga faktor utama yang menggerakkan harga emas di tahun ini. Pertama, tensi ekonomi dan geopolitik, misalnya perang dagang, Brexit, dan Pemilu AS. Faktor ini diprediksi memberikan pengaruh sebesar 38% terhadap harga emas dunia.
Kedua, dengan pengaruh 35% adalah kebijakan moneter bank sentral dunia, khususnya bank sentral AS. Ketiga, adalah permintaan dari China dan India yang akan mempengaruhi pergerakan emas sebesar 15%. 12% sisanya dipengaruhi faktor-faktor lainnya.
Pada pukul 15:08 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.565,8/troy ons, melemah 0,39% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara dalam 4 hari sebelumnya, emas total menguat 1,26%.
Mayoritas bursa saham Asia yang menguat pada hari ini membuat harga emas diterpa aksi ambil untung (profit taking) setelah membukukan kenaikan empat hari beruntun. Ketika bursa saham menguat, artinya sentimen pelaku pasar sedang membaik meski masih berhati-hati menilai dampak virus corona terhadap perekonomian global, khususnya China yang menjadi asal virus corona.
![]() |
Berdasarkan data dari ArcGis, total korban meninggal akibat virus corona kini menjadi 1.016 orang, dan telah menjangkiti lebih dari 43.000 orang di berbagi negara.
Hasil riset S&P menunjukkan pertumbuhan ekonomi China bisa terpangkas 1,2% akibat virus corona. Kala ekonomi China melambat, negara-negara lain tentunya juga akan terseret, sebabnya Negeri Tiongkok merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia setelah AS.
Meski sedang melemah, harga emas dunia diprediksi akan naik dua dijit persentase di tahun ini oleh London Bullion Market Association (LBMA).
Dalam survei tahunan LBMA yang dirilis 3 Februari lalu, hasil survei terhadap 30 analis menunjukkan rata-rata harga emas di tahun ini diprediksi di level US$ 1.558,8/troy ons, naik 11,9% dibandingkan rata-rata actual tahun 2019 sebesar US$ 1.392,6/troy ons.
James Stell analis dari HSBC, yang disuervei LBMA memprediksi rata-rata harga emas berada di US$ 1.613/troy ons, dengan level terendah di US$ 1.475 dan tertinggi di US$ 1.705/troy ons. Harry Tchilinguirian dari BNP Paribas memprediksi rata-rata emas di level US$ 1.520/troy ons, dengan level terendah US$ 1.425 dan tertinggi US$ 1.680/troy ons.
Sementara itu Ross Norman mantan CEO Sharps Pixely, salah satu broker emas terbesar di London, menjadi yang paling bullish dalam survei tersebut. Norman memprediksi harga emas dunia bisa mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.080/troy ons di tahun ini, dengan level terendah di US$ 1.520/troy ons. Rata-rata harga emas di tahun ini diramal di level US$ 1.755/troy ons.
Untuk diketahui, Ross Norman pada tahun lalu menjadi pemenangan survei harga palladium. Rata-rata prediksi harga palladium yang ia berikan di tahun 2019 menjadi yang paling mendekati rata-rata aktual, dibandingkan dengan analis lainnya.
Sementara pemenang survei harga emas tahun lalu, Rene Hochreiter dari Noah Capital Markets/Sieberana Research memprediksi rata-rata harga emas di tahun ini di level US$ 1.670/troy ons, dengan level terendah US$ 1.550 dan tertinggi di US$ 1.720/troy ons.
Dalam survei tersebut LBMA melihat ada tiga faktor utama yang menggerakkan harga emas di tahun ini. Pertama, tensi ekonomi dan geopolitik, misalnya perang dagang, Brexit, dan Pemilu AS. Faktor ini diprediksi memberikan pengaruh sebesar 38% terhadap harga emas dunia.
Kedua, dengan pengaruh 35% adalah kebijakan moneter bank sentral dunia, khususnya bank sentral AS. Ketiga, adalah permintaan dari China dan India yang akan mempengaruhi pergerakan emas sebesar 15%. 12% sisanya dipengaruhi faktor-faktor lainnya.
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular