
Usai Anjlok Lebih dari 2%, Poundsterling Perlahan Bangkit

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling Inggris menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (10/2/2020) setelah merosot tajam pada pekan lalu. Pada pukul 19:43 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,2929, menguat 0,29% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Sepanjang pekan lalu, poundsterling melemah dalam empat dari lima hari perdagangan dengan total koreksi 2,35%. Performa tersebut merupakan yang terburuk dalam tujuh pekan terakhir. Pelaku pasar mulai menakar kemungkinan alotnya perundingan dagang Inggris dengan Uni Eropa (UE).
Seperti diketahui sebelumnya, Inggris sudah resmi keluar dari UE (Brexit) pada 31 Januari lalu, dan kini dalam masa transisi hingga akhir tahun nanti. Selama masa transisi, Inggris masih dalam satu serikat kepabean tetapi sudah tidak terlibat dalam urusan politik, sehingga perdagangan internasional Inggris belum akan terpengaruh.
Di masa transisi ini juga, Inggris dan Uni Eropa akan melakukan perundingan dagang untuk mencapai kesepakatan yang akan berlaku pada tahun depan. Reuters melaporkan, Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson bersikap keras dengan mengatakan Inggris tidak akan mematuhi peraturan UE.
Di sisi lain, UE memperingatkan Inggris bahwa akses ke pasar tunggal (satu wilayah kepabean) akan tergantung seberapa jauh London akan mematuhi peraturan UE, seperti peraturan mengenai lingkungan dan tenaga kerja.
"Inggris dan Uni Eropa belum memulai negosiasi perdagangan secara formal, tetapi kedua belah pihak terlihat saling keras satu sama lain" kata Marc Chandler, kepala ahli strategi pasar Bannockburn Global Forex LLC, sebagaimana dilansir Reuters.
Penurunan tajam poundsterling pada pekan lalu tentunya membuat sebagian pelaku pasar tertarik untuk mencairkan cuan sehingga terjadi aksi ambil untung (profit taking) ke dolar AS, yang membuat Mata Uang Negeri Ratu Elizabeth ini menguat.
Apalagi, data yang dirilis oleh Commodity Futures Trading Commission (CFTC) AS pada Jumat lalu menunjukkan spekulator masih mempertahankan posisi net buy sebesar 13.000 kontrak, meski menurun dibandingkan pekan sebelumnya 17.700 kontrak.
Ini berarti, para speculator masih melihat peluang poundsterling akan kembali menguat ke depannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat