
Korban Tewas Virus Corona Bertambah, Yen Menguat 1% Lebih
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 January 2020 09:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar yen Jepang mencatat penguatan dalam 5 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (27/1/2020) akibat kecemasan pelaku pasar akan penyebaran virus corona. Total dalam 5 hari tersebut, yen menguat 1,18%.
Sementara pagi ini, Selasa (28/1/2020) pukul 9:30 WIB, yen melemah tipis 0,05% ke level 108.94/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Kecemasan pelaku pasar akan semakin ganasnya penyebaran virus corona membuat bursa saham Asia rontok. Para investor mengalihkan modalnya ke aset-aset aman (safe haven). Yen dan juga dolar merupakan aset yang dianggap safe haven.
Mengutip CNBC International yang mengutip harian People's Daily, jumlah korban yang meninggal di China akibat virus corona kini mencapai 106 orang dan menjangkiti 4.193 orang.
Selain China yang merupakan asal virus corona, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia, Nepal, Prancis, Australia, AS, dan Kanada merupakan negara-negara yang sudah mengindentifikasi kasus yang sama. Semua pasien tersebut pernah berpergian atau datang dari China.
Wuhan merupakan asal virus corona, kota dengan jumlah penduduk sekitar 11 juta orang tersebut kini sudah diisolasi oleh Pemerintah China.
Jumlah korban meninggal yang bertambah banyak dalam waktu singkat, serta penyebarannya ke berbagai negara tentunya membuat pelaku pasar dibuat semakin cemas, bahkan dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi perekonomian China.
Ketika perekonomian China memburuk, maka kondisi ekonomi global akan turut menurun karena China merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS.
Saat hal tersebut terjadi, aset-aset berisiko akan dihindari oleh pelaku pasar, dan aset safe haven menjadi target investasi. Meski sama-sama menyandang status safe haven, yen dalam hal ini lebih kuat dibandingkan dolar AS. Sebabnya Jepang merupakan negara kreditur terbesar di dunia.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip CNBC International, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.
Saat terjadi gejolak di pasar finansial seperti saat ini, para investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen
Sementara pagi ini, Selasa (28/1/2020) pukul 9:30 WIB, yen melemah tipis 0,05% ke level 108.94/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Kecemasan pelaku pasar akan semakin ganasnya penyebaran virus corona membuat bursa saham Asia rontok. Para investor mengalihkan modalnya ke aset-aset aman (safe haven). Yen dan juga dolar merupakan aset yang dianggap safe haven.
Selain China yang merupakan asal virus corona, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia, Nepal, Prancis, Australia, AS, dan Kanada merupakan negara-negara yang sudah mengindentifikasi kasus yang sama. Semua pasien tersebut pernah berpergian atau datang dari China.
Wuhan merupakan asal virus corona, kota dengan jumlah penduduk sekitar 11 juta orang tersebut kini sudah diisolasi oleh Pemerintah China.
Jumlah korban meninggal yang bertambah banyak dalam waktu singkat, serta penyebarannya ke berbagai negara tentunya membuat pelaku pasar dibuat semakin cemas, bahkan dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi perekonomian China.
Ketika perekonomian China memburuk, maka kondisi ekonomi global akan turut menurun karena China merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS.
Saat hal tersebut terjadi, aset-aset berisiko akan dihindari oleh pelaku pasar, dan aset safe haven menjadi target investasi. Meski sama-sama menyandang status safe haven, yen dalam hal ini lebih kuat dibandingkan dolar AS. Sebabnya Jepang merupakan negara kreditur terbesar di dunia.
![]() |
Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip CNBC International, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.
Saat terjadi gejolak di pasar finansial seperti saat ini, para investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen
Most Popular