Pasar Saham Loyo, SUN Masih Dilirik Investor

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
27 January 2020 08:45
Penguatan harga yang masih terjadi disebabkan oleh turunnya CDS obligasi Indonesia yang berdekominasi dolar AS dan masuknya investor asing ke pasar SUN.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi diprediksi masih dapat menguat lagi setelah membukukan reli kenaikan harga sejak 2 pekan terakhir, meskipun pelaku pasar suratbuta g negara (SUN) disarankan tetap hati-hati karena penguatan akan lebih terbatas dan potensi koreksi akan bertambah besar.

Meskipun memprediksi pasar obligasi akan menguat, Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, dalam risetnya pagi ini (27/1/20) menilai penguatan yang sudah berlangsung lama dapat semakin membuka peluang koreksi.

"Kami merekomendasikan beli dengan volume terbatas. Apabila pasar obligasi berbalik arah, rekomendasi berubah menjadi jual," ujar Nico dan tim hari ini.

Dia menilai ada dua faktor utama yang masih membuat harga SUN menguat dalam 2 pekan dan dapat menjadi pendorong penguatan harga dalam jangka pendek. Pertama, sentimen positif pasar SUN. Kedua, pasar saham dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang belum menarik.

Pergerakan harga dan tingkat imbal hasil (yield) SUN saling bertolak belakang di pasar, dan yield lebih digunakan di pasar karena mencerminkan harga, kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Tahun ini, seri acuan baru adalah FR0081 untuk tenor 5 tahun, FR0082 10 tahun, FR0080 15 tahun, dan FR0083 20 tahun.

Loyonya IHSG membuat para pelaku pasar dan investor melakukan switching, beberapa di antaranya ke pasar SUN, karena hal ini dinilai penting untuk menjaga Return on Investment bagi portfolio masing masing.

Sebelumnya, Nico juga mengatakan penguatan harga yang masih terjadi sejak pekan lalu disebabkan oleh turunnya CDS obligasi Indonesia yang berdekominasi dolar AS dan masuknya investor asing ke pasar SUN.

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.087,99 triliun SBN, atau 39,11% dari total beredar Rp 2.781 triliun berdasarkan data per 23 Januari.

Angka itu menunjukkan kepemilikan investor asing masih masuk ke pasar SUN senilai Rp 3,84 triliun sejak akhir pekan lalu, sedangkan sejak awal bulan atau berarti sejak awal tahun masih surplus Rp 26,13 triliun.


TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Laris Manis! RI Sukses Jual Surat Utang dalam Dolar dan Euro

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular