
Rupiah Perkasa, Harga SUN Kembali Mengangkasa
irv, CNBC Indonesia
24 January 2020 14:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali menguat kencang pada perdagangan hari ini, Jumat (24/1/2020) melanjutkan tren reli yang terjadi beruntun sejak 20 Januari seiring dengan penguatan rupiah terhadap dolar AS.
Penguatan mata uang Garuda sempat mencapai Rp 13.565/dolar AS tadi pagi dan saat ini sedang berada di Rp 13.575/dolar AS.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0080 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 11,4 basis poin (bps) menjadi 7,07%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Penguatan mata uang Garuda sempat mencapai Rp 13.565/dolar AS tadi pagi dan saat ini sedang berada di Rp 13.575/dolar AS.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0080 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 11,4 basis poin (bps) menjadi 7,07%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 24 Jan'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 23 Jan'20 (%) | Yield 24 Jan'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 23 Jan'21 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 6.009 | 5.988 | -2.10 | 5.9644 |
FR0082 | 10 tahun | 6.673 | 6.612 | -6.10 | 6.6421 |
FR0080 | 15 tahun | 7.186 | 7.072 | -11.40 | 7.1358 |
FR0083 | 20 tahun | 7.328 | 7.294 | -3.40 | 7.2794 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular