Dicecar DPR soal Goreng-menggoreng Saham, Begini Strategi OJK

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
22 January 2020 13:36
Komisi XI DPR RI menggelar rapat bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Rabu hari ini.
Foto: Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Anggota Dewan Komisioner OJK, Hoesen M.M (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi XI DPR RI menggelar rapat bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Rabu hari ini (22/1/2020) membahas evaluasi industri jasa keuangan. Dalam rapat tersebut, DPR melontarkan sejumlah pertanyaan berkaitan dengan pengawasan jasa keuangan oleh OJK.

Rapat ini digelar berkaitan dengan pembentukan Panja (panitia kerja) Pengawasan Kinerja Industri Jasa Keuangan, dengan prioritas pembahasan atas permasalahan PT Asuransi Jiwasraya (Persero), AJB Bumiputera 1912, PT Asabri (Persero), PT Taspen (Persero) dan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.

Dalam rapat tersebut, Mukhamad Misbakhun, Anggota Komisi XI dari Fraksi Partai Golkar dapil Jawa Timur II, mempertanyakan kenapa marak terjadi aksi 'goreng-mengoreng' saham di pasar modal di tengah pengawasan OJK.

Foto: Komisi XI sama OJK. (CNBC Indonesia/Cantika Dinda)


"Penggorengan saham bisa terjadi itu gimana? Jangan terlalu bottom melihat kita, kalau kita tidak mengerti begituan. Kenapa bisa terjadi miss? Pengawasan emiten kan ada di tangan Bapak [OJK], bagaimana modus menggoreng gimana? Tanya Misbakhun kepada jajaran OJK yang dipimpin Wimboh Santoso, Ketua Dewan Komisioner OJK.


Dalam kesempatan itu, Hoesen, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap Anggota Dewa Komisioner OJK, menjelaskan untuk melihat aksi 'goreng-menggoreng' saham, tidak bisa hanya dilihat ujungnya.

"Untuk address goreng menggoreng, gak bisa dilihat di ujungnya dalam goreng menggoreng. Melihat di pasar primer, pasar primer distribusinya selama ini gak transparan, ini yang akan kita perbaiki," kata Hoesen.

Mantan Direktur PT Danareksa ini mengatakan guna mencegah aksi tersebut, pihaknya bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mengembangkan platform elektronik IPO, atau penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) secara elektronik.


"Kita sedang kembangkan elektronik IPO, akan transparan dari pasar primer. Goreng-menggoreng itu sesuai mekanisme pasar, sesuai di pasar sekunder dan bisa memborong di pasar. [Ini terjadi karena] supply [saham] dikuasai dan demand di-create. Ini akan lemah kalau dilihat di pasar sekundernya aja," katanya.

Sebagai catatan, Reliance Sekuritas Indonesia dikutip Detik, menjelaskan bahwa istilah 'goreng saham' merupakan bahasa pasar atau market yang berarti peningkatan harga suatu saham perusahaan secara signifikan yang tidak dilandasi oleh fundamental atau aksi korporasi dari perusahaan tersebut.

Lebih lanjut Anggota Komisi XI lainnya, Heri Gunawan, menegaskan 'goreng-menggoreng' saham terjadi karena ada kelalaian pengawasan dari OJK.


"Sekarang muter-muternya begitu. Langkah strategisnya apa? Kita ingin yang konkret dan terkesan gak optimal. Bahkan sampai muncul pengawasan dari Kejaksaan. Karena OJK akan mengeluarkan pedoman MI [manajer investasi], dan akan registrasi market (maker), berarti pengawasan tidak optimal. Gak usah ditutupi, dan ingin langkah konkret dan terkait nasabahnya? Mari dalami dulu," tegas Heri dari Fraksi Gerindra dapil Jawa Barat IV ini.

"Ini kan modusnya sama, dan industrinya kompleks. Asuransi dijual melalui perbankan dan ditempatkan pasar modal. Ini buat masyarakat jadi gak percaya. Dengan adanya kasus seperti ini, ini jadi silly. Konyol gak tau apa-apa padahal modusnya itu-itu aja," tegas Anggota Komisi XI lainnya.

Dalam kesempatan sebelumnya, BEI juga menegaskan segera mengimplementasikan sistem penjatahan elektronik (electronic bookbuilding) saat penawaran umum saham perdana atau IPO.

Sesuai dengan namanya, nantinya proses pemesanan untuk saham-saham yang akan melakukan IPO akan dilakukan secara terbuka melalui sistem elektronik.


[Gambas:Video CNBC]


(tas/tas) Next Article Jreng.. Kasus 'Rampok' Jiwasraya & Asabri Bukan yang Terakhir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular