
Punya Direksi & Komisaris Baru, Begini Rencana Bisnis Garuda
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
22 January 2020 13:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memutuskan merombak habis susunan direksi dan komisaris. Sahala Lumbangaol yang memimpin RUPSLB tersebut menjelaskan sejumlah tantangan bisnis Garuda Indonesia.
Dia berharap, rencana manajemen sebelumnya yang belum sampai terlaksana, bisa direalisasikan pada masa jabatan manajemen baru. Salah satunya adalah mengenai potensi penerimaan.
"In the future untuk direksi dan manajemen baru, Garuda jangan lagi mengutamakan penerimaan dari penumpang atau tiket, jadi harus balance antara penerimaan dari tiket dengan non-tiket," kata Sahala usai RUPSLB di Cengkareng, Rabu (22/1/20).
Menurutnya, upaya mengalihkan fokus penerimaan sudah diupayakan oleh dewan komisaris dan manajemen sebelumnya. Namun karena pendeknya masa jabatan, dia bilang belum semuanya bisa direalisasikan.
"Penerimaan non tiket harus lebih besar, itu tadinya target kami. Jadi denngan demikian nantinya harga tiket di Indonesia itu lebih affordable," imbuhnya.
Di sisi lain, Garuda bisa memaksimalkan pendapatan dari bisnis kargo dan nonkargo namun di luar tiket penumpang. Karena itu, dia ingin direksi baru mencari keseimbangan terkait potensi penerimaan.
Sahala menyebut, revenue tiket Garuda Indonesia menempati porsi 80%. Porsi tersebut diharapkan bisa dipangkas untuk dialihkan ke potensi penerimaan lainnya.
"Waktu saya ditunjuk jadi komisaris utama, pesan saya pertama kami membuat target tadinya merubah ini secara bertahap agar penerimaan revenue dari tiket 50% lah dari penerimaan non tiket," urainya.
Dia menambahkan, Garuda Indonesia juga punya tanggung jawab mendukung logistik dan pariwisata di Indonesia. Karena itu, Garuda perlu berperan mendukung ekspor Indonesia ke negara-negara lain.
"Jadi kondisi sekarang sangat menentukan, jadi Garuda harus mengembangkan bisnisnya sehingga membawa produk Indonesia ke internasional, misalnya manggis agar bisa diekspor ke China. Ikan tuna, supaya dibawa ke negara negara seperti Jepang, dengan biaya kargo yang relevan dan dapat dijangkau oleh eksportir Indonesia," tandasnya.
(hps/hps) Next Article Garuda Pangkas Gaji Karyawan 30%, Begini Penjelasan Manajemen
Dia berharap, rencana manajemen sebelumnya yang belum sampai terlaksana, bisa direalisasikan pada masa jabatan manajemen baru. Salah satunya adalah mengenai potensi penerimaan.
"In the future untuk direksi dan manajemen baru, Garuda jangan lagi mengutamakan penerimaan dari penumpang atau tiket, jadi harus balance antara penerimaan dari tiket dengan non-tiket," kata Sahala usai RUPSLB di Cengkareng, Rabu (22/1/20).
Menurutnya, upaya mengalihkan fokus penerimaan sudah diupayakan oleh dewan komisaris dan manajemen sebelumnya. Namun karena pendeknya masa jabatan, dia bilang belum semuanya bisa direalisasikan.
Di sisi lain, Garuda bisa memaksimalkan pendapatan dari bisnis kargo dan nonkargo namun di luar tiket penumpang. Karena itu, dia ingin direksi baru mencari keseimbangan terkait potensi penerimaan.
Sahala menyebut, revenue tiket Garuda Indonesia menempati porsi 80%. Porsi tersebut diharapkan bisa dipangkas untuk dialihkan ke potensi penerimaan lainnya.
"Waktu saya ditunjuk jadi komisaris utama, pesan saya pertama kami membuat target tadinya merubah ini secara bertahap agar penerimaan revenue dari tiket 50% lah dari penerimaan non tiket," urainya.
Dia menambahkan, Garuda Indonesia juga punya tanggung jawab mendukung logistik dan pariwisata di Indonesia. Karena itu, Garuda perlu berperan mendukung ekspor Indonesia ke negara-negara lain.
"Jadi kondisi sekarang sangat menentukan, jadi Garuda harus mengembangkan bisnisnya sehingga membawa produk Indonesia ke internasional, misalnya manggis agar bisa diekspor ke China. Ikan tuna, supaya dibawa ke negara negara seperti Jepang, dengan biaya kargo yang relevan dan dapat dijangkau oleh eksportir Indonesia," tandasnya.
(hps/hps) Next Article Garuda Pangkas Gaji Karyawan 30%, Begini Penjelasan Manajemen
Most Popular