
Lagi-Lagi Data Ekonomi Buruk Bikin Poundsterling Terpuruk
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 January 2020 20:34

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar poundsterling melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (17/1/2020), setelah membukukan penguatan tiga hari beruntun hingga Kamis kemarin.
Data ekonomi Inggris yang sekali lagi buruk memberikan tekanan bagi poundsterling. Pada pukul 20:04 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,3047, melemah 0,21% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Office for National Statistic (ONS) melaporkan penjualan ritel di bulan Desember turun 0,6% month-on-month (MoM), mematahkan hasil polling Reuters yang memprediksi pertumbuhan sebesar 0,5%. Dengan demikian, penjualan ritel Inggris tidak tumbuh dalam empat bulan beruntun.
Pada Rabu lalu, ONS melaporkan inflasi Inggris di bulan Desember tumbuh sebesar 1,3% secara year-on-year (YoY), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya 1,5%. Kenaikan harga-harga di bulan Desember tersebut juga merupakan yang terendah sejak November 2016.
Inflasi Inggris berada dalam tren menurun sejak November 2017, saat itu inflasi tumbuh 3,1%. Setelahnya inflasi terus menurun hingga jauh ke bawah target bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) sebesar 2%. Akibat buruknya data-data tersebut, spekulasi pemangkasan suku bunga di Inggris semakin menguat.
Tanda-tanda suku bunga akan dipangkas menguat setelah Gubernur BoE, Mark Carney, berbicara perdana di tahun ini dalam forum resmi pada pekan lalu mulai memberikan sinyal arah kebijakan moneternya.
Melansir Reuters, saat membuka acara "The Futures of Inflation Targeting Conference" di London Kamis (9/1/2020), Carney dikabarkan menyebut akan ada "respon cepat" BoE jika pelemahan ekonomi Inggris berlangsung terus-menerus. Pernyataan Carney itu menjadi sinyal bahwa BoE kemungkinan memangkas suku bunga untuk merangsang perekonomian.
Setelah pernyataan Carney tersebut, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 14% suku bunga akan dipangkas pada 30 Januari nanti, persentase tersebut naik dua kali lipat dibandingkan awal pekan lalu. Sementara itu, probabilitas pemangkasan di bulan Juni sudah lebih dari 50%, sebagaimana dilansir Reuters.
Sinyal dari Carney tersebut dikuatkan oleh kolega-koleganya. Silvana Tenreyro, salah satu anggota pembuat kebijakan BoE pada Jumat (10/1/2020) lalu mengatakan ia cenderung mendukung pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan jika pertumbuhan ekonomi tidak mengalami peningkatan.
Lalu pada Minggu (12/1/2020), Gertjan Vlieghe, yang juga merupakan anggota pembuat kebijakan moneter BoE menyatakan akan memilih memangkas suku bunga dalam rapat kebijakan moneter bulan ini. Sebagaimana dilansir Reuters, Vlieghe mengatakan akan mengubah keputusannya jika data ekonomi Inggris menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Sayangnya, data-data tersebut malah menunjukkan memburuknya perekonomian Inggris, dan spekulasi pemangkasan suku bunga menguat, poundsterling pun melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat
Data ekonomi Inggris yang sekali lagi buruk memberikan tekanan bagi poundsterling. Pada pukul 20:04 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,3047, melemah 0,21% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Office for National Statistic (ONS) melaporkan penjualan ritel di bulan Desember turun 0,6% month-on-month (MoM), mematahkan hasil polling Reuters yang memprediksi pertumbuhan sebesar 0,5%. Dengan demikian, penjualan ritel Inggris tidak tumbuh dalam empat bulan beruntun.
Pada Rabu lalu, ONS melaporkan inflasi Inggris di bulan Desember tumbuh sebesar 1,3% secara year-on-year (YoY), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya 1,5%. Kenaikan harga-harga di bulan Desember tersebut juga merupakan yang terendah sejak November 2016.
Inflasi Inggris berada dalam tren menurun sejak November 2017, saat itu inflasi tumbuh 3,1%. Setelahnya inflasi terus menurun hingga jauh ke bawah target bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) sebesar 2%. Akibat buruknya data-data tersebut, spekulasi pemangkasan suku bunga di Inggris semakin menguat.
Tanda-tanda suku bunga akan dipangkas menguat setelah Gubernur BoE, Mark Carney, berbicara perdana di tahun ini dalam forum resmi pada pekan lalu mulai memberikan sinyal arah kebijakan moneternya.
Melansir Reuters, saat membuka acara "The Futures of Inflation Targeting Conference" di London Kamis (9/1/2020), Carney dikabarkan menyebut akan ada "respon cepat" BoE jika pelemahan ekonomi Inggris berlangsung terus-menerus. Pernyataan Carney itu menjadi sinyal bahwa BoE kemungkinan memangkas suku bunga untuk merangsang perekonomian.
Setelah pernyataan Carney tersebut, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 14% suku bunga akan dipangkas pada 30 Januari nanti, persentase tersebut naik dua kali lipat dibandingkan awal pekan lalu. Sementara itu, probabilitas pemangkasan di bulan Juni sudah lebih dari 50%, sebagaimana dilansir Reuters.
Sinyal dari Carney tersebut dikuatkan oleh kolega-koleganya. Silvana Tenreyro, salah satu anggota pembuat kebijakan BoE pada Jumat (10/1/2020) lalu mengatakan ia cenderung mendukung pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan jika pertumbuhan ekonomi tidak mengalami peningkatan.
Lalu pada Minggu (12/1/2020), Gertjan Vlieghe, yang juga merupakan anggota pembuat kebijakan moneter BoE menyatakan akan memilih memangkas suku bunga dalam rapat kebijakan moneter bulan ini. Sebagaimana dilansir Reuters, Vlieghe mengatakan akan mengubah keputusannya jika data ekonomi Inggris menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Sayangnya, data-data tersebut malah menunjukkan memburuknya perekonomian Inggris, dan spekulasi pemangkasan suku bunga menguat, poundsterling pun melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat
Most Popular