
Pasar Keuangan Global Variatif, Harga SUN Diprediksi Flat Aja
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
15 January 2020 09:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar surat utang negara (SUN) diprediksi akan flat dalam jangka pendek karena adanya sentimen global yang beragam dan akan berpengaruh terhadap pasar keuangan dalam negeri.
Ariawan, Head of Fixed Income Research PT BNI Sekuritas, menilai sentimen positif dari kinerja emiten di pasar Wall Street pada kuartal IV-2019 akan diimbangi oleh sentimen negatif dari potensi tidak diturunkannya tarif impor tambahan barang China ke Amerika Serikat (AS).
"Katalis eksternal yang beragam itu juga membuka peluang pergerakan tingkat imbal hasil [yield] obligasi pemerintah akan bergerak flat [sideways]," ujar Ariawan dan tim dalam risetnya pagi ini (15/1/20).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Ariawan juga menilai kondisi makroekonomi saat ini yang ditandai dengan posisi inflasi, suku bunga acuan 7DRRR, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, CDS obligasi, dan yield obligasi Amerika Serikat tenor 10 tahun, maka yield wajar SUN tenor 10 tahun berada pada 6,86%. Angka itu, lanjutnya, relatif sejalan dengan posisi yield di pasar sekarang.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.078 triliun SBN, atau 39,8% dari total beredar Rp 2.760 triliun berdasarkan data per 13 Januari.
Angka menunjukkan kepemilikan investor asing masih masuk ke pasar SUN senilai Rp 5,41 triliun sejak akhir pekan lalu, sedangkan sejak awal bulan dan awal tahun masih surplus defisit Rp 16,71 triliun.
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Ariawan, Head of Fixed Income Research PT BNI Sekuritas, menilai sentimen positif dari kinerja emiten di pasar Wall Street pada kuartal IV-2019 akan diimbangi oleh sentimen negatif dari potensi tidak diturunkannya tarif impor tambahan barang China ke Amerika Serikat (AS).
"Katalis eksternal yang beragam itu juga membuka peluang pergerakan tingkat imbal hasil [yield] obligasi pemerintah akan bergerak flat [sideways]," ujar Ariawan dan tim dalam risetnya pagi ini (15/1/20).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Ariawan juga menilai kondisi makroekonomi saat ini yang ditandai dengan posisi inflasi, suku bunga acuan 7DRRR, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, CDS obligasi, dan yield obligasi Amerika Serikat tenor 10 tahun, maka yield wajar SUN tenor 10 tahun berada pada 6,86%. Angka itu, lanjutnya, relatif sejalan dengan posisi yield di pasar sekarang.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.078 triliun SBN, atau 39,8% dari total beredar Rp 2.760 triliun berdasarkan data per 13 Januari.
Angka menunjukkan kepemilikan investor asing masih masuk ke pasar SUN senilai Rp 5,41 triliun sejak akhir pekan lalu, sedangkan sejak awal bulan dan awal tahun masih surplus defisit Rp 16,71 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular