Investor Serbu Lelang Sukuk Perdana, Permintaan Membumbung

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
14 January 2020 20:48
Pelaku pasar menyerbu lelang surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) perdana dan membukukan nilai permintaan Rp 59,14 triliun
Foto: CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar menyerbu lelang surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) perdana hari ini dan membukukan nilai permintaan Rp 59,14 triliun, dua kali lipat lebih tinggi atau tepatnya 148,61% dari rerata permintaan lelang sukuk 2019 yang hanya Rp 23,78 triliun.

Dalam lelang yang sama hari ini (14/1/20) pemerintah melepas Rp 7 triliun sukuk, masih lebih rendah daripada rerata 2019 senilai Rp 7,5 triliun.

Angka permintaan yang besar tersebut mencerminkan animo peserta dalam lelang perdana mengingat kondisi global dan pasar keuangan domestik yang semakin positif, terutama dengan penguatan nilai tukar rupiah dolar AS dalam beberapa hari terakhir hingga Rp 13.665/dolar AS hari ini.

Sayangnya, kondisi tersebut tidak terjadi di harga obligasi rupiah pemerintah di pasar sekunder yang terkesan mengambil nafas karena hanya menguat tipis bahkan relatif stagnan, setelah menguat sejak 5 hari berturut-turut sejak pekan lalu.

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan penguatan yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara maju. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0081 dan FR0082 yang bertenor 5 tahun dan 10 tahun dengan penurunan yield 1,1 basis poin (bps) menjadi 6,19% dan 6,85%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Sore

Yield Obligasi Negara Acuan 14 Jan'20

Seri

Jatuh tempo

Yield 13 Jan'20 (%)

Yield 14 Jan'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 14 Jan'20 (%)

FR0081

5 tahun

6.208

6.197

-1.10

6.189

FR0082

10 tahun

6.869

6.858

-1.10

6.8345

FR0080

15 tahun

7.325

7.333

0.80

7.3259

FR0083

20 tahun

7.456

7.461

0.50

7.4467

Avg movement

-0.23

 

Sumber: Refinitiv

 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah tipis dan relatif flat. Indeks tersebut haya turun 0,2 poin (0,07%) menjadi 272,5 dari posisi kemarin 272,71.

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 501 bps, menyempit dari posisi kemarin 502 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 0,7 bps hingga 1,841% dari posisi kemarin1,848%.

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.078 triliun SBN, atau 39,8% dari total beredar Rp 2.760 triliun berdasarkan data per 13 Januari.

Angka menunjukkan kepemilikan investor asing masih masuk ke pasar SUN senilai Rp 5,41 triliun sejak akhir pekan lalu, sedangkan sejak awal bulan dan awal tahun masih surplus defisit Rp 16,71 triliun.

Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas harga masih terkoreksi sehingga yield mayoritas obligasi negara naik. Sebaliknya, mayoritas negara maju mengalami penguatan harga sehingga yield mayoritas obligasi negara tersebut turun.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 13 Jan'20 (%)

Yield 14 Jan'20 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil (BB-)

6.87

6.865

-0.50

China (A+)

3.147

3.146

-0.10

Jerman (AAA)

-0.192

-0.208

-1.60

Prancis (AA)

0.093

0.08

-1.30

Inggris Raya (AA)

0.751

0.736

-1.50

India (BBB-)

6.592

6.666

7.40

Jepang (A)

0.016

0.017

0.10

Malaysia (A-)

3.284

3.286

0.20

Filipina (BBB)

4.718

4.757

3.90

Rusia (BBB)

6.12

6.13

1.00

Singapura (AAA)

1.747

1.752

0.50

Thailand (BBB+)

1.385

1.425

4.00

Amerika Serikat (AAA)

1.848

1.841

-0.70

Afrika Selatan (BB+)

8.225

8.27

4.50

 Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article Corona Picu Resesi Global, Obligasi AS Diborong Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular