Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun lalu lebih baik ketimbang tahun 2018. Tahun 2019, IHSG naik 1,7% di level 6.299,54 pada penutupan akhir tahun, sementara pada 2018 kinerja IHSG minus 2,54%.
Belum signifikannya kinerja IHSG pada 2019 ini membuat performa produk investasi reksa dana saham (mayoritas berisi saham) sepanjang tahun lalu belum memberikan return positif, padahal kinerja tiga jenis reksa dana konvensional lainnya (pendapatan tetap, campuran, dan pasar uang) justru positif.
Mengacu data Infovesta Utama, kinerja reksa dana semuanya menguat kecuali reksa dana saham, yang tercermin dari Infovesta Equity Fund Index minus 8,41%.
Reksa dana pendapatan (Infovesta Fixed Income Fund Index) sepanjang tahun lalu menguat paling tinggi yakni 10,77%, disusul reksa dana pasar uang 5,83%, dan reksa dana campuran 3,08%.
No | Nama Indeks | Kinerja Ytd 30 Desember 2019 (31 Desember 2018 - 30 Desember 2019) (%) | Kinerja MoM 30 Desember 2019 (29 November 2019 - 30 Desember 2019) (%) |
1 | Indeks Harga Saham Gabungan | 1,70% | 4,79% |
2 | Infovesta 90 Balanced Fund Index | 3,08% | 2,53% |
3 | Infovesta 90 Equity Fund Index | -8,41% | 3,42% |
4 | Infovesta 90 Fixed Income Fund Index | 10,77% | 0,42% |
5 | Infovesta 90 Money Market Fund Index | 5,83% | 0,46% |
6 | Infovesta Corporate Bond Index | 6,67% | 0,51% |
7 | Infovesta Government Bond Index | 9,90% | 0,48% |
Sumber: Infovesta
Namun jika mengacu pada kinerja bulanan, Desember 2019, kinerja reksa dana saham menjadi yang tertinggi dengan return 3,42%, disusul reksa dana campuran yang naik 2,53%.
Penguatan reksa dana saham ini terjadi seiring dengan performa IHSG dalam sebulan yang menguat hingga 4,79% di tengah fenomena December effect dan Santa Claus rally. Untuk diketahui, Santa Claus rally merupakan sebuah reli di pasar saham AS yang terjadi pada 5 perdagangan terakhir di bulan Desember hingga dua perdagangan pertama di bulan Januari.
Wawan Hendrayana, Head Of Investment Research Invofesta Utama dalam kesempatan sebelumnya berpendapat, jenis reksa dana pendapatan tetap dan pasar uang memang sangat direkomendasikan di tengah kondisi pasar yang sedang bergejolak. Namun imbal hasilnya memang tidak seagresif di reksa dana saham, investasi reksa dana saham harus diarahkan untuk jangka panjang.
"Investasi di reksa dana saham memang harus jangka panjang (long term)," pungkas Wawan.
[Gambas:Video CNBC]
Berikut kinerja reksa dana saham periode 2019.
10 Reksa Dana Saham Terbaik Sepanjang 2019
No | Nama Reksa Dana Saham | Kinerja Ytd 30 Desember 2019 (31 Desember 2018 - 30 Desember 2019) (%) |
1 | Pacific Equity Flexi Fund | 34,58 |
2 | Hpam Saham Dinamis | 19,95 |
3 | Star Equity | 19,01 |
4 | Victoria Prime Equity Fund | 17,80 |
5 | HPAM Smart Beta Ekuitas | 17,39 |
6 | OSO Andalas Equity Fund | 16,97 |
7 | BNI-AM Dana Saham Syariah Musahamah | 16,88 |
8 | Minna Padi Amanah Saham Syariah | 16,82 |
9 | Pacific Saham Syariah II | 16,63 |
10 | Cipta Sakura Equity | 16,24 |
Sumber: Infovesta
10 Reksa Dana Saham Paling Ambles Sepanjang 20191 | Pinnacle Dana Prima | -69,28 |
2 | Pan Arcadia Dana Saham Syariah | -69,56 |
3 | Corfina Equity Syariah | -69,73 |
4 | Pan Arcadia Dana Saham Bertumbuh | -70,89 |
5 | Pool Advista Kapital Optimal | -76,53 |
6 | Pool Advista Kapital Syariah | -78,16 |
7 | Aurora Sharia Equity | -78,89 |
8 | Treasure Saham Berkah Syariah | -81,91 |
9 | Millenium Equity Prima Plus | -82,74 |
10 | Millenium MCM Equity Sektoral | -86,42 |
Sumber: Infovesta
Dengan kinerja reksa dana ini, Direktur PT Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan terdapat beberapa poin yang akan membawa kinerja reksa dana menjadi lebih positif pada 2020 mendatang. Mulai dari daya beli yang diproyeksikan akan lebih baik dari tahun 2019 hingga kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah.
"Pemulihan daya beli dari perbaikan harga kelapa sawit karena di industri kelapa sawit lebih besar lapangan kerjanya daripada batu bara jadi kalau harga naik akan lebih besar dampaknya dari batu bara. Harga sudah naik, jadi daya beli akan lebih baik tahun depan," kata Rudiyanto saat berbincang dengan CNBC Indonesia, beberapa waktu lalu.
Pada 2020, Panin menilai para investor dan kalangan pebisnis diprediksi kembali agresif mengingat sebelumnya banyak pelaku pasar yang menunggu alias wait and seedi tahun sebelumnya, lantaran 2019 merupakan tahun politik.
Angin positif lainnya akan datang dari penyelesaian Omnibus Law yang saat ini masih digodok oleh pemerintah.
"Dari sudut pandang pasar modal menunggu relaksasi pajak karena mengacu ke Amerika Serikat saat pajak dipotong ketika [Presiden AS] Donald Trump baru menjabat, harga saham naik, di India juga juga seperti itu. Makanya Omnibus Law yang menyebutkan ada penurunan pajak badan bisa jadi sentimen positif," jelas Rudiyanto.
Selain tiga hal tersebut, Rudiyanto melanjutkan, penurunan suku bunga tahun depan yang diperkirakan masih akan terjadi dua kali lagi juga akan mengerek kinerja reksa dana, terutama untuk jenis reksa dana pendapatan tetap dan campuran.
Setidaknya, diperkirakan dua jenis reksa dana ini akan dapat memberikan imbal hasil 7%-10% tahun depan.