Penjualan Ritel Lesu, Saham Konsumer Dilego Pelaku Pasar

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 January 2020 11:35
Kini, indeks sektor barang konsumsi justru terkoreksi 0,14%.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (10/1/2020), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,2% ke level 6.287,17. IHSG kemudian terus memperlebar penguatannya. Titik tertinggi IHSG pada hari ini berada di level 6.295,37, mengimplikasikan apresiasi sebesar 0,33% jika dibandingkan dengan posisi pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (8/1/2020).

Namun, kini IHSG justru mendekati zona merah. Hingga berita ini diturunkan, IHSG hanya naik tipis 0,08% ke level 6.279,29.

Sektor konsumer menjadi sektor yang membebani langkah IHSG. Pada pembukaan perdagangan, indeks sektor barang konsumsi menguat 0,2%. Kini, indeks sektor barang konsumsi justru terkoreksi 0,14%.

Saham-saham konsumer yang dilego pelaku pasar di antaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-0,88%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,6%), PT Mayora Indah Tbk/MYOR (-1,44%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-0,61%), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (-0,22%).

Saham-saham konsumer dilego pelaku pasar menyusul rilis survei penjualan eceran periode November 2019 oleh Bank Indonesia (BI). Sepanjang November 2019, BI mencatat bahwa penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh sebesar 1,3% secara tahunan, jauh di bawah pertumbuhan pada periode Oktober 2019 yang sebesar 3,6%.

Capaian tersebut juga jauh di bawah capaian periode yang sama tahun sebelumnya (November 2018) kala penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 3,4% secara tahunan.

Untuk periode Desember 2019, angka sementara dari BI menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel justru terkontraksi sebesar 0,2% secara tahunan, jauh di bawah capaian Desember 2018 yakni pertumbuhan sebesar 7,7%.

Lantas, lagi-lagi pertumbuhan penjualan barang-barang ritel berada di bawah capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Sebagai catatan, dalam periode Mei-September 2019 (lima bulan beruntun), pertumbuhan penjualan barang-barang ritel selalu berada di bawah capaian periode yang sama tahun sebelumnya.

Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3% YoY.

Barulah pada periode Oktober 2019 pertumbuhan penjualan barang-barang ritel bisa berada di atas capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Oktober 2019, penjualan barang-barang diketahui tumbuh sebesar 3,6% secara tahunan, sementara pada Oktober 2018 pertumbuhannya adalah sebesar 2,9%.



Lesunya pertumbuhan penjualan barang-barang ritel pada bulan November dan Desember lantas kembali membuat kekhawatiran terkait dengan lemahnya konsumsi masyarakat Indonesia mencuat.

Sebelumnya, kekhawatiran terkait dengan lemahnya konsumsi masyarakat mencuat pasca Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi periode Desember 2019, sekaligus angka inflasi untuk keseluruhan tahun 2019.

[Gambas:Video CNBC]



BPS mencatat bahwa pada bulan Desember terjadi inflasi sebesar 0,34% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan yang juga merupakan inflasi untuk keseluruhan tahun 2019 berada di level 2,72%.

"Dengan inflasi Desember 2019 0,34% maka inflasi 2019 secara keseluruhan 2,72%," kata Kepala BPS Suhariyanto di Gedung BPS, Kamis (2/1/2020).

Capaian tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan inflasi secara bulanan berada di level 0,51%, sementara inflasi secara tahunan berada di level 2,93%.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Sempat Keluar dari 6.000, IHSG Terendah Sejak Mei

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular