Sebelum Transaksi, Simak Sejumlah Kabar dari Pasar

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
07 January 2020 08:48
Semakin memanasnya tensi geopolitik antara AS dengan Iran menjadi faktor yang memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi sebesar 1,05% ke level 6.257,4 pada perdagangan Senin (6/01/2020).

Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 1,91%, indeks Shanghai melemah 0,01%, indeks Hang Seng jatuh 0,79%, indeks Straits Times terkoreksi 0,8%, dan indeks Kospi berkurang 0,98%.


Semakin memanasnya tensi geopolitik antara AS dengan Iran menjadi faktor yang memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Selasa (7/01/2020):

1. Cerita Soal Benny Tjokro Diperiksa 7 Jam Terkait Jiwasraya
Kuasa Hukum dari Benny Tjokrosaputro atau Bentjok menyebutkan kliennya ini diperiksa selama tujuh jam sebagai salah satu saksi atas kasus dugaan korupsi yang terjadi dalam PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Selama pemeriksaan tersebut, Bentjok mendapatkan 15-16 pertanyaan dari Kejaksaan Agung Tindak Pidana Khusus.

Kuasa Hukumnya, Muchtar Arifin mengatakan menjelaskan kliennya ini tak bisa dikatakan sebagai salah satu pihak yang menyebabkan kerugian kepada asuransi pelat merah tersebut. Sebab, hubungan antara perusahaan dengan Bentjok hanya sebatas hubungan investasi semata.

"Tidak ada menyebabkan kerugian Asuransi Jiwasraya. Jadi hanya kaitannya Pak Benny pernah melakukan pinjaman MTN, pernah tahun 2015 senilai Rp 608 miliar dan sudah selesai tepat waktu pada 2016, setahun kemudian selesai. Kan ini pinjaman jangka menengah," kata Muchtar di Kejaksaan Agung, Jakarta, Senin (6/1/2020).

Selain itu, mengenai kepemilikan Jiwasraya atas saham PT Hanson International Tbk. (MYRX). Menurut Muchtar hal itu sudah dianggap lumrah lantaran perusahaan tersebut merupakan perusahaan terbuka yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga sudah lumrah jika saham tersebut bisa dibeli oleh siapapun melalui mekanisme pasar.

2. Erick Mau Ganti Direksi Timah, Asing Keluar Rp 5,6 M di TINS
PT Timah Tbk. (TINS) bakal melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan digelar pada 10 Februari mendatang. Agenda yang akan dimintakan persetujuannya kepada pemegang saham adalah pergantian pengurus perusahaan.

Hal tersebut disampaikan oleh Corporate Secretary Timah Abdullah Umar. Sementara agenda lengkap yang akan dibahas nantinya akan disampaikan perusahaan pada 17 Januari 2020.

"Agendanya pergantian pengurus (komisaris/direksi)... Berdasarkan schedule, agenda RUPSLB akan kita sampaikan pada panggilan RUPSLB tanggal 17 Januari 2020," katanya dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (3/1/2020).

Terkait dengan harga saham TINS, data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat pada penutupan Senin ini (6/1/2020), saham TINS naik 1,21% di level Rp 835/saham. Adapun dalam 30 hari perdagangan terakhir, saham TINS sudah menguat 13,61% dengan kapitalisasi pasar Rp 6,22 triliun.

3. Ini Ramalan Minyak di Atas US$ 100/Barel & Dunia Resesi
Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran bakal berdampak buruk bagi perekonomian global. Konflik antar kedua negara berpotensi mendorong harga minyak melambung tinggi dan menjadi tekanan ekonomi bagi banyak negara.

Harga minyak bahkan diprediksi bisa di atas US$ 100/barel setelah jenderal Jenderal Iran Qasem Soleimani terbunuh dalam serangan udara yang dilakukan AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak.

Head of Research Division PT BNI Sekuritas, Damhuri Nasution berpendapat, serangan AS ke Iran akan membahayakan perekonomian dunia, pasalnya hampir 30% suplai minyak dunia mengalir lewat selat Hormuz. Akibat serangan ini, harga minyak dunia bisa naik tidak terkendali karena potensi suplai yang terganggu.

"AS nekat menyerang Iran ini membahayakan ekonomi dunia, harga minyak bisa melambung di atas US$ 100 per barrel," kata Damhuri di Jakarta, Senin (6/01/2020).

Dia menambahkan, akibat serangan ini, bisa saja ke depan Iran akan menutup Selat Hormuz.

"Kalau Iran diserang, Iran bisa menutup Selat Hormuz, selesai aliran minyak dunia 30%, dan harga minyak jadi tinggi, itu namanya bisa berujung resesi ekonomi dunia," tegasnya.

4. Harga Minyak Melambung, Harta Arifin Panigoro Nambah Rp 719 M
Harga kekayaan keluarga Arifin Panigoro, pemilik PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), tercatat naik sekitar Rp 719,65 miliar setelah harga saham MEDC naik sekitar 10% sejak akhir pekan lalu hingga Senin sesi II ini (6/1/2020).

Data perdagangan mencatat, harga saham Medco naik dipicu oleh kenaikan harga minyak dunia yang sudah menyentuh level harga US$ 70/barel. Harga minyak yang melesat tersebut ikut mendorong harga saham-saham emiten produsen migas.

Pada Senin (6/01/2020) harga saham Medco mencapai Rp 915/saham naik sekitar 9,58% dibandingkan harga penutupan pada Kamis (2/1/2020) pada level Rp 835/saham.

Nilai kapitalisasi saham Medco ikut melesat dari Rp 14,96 triliun menjadi Rp 16,39 triliun. Artinya ada penambahan nilai kapitalisasi saham Rp 1,43 triliun.

Keluarga Panigoro tercatat menjadi pemilik 50,21% saham di Medco. Berdasarkan nilai kepemilikan tersebut, harta kekayaan Keluarga Panigoro bertambah Rp 719,65 miliar.

5.Garuda Batal Terbitkan Surat Utang Rp 12,6 T, Ada Apa?
Emiten maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) membatalkan rencana menerbitkan intrumen surat utang senilai US$ 900 juta atau setara Rp 12,6 triliun.

Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan manajemen Garuda, pembatalan ini mempertimbangkan belum tersedianya laporan keuangan penelahaan terbatas atau limited review sampai dengan tanggal pelaksanaan RUPS.

"Perseroan saat ini masih melakukan pengkajian alternatif pendanaan lain untuk memastikan tetap terealisasinya tujuan refinancing utang jatuh tempo," tulis pengumuman yang ditandatangani Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko, Fuad Rizal, dikutip Senin (6/02/2020).

Seperti dituliskan sebelumnya, Garuda Indonesia menyiapkan tiga opsi menghimpun pendanaan senilai US$ 900 juta atau sekitar Rp 12,6 triliun untuk membayar utang jatuh tempo perseroan.

Per 31 Desember 2018, Garuda tercatat memiliki utang jatuh tempo dalam setahun sebesar US$ 1,63 juta, sedangkan utang jatuh tempo di atas satu tahun senilai US$77 juta.
(hps/hps) Next Article Menanti Kabar dari BI, Yuk Simak 6 Kabar dari Pasar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular