Rupiah di 2019: Taklukkan Empat Benua, Terbaik ke-3 di Asia!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 January 2020 14:45
Stabilitas Dalam Negeri Jadi Pondasi Awal Penguatan Rupiah
Foto: REUTERS/Beawiharta/File Photo
Nilai tukar rupiah sempat mengalami sedikit gejolak di semester I 2019. Pada 21 Mei, rupiah melemah ke Rp 14.525/US$, titik tersebut merupakan yang terlemah sejak akhir 2018. Tetapi memasuki semester II, kurs rupiah lebih stabil. 

Pemilihan Presiden pada April menjadi "bumbu" tambahan penggerak rupiah. Banyak dinamika yang terjadi sebelum dan sesudah pilpres yang kerap memengaruhi pergerakan rupiah. Tetapi, pada akhirnya kondisi ekonomi yang stabil di tengah pelambatan ekonomi global membuat rupiah mampu berjaya.

Perekonomian Indonesia di tahun ini memang mengalami pelambatan, tetapi masih mampu bertahan di atas 5%. Pada kuartal I-2019, produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,07% year-on-year (YoY). Di dua kuartal selanjutnya terus melambat menjadi 5,05% dan 5,02%.



Selain itu, defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang selama ini menjadi "hantu" bagi perekonomian diprediksi akan membaik. Di tiga kuartal tahun ini, CAD belum pernah menyentuh 3% dari produk domestik bruto (PDB). 

Inflasi juga mampu terjaga sesuai target Bank Indonesia di kisaran 3% plus minus 1%. Inflasi tertinggi tercatat di bulan Agustus sebesar 3,49% YoY, sementara terendah di bulan Maret 2,48% YoY. 

Inflasi yang terjaga tersebut membuat BI memiliki ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter yang sudah dieksekusi di tahun ini. 

Suku bunga acuan (7 Day Reverse Repo Rate) sudah diturunkan sebanyak empat kali masing-masing sebesar 25 basis poin (bps) hingga ke level 5%. 
Penurunan suku bunga tersebut bahkan dilakukan dalam empat bulan beruntun pada periode periode Juli sampai Oktober. 



Tidak hanya menurunkan suku bunga, BI juga memberikan stimulus moneter lainnya berupa penurunan Giro Wajib Minimum (GWM), ada juga pelonggaran rasio Loan to Value/Loan to Financing (LTV/LTF). 

Jauh sebelum memangkas suku bunga, BI menaikkan batasan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) dari 80-92% menjadi 84-94% untuk mendorong pembiayaan perbankan bagi dunia usaha.

Serangkaian kebijakan tersebut diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia agar lebih terakselerasi lagi.

Menariknya, performa rupiah masih terus terjaga di saat BI secara agresif melonggarkan kebijakan moneter. Artinya pelaku pasar menyambut baik pelonggaran tersebut, dan menyimpan harapan perekonomian Indonesia akan lebih baik lagi di di tahun depan.



Kinerja apik rupiah juga tidak lepas dari upaya Bank Indonesia (BI) menjaga stabilitas Sang Garuda di tahun ini. Kemudian kesepakatan dagang fase I AS-China memberikan dorongan penguatan di penghujung 2019. 

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Nanang Hendarsah pada 20 Desember lalu menyatakan BI memang tidak pernah lengah untuk memastikan Rupiah tetap bergerak dalam fluktuasi yang manageable.

"Kami memantau dinamika global 24 jam dan merespon setiap tekanan sejak pembukaan pasar pukul 08.00 WIB," ungkap Nanang kepada CNBC Indonesia, Jumat (20/12/2019).

"Triple intervention melalui tiga kombinasi instrument tetap menjadi andalan dalam upaya menekan volatilitas kurs Rupiah," imbuhnya. 

[Gambas:Video CNBC]

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular